Stroberiku yang ranum

Melihat buah yang ranum itu

Kuteringat pada usiamu

Seberapa ranum usiamu kini?

Konyol sekali tanyaku ini

Tentu mudah terjawab olehku

Usiamu adalah dua kali lipat usiaku

Karna tahun ini dikurangi ‘77 adalah tiga lapan

Hampir mendekati kepala empat

 

Ah, betapa lekasnya waktu melangkah

Mengapa si detik tak belajar pada siput

Berjalan lamban namun tepat

Aku tak ingin waktu berjalan begini cepat

Karna aku belum apa-apa

Belumlah aku sembahkan setangkup bangga padanya

Seperti bingkisan bunga ratus ribuan

Yang kini masih kurangkai tangkai demi tangkainya

 

Ku mengadu pada sang agung

Beri ia umur panjang

Beri ia raga sehat

Jaga ia dalam rengkuh-Mu

Kirimkanlah malaikat baik hati

Tuk menjaganya di tiap detak waktu

Selalu siaga seperti UGD dua empat jam

 

Jika malaikat itu bekerja dengan baik

Akan kuberi ia sekeranjang stroberi

Stroberi ranum yang kini tengah kupandangi

Begitu ranumnya, begitu merahnya

Entah masih asam, entah sudah manis

 

Jika si malaikat telah mencicipinya

Akan ku tanya, asamkah?

Jika asam, akan kupetikkan lagi untuknya

Pasti ‘kan kucarikan yang lebih harum dan lebih manis

Semanis rasaku melihat ibu tercinta

Yang masih bisa bersenda dengan guraunya

Yang masih bisa bercumbu dengan senyumnya

Oh ibu, cahaya temaramkku, pelita hidupku

Cinta kasihku selalu untukmu

NENSY NUR AZIZAH – STROBERIKU YANG RANUM