Judul buku    : Tuhan, Inilah Proposal Hidupku
Penulis    : Jamil Azzaini
Penerbit    : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : Februari 2009
Tebal    : 99 halaman
Presensi    : Muhammad Maliki

Apabila kita ingin mengadakan sebuah kegiatan, contoh saja semarak ramadhan dan kita ditunjuk sebagai ketua panitia, apakah kita akan membuat proposal kegiatan tersebut? Tentu jawaban kita adalah “iya, saya akan membuat proposal acara tersebut”. Berapa lama acara perayaan semarak ramadhan tersebut diadakan? “Ya paling lama satu bulan”. Untuk acara yang hanya satu bulan saja kita membuat proposal, tetapi untuk hidup yang puluhan tahun kita kenapa kita tidak membuat proposal hidup?
Begitulah kalimat profokatif yang dilontarkan pada awal pembukaan buku tersebut, yang mencoba mengajak para pembaca berfikir mendalam mengenai pentingnya pengaturan dalam hidup. Sering kita mendengar kalimat “ya hidup ini mengalirlah seperti air” atau kalimat penyejuk batin lainnya, tetapi di dalam buku tersebut seorang Jamil Azzaini membantah bahwa air yang tidak diatur dan di-setting maka dapat mengakibatkan banjir dan limbah. Oleh sebab itu air harus diatur agar tidak banjir hingga dapat dimanfaatkan menjadi objek wisata. Demikian juga dengan kehidupan, kita tidak akan mampu meraih keberhasilan hidup apabila menyerahkan hidup kita kepada orang lain melainkan kita sendirilah yang akan menentukan dan menjalaninya. Sebagaimana pernyataan seorang filusuf Jim Rohn bahwa “Anda tidak bisa menyewa orang lain agar berolahraga untuk Anda,” Anda harus melakukan sendiri jika ingin memperoleh manfaat dari olahraga”.
Buku ini akan menunjukkan kepada kita peta jalan dan menuntun tahap demi tahap menuju keberhasilan yang ingin diraih. Namun perlu juga kita sadari bahwa perubahan itu tidak akan terjadi bila kita sendiri tidak berjuang untuk merubahnya. Karena itu kita pulalah yang harus mengendarai mobil dan berjalan menuju tempat yang dituju. Semua ini dapat dilihat dari isi buku yang memberikan ruang untuk menulis bagi pembaca agar langsung melakukan tindakan dalam menuju perubahan. Ini adalah semacam workbook, kita tidak akan memperoleh manfaat yang banyak bila hanya sekadar membaca dan tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh buku tersebut. Akan banyak sekali ditemukan instruksi secara bertahap di setiap lembarannya yang harus dilaksanakan dan diisi pada ruang yang diberikan. Hal ini membuat para pembaca seolah-olah mengikuti training Jamil Azzaini secara langsung.
Pada bab pertama buku ini mengajak kita untuk menyadari bahwa masing-maisng kita adalah masterpiece, yaitu  seseorang yang memiliki ciri khas tersendiri, spesial, dan tidak ada satu orang pun yang sama persis dengan kita, kembar sekalipun. Kita adalah orang yang memiliki potensi tersendiri yang pasti pernah menorehkan kesuksesan betapapa pun kecilnya. Ini menunjukkan bahwa masing-masing kita adalah orang yang hebat dan memiliki potensi besar. Selanjutnya kita dituntun untuk menetapkan prestasi terbaik yang ingin kita raih. Target prestasi yang ditulis haruslah bersifat spesifik terperinci, terukur dengan parameter dan jangka waktu yang jelas.
Buku ini juga memberikan jalan bagi kita untuk menjadi seorang expert (fokus keahlian) pada keahlian tertentu. Namanya juga workbook, pada bab ini Jamil Azzaini benar-benar mengarahkan kepada kita untuk memilah dan memilih sebuah keahlian yang nantinya menjadi fokus keahlian pada diri kita. Yaitu dengan memilah aktivitas mana yang kita kuasai, kita cintai, dan menghasilkan nilai jual ketika dilakukan. Kemudian setelah diseleksi , maka waktunya bagi kita untuk mencurahkan waktu guna meningkatkan expert, salah satunya adalah dengan mencari guru expert, guru spiritual dan guru kehidupan.
Selain itu, untuk menyempurnakan hidup kita dan lingkungan maka bersahabatlah degan orang yang mendukung apa yang menjadi target dan expert kita tersebut, serta berkomitmen dengan menunjukkan perubahan sikap dan perilaku selama 90 hari ke depan sesuai dengan target impian yang ditulis. Semua itu dapat kita lakukan mulai dari tempat dimana kita dengan mudah mendapat dukungan, yaitu rumah kita. Untuk mempercepat dan memperlancar proposal yang telah ditulis maka sampaikanlah proposal hidup kita  dalam setiap kesempatan, dan terakhir berdoalah dan syukuri setiap keberhasilan di setiap tahapan.
Penyusunan dan Penulisan proposal hidup (menulis cita-cita)  diyakini dapat menentukan masa yang akan datang jauh lebih baik daripada apabila kita tidak menyusunnya. Pernyataan ini didukung oleh riset yang dilakukan terhadap lulusan MBA di Harvard Business School yang dilakukan antara 1979 hingga 1989. Pada tahun 1979, para lulusan MBA tersebut ditanya “apakah anda telah menyusun dan menulis suatu rencana hidup yang jelas, spesifikm dan tertulis?”. Hasilnya, 3% menyatakan telah memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik dan tertulis. 13% memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik akan tetapi tidak tertulis. Sisanya 84% menyatakan belum memiliki apalagi menyusun dan menulis rencana hidup. Sepuluh tahun kemudian, 1989, periset yang dipimpin oleh Mark McCormack melakukan wawancara dengan semua responden pada tahun 1979. Hasilnya, 13% yang menyatakan memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik tetapi tidak tertulis, memiliki penghasilan rata-rata dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang 84% (belum memiliki dan menyusun rencana hidup). Yang luar biasa, 3% para lulusan yang telah memiliki memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik dan tertulis memiliki penghasilan yang besarnya rata-rata 10 kalo lipat dibandingkan 97% lulusan sekolah bisnis tersebut.

Peresensi adalah mahasiswa FMIPA UM