Oleh: Dewi A.M.

Semangat berwirausaha semakin meningkat di kalangan mahasiswa UM. Dengan adanya kucuran dana yang diberikan oleh universitas, sekarang mahasiswa dapat mengeksplorasi kemampuannya dalam bentuk yang lebih nyata. Tidak seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang sifatnya masih insidental, tetapi program kewirausahaan ini sifatnya berkelanjutan. Program kewirausahaan ini secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kewirausahaan regular (biasa) dan kewirausahaan berbasis jurusan. Kedua sub program ini sebenarnya tidak berbeda jauh. Perbedaannya hanya terletak pada pelaku dan jenis usahanya.
Pada kewirausahaan regular, mahasiswa yang mengajukan usaha tidak harus berasal dari jurusan yang sama.  Jenis usahanya pun lebih variatif karena tidak dibatasi bidang ilmu yang ditekuni. Misalnya saja mahasiswa jurusan ekonomi boleh saja bergabung dengan mahasiswa jurusan sejarah, biologi, atau yang lain dengan usaha misalnya resto seafood .  Sebaliknya jika usaha yang diusulkan berbasis prodi, maka pelaku dan jenis usahanya harus sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari. Misalnya saja mahasiswa matematika mendirikan usaha produksi dan penjualan alat peraga matematika SD, SMP, dan SMA. Begitu juga dengan jurusan lain.
Peminat program kewirausahaan ini sebenarnya lumayan banyak. Hanya saja ada beberapa kalangan mahasiswa yang tidak bisa mengaksesnya sehingga tertinggal dan tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan modal gratis. Bahkan ada beberapa yang belum tahu sama sekali bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Berdasarkan pengalaman saya, sebelum adanya program kewirausahaan universitas memberikan pelatihan gratis untuk membuat proposal usaha. Pada pelatihan tersebut mahasiswa diberikan kiat-kiat tersendiri tentang bagaimana konten proposal kewiarusahaan yang baik sehingga universitas mau memberikan dana awal. Setelah pelatihan pembuatan proposal, mahasiswa diwajibkan untuk membuat proposal yang akan diseleksi oleh pihak universitas dan bank yang ditunjuk. Proposal diajukan dengan maksimal 5 anggota di setiap usahanya. Setelah lolos seleksi kelengkapan proposal, mahasiswa yang lolos wajib mempresentasikan usahanya di depan banker dan dosen. Tentunya ada beberapa hal yang akan ditanyakan oleh banker terkait dengan kelayakan usaha yang akan dijalankan. Salah satu kiat lolos presentasi adalah mahasiswa yang bersangkutan harus paham akan usahanya serta mengetahui cara menjalankan usaha sampai pada pemasarannya. Setelah presentasi dilalui tinggal menunggu pengumuman kelolosan. Tim mahasiswa yang lolos akan mendapatkan dana awal sebesar dua juta rupiah untuk masing-masing orang. Jadi, apabila yang mengajukan lima orang, modal awal yang diberikan sebesar sepuluh juta. Cukup besar bagi kalangan mahasiswa. Selanjutnya apabila usaha ini berjalan akan nada dana pengembangan yang besarnya disesuaikan dengan tingkat keberlangsungan usaha.
Sebenarnya tujuan diadakannya program ini adalah terbentuknya jejaring usaha di UM serta bertambahnya kreativitas mahasiswa. Dengan begitu istilah sarjana pengangguran akan dapat dikikis karena mahasiswa sudah mampu menciptakan lapangan usaha sendiri setelah lulus. Sumber daya manusia Indonesiapun tentunya akan merangkak naik sejalan dengan perubahan pola pikir pegawai menjadi pola pikir entrepreneur.
Salah satu usaha yang sekarang sedang  dijalankan mahasiswa adalah usaha produksi alat peraga matematika yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan matematika angkatan tahun 2006. Matrix Media, begitu nama usahanya sudah membentuk jaringan di Batu, Madiun, dan Jogjakarta. Pesanan datang biasanya dari dosen serta guru sekolah dasar dan menengah untuk membantu mengajarkan konsep matematika di kelas. Dampak yang dirasakan sangat bagus karena banyak manfaat yang didapatkan oleh mahasiswa. Jika kita lihat sekarang di jurusan Matematika dan Fisika misalnya, sudah ada etalase yang digunakan untuk memajang produk yang dihasilkan. Wawasan pelaku usaha tentu juga semakin terbuka dengan adanya program ini. Anggapan bahwa pekerjaan yang paling menjanjikan adalah menjadi pegawai negeri akan semakin kabur. Perubahan paradigma berpikir mahasiswa tentunya akan semakin kokoh.
Dampak jangka panjang apabila program ini berjalan dengan baik adalah terciptanya iklim kewirausahaan pemuda yang tentunya akan meningkatkan daya saing bangsa. Kita tahu bahwa di jaman yang semakin menggila ini dibutuhkan pemuda-pemuda yang tidak hanya mahir berpikir tetapi juga kreatif dan  handal berkarya. Ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang di Asia kiranya dapat menjadi cambuk bagi pemuda untuk menampakkan lagi kekokohan bangsa seperti pada saat perjuangan dulu. Pemuda merupakan ujung tombak perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Sekarang perjuangan lebih berat lagi karena persaingan semakin ketat. Sebagai generasi muda yang tau akan harga diri sebagai pribadi dan perwakilan bangsa, tanggung jawab ini terletak di pundak kita para pemuda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa  enterpreneurship adalah salah satu cara untuk menegakkan kembali kehormatan dan kegagahan sang Merah Putih.
? Penulis adalah mahasiswa jurusan Matematika UM angkatan 2006