Sebelas tahun lalu, tepatnya 6 Februari 2000, berdiri sebuah forum yang menjembatani kebutuhan guru untuk berkomunikasi dengan pemerintah di Kota Malang. Forum tersebut dinamakan Forum Komunikasi dan Solidaritas Guru (Fokus Guru). Di awal-awal berdirinya, forum ini sering muncul di koran dan banyak media menyebutnya sebagai pihak oposisi. Hal ini karena sifat organisasi ini yang independen dan tidak berkorelasi dengan politik. Tujuan utama dibentuknya Fokus Guru ini,  pertama, untuk membantu meningkatkan kesejahteraan guru (termasuk yang sudah berstatus PNS), terutama guru tidak tetap (GTT) dan guru swasta. Keadilan dan kesejahteraan bagi guru GTT dan swasta gencar diperjuangkan oleh Fokus Guru.
Kedua, agar penghargaan terhadap profesi guru ditingkatkan. Artinya, guru tidak hanya selesai dengan urusan mengajar dan mendidik siswanya serta berpuas dengan predikat sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” saja, tetapi guru juga ikut dilibatkan  dalam mengambil kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada kaitannya dengan dunia pendidikan.
Drs. H. Gogok Rakhmad Basuki, M. Pd. yang telah menjadi Ketua Umum Fokus Guru selama sebelas tahun ini mengatakan bahwa baru-baru ini ada hal yang membuat senang. Hal yang dimaksud adalah menyangkut pernyataan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) bahwa pada 2011 ini, UAN menjadi 60% penentu kelulusan, sedangkan 40% ditentukan oleh guru. Dengan begitu, guru memiliki hak untuk tidak meluluskan siswanya yang memang dianggap tidak layak lulus dari segi nilai ujian sekolah, prestasi, dan perilaku.
Jika suara dan aspirasi dari para guru sudah terkumpul, maka Fokus Guru menyampaikannya ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk tingkat lokal. Sementara untuk menyampaikannya ke tingkat nasional melalui Federasi Guru Independen Indonesia (FGI). FGI merupakan gabungan dari organisasi-organisasi Fokus Guru yang ada di setiap daerah atau kota di Indonesia dan berkantor pusat di Jakarta pusat. FGI sudah diakui sebagai organisasi guru alternatif selain PGRI oleh pemerintah. Didirikan pada 17 Januari 2002, FGI memiliki kesamaan dengan Fokus Guru, yaitu merupakan organisasi independen yang bukan merupakan bagian dari kekuatan sosial politik mana pun. “Semua anggota Fokus Guru adalah secara otomatis anggota FGI,” ujar Pak Gogok yang saat ini juga merupakan sekretaris Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UM  tingkat Kabupaten Malang.
Sementara itu, untuk keanggotaan Fokus Guru Malang yaitu semua guru dari kalangan SD, SMP, dan SMA sederajat yang berminat menjadi anggota bisa mendaftar pada rekan sesama guru yang sudah terlebih dahulu menjadi anggota Fokus Guru atau langsung datang di kantor Fokus Guru yang terletak di Jl. Danau Kerinci VII E1 B8 Sawojajar, Malang.
FGI dan Fokus guru sama-sama sering mengadakan seminar dan workshop yang relevan dengan kebutuhan guru, seperti workshop mengenai sertifikasi maupun pendalaman Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun, jika agenda pertemuan Fokus Guru adalah tiga bulan sekali (kecuali jika ada hal yang urgen), maka FGI memiliki agenda  untuk mempertemukan anggotanya secara massal dalam sebuah kongres yang diadakan setiap empat tahun sekali.
Pada kesempatan wawancara dengan Kru Komunikasi pada Selasa (18/01) lalu, Bapak Gogok yang juga merupakan guru Bimbingan Konseling SMAN 6 Malang ini mengungkap kurangnya solidaritas di antara para guru. Tidak seperti solidaritas buruh yang kompak, Jika satu “teraniaya”, maka yang lainnya langsung tanggap untuk memberikan bantuan. Solidaritas semacam ini perlu ditanamkan dan dipupuk lagi di lingkungan para guru. Dengan begitu akan selalu ada perhatian dan empati pada guru yang sedang kesulitan.
Di akhir perbincangan, beliau menguraikan harapan bagi semua guru, terutama guru-guru yang ada di Malang. ”Harapan saya agar para guru senantiasa menjaga dan meningkatkan keprofesian. Guru harus berani mengungkapkan yang salah dan yang benar, terutama mengkritisi masalah pendidikan dan memberikan usulan yang konstruktif. Saya juga mengharapkan teman guru bergabung bersama-sama untuk memperjuangkan nasib kita serta meningkatkan harkat dan martabat kita.” Nur