Oleh Elfitria Kusumawati

Ikatan Mahasiswa Kristen (Imakris) UM pada Jumat (06/05) sukses merayakan Paskah bersama Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan pemuda gereja se-Malang Raya di gedung program Pascasarjana (PPs) UM. Walaupun hujan deras mengguyur, perayaan Paskah dalam bentuk seminar yang diadakan pukul 17.00 itu masih mampu menyedot ratusan peserta.
Sore itu, sekitar pukul 16.00, terlihat semburat awan hitam bergelayutan di langit.   Tidak lama kemudian gerimis mulai merambat menjadi guyuran tetes. Wajah-wajah panitia seminar mulai terlihat gelisah. Pasalnya, bangku yang tersedia sekitar tiga ratus itu belum sampai terisi seperdelapannya. Namun, tidak disangka, pukul 17.00 lewat, di tengah guyur hujan yang deras, peserta seminar berdatangan menggunakan mantel dan payung. Tidak sedikit pula dari peserta dengan keadaan basah kuyup berlarian ke seminar yang sudah dimulai. Di tengah berlangsungnya acara, ruangan di gedung H3 lantai II tersebut mulai terasa hangat. Tidak disangka bangku-bangku yang kosong mulai terisi penuh. Ruangan yang dibalut dekorasi menarik dengan foam berbentuk hati merah jambu menghiasi pintu depan dan latar panggung pun turut mendukung suasana suka cita sore itu.
Puji Tuhan. Seminar berjalan sukses. Standar penilaian tersebut tidak diukur dari banyaknya peserta yang datang, tapi dilihat dari antusiasme peserta selama seminar berlangsung. Seminar Imakris yang mendatangkan pembicara Ibu Linda Bustan, dosen UK Petra Surabaya dan Bapak Mario pembimbing kampus ABM tersebut tidak hanya dihadiri anak-anak Kristen, tapi saudara-saudara non-Kristen juga hadir menikmati jalannya acara tersebut. Acara yang mengusung tema “Apakah Dia untukku?” itu berlangsung selama tiga jam dengan sesi ibadah, sesi I tentang konsep pasangan hidup oleh Ibu Linda dan sesi II tentang konsep pacaran yang benar oleh Bapak Mario, serta dimeriahkan oleh permainan dan bidang kreativitas Imakris yang menampilkan talenta Rabuni (teater), Eklessia (pantomim), Grace (tarian tamborin), Lentera (media wicara-tulis), Sion (vokal grup), dan Yubal (musik).
Pada sesi I, Ibu Linda Bustan membukakan konsep tentang pasangan hidup yang benar. Beliau menyampaikan bahwa pasangan hidup adalah anugerah untuk menjadi dalam menjalankan visi yang sudah Allah berikan kepada seseorang. Namun, sebenarnya visi Allah tidak hanya dapat dikerjakan dengan pasangan hidup saja, tetapi bisa juga dengan melajang. Dalam anugerah-Nya, manusia yang melajang pun tetap bisa melakukan kehendak-Nya. Jadi, menikah atau melajang dapat dikatakan bonus yang Allah berikan dalam mencapai atau mengerjakan visi Allah. Pada sesi I itu, peserta seminar juga mendapat tips untuk mengerti pasangan hidup juga. Ibu Linda Bustan mengatakan bahwa jika ingin mengerti apakah dia (orang yang sekarang ada di samping kita atau orang yang sekarang menjadi sasaranmu itu kelak) adalah pasangan hidupmu, dapat dibuktikan dengan lima hal berikut. Pertama, dia memiliki visi atau tujuan  hidup yang jelas. Kedua, dia memiliki profesi yang mendukung visi. Ketiga, memiliki kerohanian yang bertumbuh. Keempat, memiliki gambar diri yang jelas, yaitu mengerti siapa siapa dirinya, dan kelima adalah dia memiliki nilai-nilai hidup yang sepadan. Jadi, untuk kalian yang belum dan sudah memiliki teman istimewa, sebaiknya menanyakan hal tersebut, contohnya, “Apakah visimu?” Jika dia tidak memiliki visi yang jelas, bahkan tidak memiliki visi segeralah untuk mengubah pola pikirmu bahwa dia bukan termasuk calon pasangan hidupmu. Selain itu, terlebih dahulu tanamkanlah dalam dirimu “janganlah mencari orang yang tepat, tapi terlebih dahulu jadilah orang yang tepat,” kata Bu Linda. Sesi pertama ditutup dengan pernyataan, “jadilah pribadi yang siap menjadi berkat dan memuliakan Tuhan.”
Pada sesi II, Bapak Mario membuat suasana seminar menjadi lebih menarik. Sesi itu membukakan paradigma bahwa Alkitab tidak mengenal istilah pacaran, tapi lebih mengungkapkan istilah tunangan (Matius 1 : 18-20). Jadi, bisa dikatakan bahwa sebenarnya tradisi pacaran sebelum pernikahan itu tidak ada. Hal itu karena dalam konsep pernikahan yang Allah berikan tidak ada prinsip trial dan error seperti gambaran pacaran zaman ini. Jadi, pasangan hidup yang benar-benar dari Tuhan tidak pernah ada istilah berpisah-bercerai atau dalam pacaran dikenal dengan istilah putus-nyambung. Kenyataan di lapangan berkata lain, yaitu banyak manusia yang tidak yakin setelah memasuki masa pernikahan. Padahal, pernikahan yang dirancang Allah adalah sekali seumur hidup seperti yang diteladankan Allah kepada manusia pertama, Adam dan Hawa.
Pernikahan adalah sebuah keputusan yang penuh dengan tanggung jawab dan kesetiaan serta keputusan untuk menjaga kekudusan (Roma 12 : 1). Oleh karena itu, dalam sesi ini peserta dibekali kriteria dalam menemukan pasangan hidup. Pertama, dia harus seiman (2 Korintus 6 : 14). Kedua, pria adalah seorang imam (Efesus 5 : 22-28). Ketiga, pasangan hidup adalah kehendak Tuhan (Kejadian 2 : 18; 1 Korintus 7 : 2; 1 Tesalonika 4 : 3-5). Keempat, pasangan hidup adalah inisiatif Tuhan dalam hidup kita (Kejadian 2 : 21-23). Selain itu, Bapak  Mario juga menjelaskan fase-fase dalam kehidupan manusia. Dengan adanya penjelasan tersebut, peserta diharapkan mengerti bahwa Tuhan merancangkan kehidupan ini sangat baik. Namun, karena keberdosaan manusia, konsep sempurna itu dirusak oleh manusia. Buktinya, perceraian, pembunuhan, seks bebas, aborsi, dan dosa lainnya muncul karena manusia melanggar semua ketentuan yang Allah berikan. Di akhir sesi, Bapak Mario memberi wasiat, “Selamatkan pernikahanmu sebelum menikah bukan sesudah menikah.”
Akhirnya, dengan adanya seminar ini, panitia seminar Paskah yang diketuai Lidi, mahasiswa Ekonomi Pembangunan ini berharap supaya pemuda-pemuda Kristen di Malang mampu mengaplikasikan hal-hal yang baru didapatnya. Tentunya, semua peserta yang telah datang ke seminar ini akan lebih peka dalam mengerti pasangan hidup dan lebih mengandalkan Tuhan dalam memilih pasangan hidupnya. Selain itu, seminar kali ini mengajak peserta untuk lebih bersyukur kepada Tuhan Yesus yang sudah mengingatkan bahwa hidup kita tidak boleh sia-sia begitu saja karena Dia sudah terlebih dahulu berkorban untuk semua manusia. Sayangnya, belum semua orang tahu. Oleh karena itu, Paskah tahun ini kembali mengingatkan akan peran kita untuk mengabarkan bahwa Yesus datang untuk semua orang di dunia. Dengan demikian, semua manusia akan lebih menghargai hidupnya, bahkan dalam hal pasangan hidup.

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 2008, serta Ketua Imakris UM.