Stroberiku yang ranum
Melihat buah yang ranum itu
Kuteringat pada usiamu
Seberapa ranum usiamu kini?
Konyol sekali tanyaku ini
Tentu mudah terjawab olehku
Usiamu adalah dua kali lipat usiaku
Karna tahun ini dikurangi ‘77 adalah tiga lapan
Hampir mendekati kepala empat
Ah, betapa lekasnya waktu melangkah
Mengapa si detik tak belajar pada siput
Berjalan lamban namun tepat
Aku tak ingin waktu berjalan begini cepat
Karna aku belum apa-apa
Belumlah aku sembahkan setangkup bangga padanya
Seperti bingkisan bunga ratus ribuan
Yang kini masih kurangkai tangkai demi tangkainya
Ku mengadu pada sang agung
Beri ia umur panjang
Beri ia raga sehat
Jaga ia dalam rengkuh-Mu
Kirimkanlah malaikat baik hati
Tuk menjaganya di tiap detak waktu
Selalu siaga seperti UGD dua empat jam
Jika malaikat itu bekerja dengan baik
Akan kuberi ia sekeranjang stroberi
Stroberi ranum yang kini tengah kupandangi
Begitu ranumnya, begitu merahnya
Entah masih asam, entah sudah manis
Jika si malaikat telah mencicipinya
Akan ku tanya, asamkah?
Jika asam, akan kupetikkan lagi untuknya
Pasti ‘kan kucarikan yang lebih harum dan lebih manis
Semanis rasaku melihat ibu tercinta
Yang masih bisa bersenda dengan guraunya
Yang masih bisa bercumbu dengan senyumnya
Oh ibu, cahaya temaramkku, pelita hidupku
Cinta kasihku selalu untukmu