Berkembangnya isu tentang Negara Islam Indonesia (NII) bahwa perekrutan anggota salah satunya yakni dari kalangan mahasiswa. Oleh karena itu, kampus juga menjadi salah satu sorotan publik dan pihak kepolisian.
Sebagai upaya preventif,  UM (Bagian Kemahasiswaan) mengadakan acara bertema “Antisipasi Perkembangan Gerakan Radikalisme di Universitas Negeri Malang) pada Rabu (11/05) di Aula Utama UM, gedung A3 lantai III. Hadir dalam acara ini PR bidang Kemahasiswaan, Kabag, Kasubag Kemahasiswaan, dan para Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan masing-ma-sing fakultas dan beberapa dosen pendam-ping. Para mahasiswa pun yang diundang adalah para aktivis Ormawa UM dari seluruh fakultas di UM.
Tidak tanggung-tanggung, dalam acara ini UM menghadirkan Kasubag Hukum Polres Kota Malang,  Deky Hermansyah, S.H., M.H., mewakili Kapolres Malang dan tokoh agama, K.H. Marzuki Mustamar. Pak Deky, demikian sapaan akrabnya, menegaskan bahwa NKRI adalah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Beliau juga mengajak para mahasiswa untuk mengetahui modus-modus yang dilakukan untuk perekrutan anggora NII dan cara mengantisipasinya. Sementara itu, dalam ceramahnya, K.H. Marzuki Mustamar menyampaikan bahwa Islam haruslah rahmatan lilalamin. Cara untuk mengajak agar orang mengikuti ajaran Islam yang benar tidak dengan kekerasan seperti yang telah dilakukan oleh para teroris dan yang berkedok NII.
Beliau bercerita tentang cara dakwahnya di suatu daeah di luar Pulau Jawa. Muslim di sana kekurangan kebutuhan pokok sehari-hari dan juga kebutuhan air bersih yang minim. Mereka mandi di sungai yang airnya kotor dengan telanjang. Hal ini jelas haram hukumnya dalam Islam, tetapi kami tidak langsung mencemooh dan menghakimi bahwa itu haram. Setelah diteliti, ternyata mereka tidak mempunyai kamar mandi dan kekurangan stok air bersih. Akhirnya kami mengajukan proposal. Setelah dana cair, kami membuat sumur dan menyalurkan ke masyarakat lewat pipa dan berdakwah bahwa lebih baik mandi di rumahnya masing-masing dengan air bersih, karena menurut ajaran Islam tidak diperbolehkan mandi telanjang di depan umum. Sekarang ini tidak ada lagi masyarakat yang mandi di sungai dengan telanjang. Semua menggunakan air bersih dan tidak ada lagi kemaksiatan di sana-sini. Selain itu, kami juga memberikan beras dan kebutuhan pokok lainnya kepada masyarakat dan mengajak mereka salat Jumat.
”Kalau dulu yang salat Jumat hanya segelintir orang saja dan melakukan ibadah haji juga sangat sulit, tetapi karena cara dakwah yang baik, lembut, dan membuat masyarakat simpati, saat ini tercatat ratusan jamaah yang salat Jumat di mesjid. Selain itu, untuk menunaikan ibadah haji sangat mudah. Prosesnya tidak sulit lagi seperti dahulu. Inilah indahnya Islam yang bisa menarik simpati masyarakat karena cara dakwahnya baik, tidak dengan kekerasan mutlak sehingga maslahah dan rahmatan lil’alamin.
Jika cara dakwah dengan kekerasan, yakni mau tidak mau harus NII, pasti semua akan berontak. Masyarakat tidak akan simpati pada Islam dan bahkan yang lebih parah lagi, Islam akan diidentikkan dengan kekerasan. Padahal, sesungguhnya Islam itu indah dan rahmatan lilalamin. Tidak dibenarkan mendirikan negara dalam negara.
”Jika bendera merah putih diganti dengan bendera NU, apa orang Muhammadiyah tidak berontak? Jika merah putih diganti bendera Muhammadiyah, apa orang NU tidak geger? Jika merah putih diganti dengan bendera Hindu, apa Madura dan Jawa tidak lepas dari NKRI ini? Dan jika merah putih diganti dengan negara Islam, apa NTT, Bali, dan Papua tidak lepas? Dan adakah jaminan orang Islam di Madura atau Jawa melindungi dan memberi keamanan muslim di NTT dan Papua? Dulu yang berjuang melawan penjajah dan mendirikan RI ini adalah masyarakat dari semua unsur dan semua agama. Bukan hanya Islam, tidak juga hanya Kristen atau Hindu. Jadi, kesatuan negara ini harus dipertahankan. Sesama muslim harus saling melakukan kebaikan, bukan kekerasan. Kita harus tahu, bagaimana berdakwah dan bisa menempatkan sesuatu pada porsi yang tepat,” semangat K.H. Marzuki dalam dakwahya. Para peserta dibuat tercengang dengan cara dakwah yang disampaikan oleh K.H. Marzuki.Nid