Graha Rektorat UM

Sebagaimana kita ketahui, peningkatan mutu tentunya menjadi sesuatu yang pasti dalam perjalanan setiap institusi. Demi mencapai keberhasilan yang lebih baik, tentu tidak cukup hanya ditunjang dengan strategi yang matang dan apik, tapi diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang mendukung setiap langkah pengembangan yang telah disusun. Hal ini juga yang disadari oleh kampus UM. Sebagai lembaga yang kredibel, UM harus selalu menyiapkan dan mengambil langkah cerdas demi meningkatkan kapasitas institusi, baik secara fisik maupun nonfisik. Diawali dengan perencanaan strategi pengembangan yang telah diatur sedemikian rupa, kini sudah saatnya UM melaksanakan pengembangan tersebut.
Salah satu langkah paling vital yang perlu segera direalisasikan demi menunjang peningkatan kapasitas institusi UM adalah perluasan sarana dan prasarana yang ada di UM. Perluasan sarana dan prasarana tersebut berhubungan dengan program pembenahan tata ruang yang ada di UM. Kalau beberapa tahun belakangan ini UM sudah berhasil membangun beberapa fasilitas perkuliahan untuk menunjang iklim pembelajaran di dalamnya dan pembangunan aset lain seperti dome dan asrama, kini pembangunan yang jadi fokus selanjutnya adalah pembangunan gedung rektorat baru. Sehubungan dengan pemindahan jalan dan alamat UM, gedung yang awalnya ditempatkan di Jalan Surabaya ini akan segera dipindahkan ke jalan Semarang yang notabene menjadi gerbang baru UM.
Terkait dengan latar belakang pemba­ngunan gedung rektorat yang sedemikian rupa tersebut, Rektor UM, Prof. Dr. Suparno juga mengungkapkan satu alasan sederhana, yaitu proses penguatan. Proses pemindahan jalan dari Jalan Surabaya ke Jalan Semarang memang memiliki beberapa tujuan. Tu­juan tersebut akan berkaitan dengan pembangunan Graha Rektorat itu sendiri.
“Latar belakang pembangunan Graha Rektorat ini tentunya adalah sebagai penguatan kapasitas institusi agar visi dan misi UM tercapai. Karenanya, kebutuhan UM harus dipenuhi dengan fasilitas saran dan prasarana yang memadai. Selain itu, sumber daya manusia harus diberdayakan sebaik mungkin sehingga manajemen perguruan tinggi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,” ulas rektor.
Selanjutnya, rektor juga me­ngaitkan antara pe­­min­­dahan jalan ter­se­but dengan pem­­bangunan Graha Rek­­to­rat yang ba­ru nantinya. Dengan pene­mpatan jalan di Jalan Semarang, diharapkan nantinya kemegahan dan iden­titas UM akan semakin ter­li­hat dengan a­da­nya gedung Gra­ha Rektorat yang mencerminkan ka­rak­ter UM tepat di de­pan gerbang masuk.
“Dengan menem­patkan alamat dan Gra­ha Rektorat di Jalan Sema­rang, maka akan tam­pak kemandirian akses yang dimiliki UM. Di Jalan Semarang, UM punya jalan utama sendiri sebagai jalan masuk. Selain itu, jalan tersebut adalah milik UM sendiri sehingga membuat pihak UM lebih leluasa dalam menggunakan dan mengelola jalan tersebut. Berbeda dengan jalan Surabaya di mana jalan menuju UM bisa dika­takan numpang jalan raya umum. Penempatan lokasi di jalan Semarang akan membuat UM tampak lebih berkelas,” lanjut Bapak Parno.
Ketika ditanya me­nge­­nai adanya rumah-ru­mah penduduk di kanan kiri Jalan Semarang, rektor mengungkapkan bahwa hal ter­sebut sudah jadi kewajaran. Wa­laupun jalan tersebut milik UM, tapi adanya rumah-rumah yang numpang tersebut sama sekali tidak menjadi masalah bagi akses jalan menuju UM. Hingga saat ini belum ada rencana untuk memindahkan perumahan tersebut ke lokasi lain.
Selain atas alasan pemilikan jalan yang mutlak milik UM, penempatan Graha Rektorat di Jalan Semarang juga memiliki keuntungan lain, antara lain adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan terciptanya kinerja yang baik. Di Jalan Semarang, Graha Rektorat akan didukung oleh lingkungan yang lebih asri dan indah sehingga akan dapat memacu kinerja semua elemen di dalamnya. Bagaimanapun, menurut Bapak Rektor, sarana memang jadi penentu kondisi.
Keuntungan lainnya adalah faktor kebanggaan. Setelah suasana yang asri dan rasa kemegahan diperoleh, maka akan timbul kebanggaan tersendiri dalam diri elemen-elemen di dalamnya. Hal tersebut tentunya akan turut mempengaruhi kondisi kejiwaan semua pihak yang terkait di dalamnya. Dengan adanya rasa bangga dan jiwa yang percaya diri, maka akan muncul banyak inspirasi yang akan mengawali ide-ide dan pemikiran besar sehingga dapat membantu lahirnya partisipasi yang maksimal. Dari sinilah berawal konsep pengembangan menuju kondisi yang lebih baik.
Selanjutnya, rektor juga menguraikan masalah pentingnya kekhasan dalam suatu perguruan tinggi. Kekhasan inilah yang nantinya akan dituangkan dalam pembangunan Graha Rektorat yang baru.
“Orientasi gedung ini adalah pembangunan gedung yang megah, prestisius, dan dapat menandai identitas UM. Dengan demikian kita akan terlihat lebih berkarakter dibanding sebelumnya,” ungkap Bapak Parno.
Soal megah tidaknya suatu gedung, hal tersebut memang relatif. Namun, rektor menekankan bahwa untuk dapat dikatakan megah, gedung tidak harus dibandingkan dengan perguruan tinggi lain. Hal yang paling penting adalah UM dapat menuangkan karakter The Learning University ke dalam ikon baru UM tersebut. Oleh karena itu, gedung UM tersebut harus dibuat sedemikian rupa agar kekhasan yang dimaksud dapat tercakup di dalamnya. Diharapkan pula, setiap penikmat yang memandang gedung rektorat tersebut akan dapat memetik hikmah dan inspirasi tersendiri yang tidak mereka dapatkan dari bangunan lain di tempat lain.
“Selanjutnya, area lama ini akan difung­sikan sebagai area Fakultas Ekonomi. Per­timbangannya adalah akses usaha di Jalan Surabaya cukup mendukung untuk dijadikan tempat praktik bagi mahasiswa Ekonomi. Jalan yang ramai didukung oleh banyaknya akses usaha tentu akan jadi ladang praktek yang tepat bagi mahasiswa FE,” ungkap rektor kemudian.
Pembangunan Graha Rektorat sendiri telah dimulai sejak awal dilakukannya pemindahan kantin UKM dan pemindahan pintu UKM yang telah direalisasikan beberapa saat lalu. Graha Rektorat akan ditempatkan di sebuah jalur cincin sehingga untuk mewujudkannya memang diperlukan beberapa penggeseran dan pembenahan tata letak beberapa area. Sedangkan konsep gedung rektorat sendiri akan menggunakan sistem pembangunan vertikal ketika gedung baru tersebut akan dibangun setinggi sembilan lantai.  Ke depannya, UM bermaksud menerapkan sistem pembangunan vertikal dan meninggalkan pola horizontal yang menjadi konsep pembangunan gedung-gedung lama UM selama ini.
“Rancang bangun rektorat yang baru ini akan menjadi tanda  kebesaran UM sebagai perguruan tinggi yang jaya serta punya prestasi dan reputasi,” ungkap rektor.

Investigasi: reporter Komunikasi saat mewawancarai rektor secara eksklusif
Bapak Parno menjelaskan bahwa realisasi gedung baru rektorat ini diharapkan akan jadi simbol kejayaan UM yang telah berlangsung sejak dulu. Selain itu, dengan adanya gedung tersebut UM akan memiliki sarana dan prasarana manajemen terpadu yang dilengkapi perangkat-perangkat manajemen yang canggih. Oleh karena itu, Graha Rektorat nantinya akan jadi andalan demi mewujudkan peningkatan kapasitas institusi. Dengan demikian, dengan sendirinya gedung tersebut akan mampu berdiri sebagai representasi dari mandat UM. Di sisi lain, sebagai lembaga pendidikan, mandat UM sendiri tidak hanya dibatas pada mandat pendidikan, tapi ada pula mandat nonkependidikan yang harus diemban. Mandat nonkependidikan tersebut adalah mandat untuk tetap mengabdi pada masyarakat umum dan dalam bentuk upaya untuk mencerdaskan bangsa lewat jalur nonformal.
Dalam gedung baru yang akan dibangun tersebut, setiap detail bangunan memiliki arti dan filosofi tersendiri. Salah satu filosofi tersebut adalah adanya sisi gedung yang memuat keberadaan kedua mandat yang harus diemban oleh UM. Jika kita perhatikan, dalam konsep rancang bagun Graha Rektorat akan ada dua maket yang dihubungkan oleh satu pengait di tengah-tengahnya. Ini merupakan simbol bahwa mandat kependidikan dan mandat nonkependidikan merupakan dua bagian yang akhirnya disatukan oleh satu penghubung, yaitu UM. Oleh karena itu, UM diharapkan senantiasa dapat menyelaraskan keduanya dalam satu jalur demi meraih tujuan bersama. Selain itu, pengait di tengahnya tersebut juga berperan se­bagai pemangku yang akan menentukan a­rah keberhasilan lem­baga itu sendiri.
Selanjutnya, rektor ju­ga menjelaskan bah­wa keberadaan ge­dung ter­sebut nan­tinya juga akan menjadi andalan dan lam­bang keutuhan UM. Graha Rektorat di­harapkan dan sudah se­harusnya mempu me­n­jadi inspirasi bagi la­­hirnya manajemen yang komprehensif se­hing­ga memungkinkan ter­wujudnya struk­tur ma­najemen kelem­ba­gaan yang kondusif dan padu.
“Gedung Graha Rek­­­torat sudah se­ha­­­­­­rusnya men­jadi i­­den­­­titas di­ri uni­ver­­­sitas. Kare­nanya, fung­­­si manajemen di­ dalamnya ha­rus te­r­in­tegrasi. Di­­ha­­rap­­­­kan citra UM ke­ depannya akan ter­ban­tu dan menjadi se­makin positif,” ung­­kap Rektor UM ke­mu­dian.
Beliau juga me­lan­jutkan penjelasan mengenai arti dari pembangunan gedung yang tingginya dibuat hingga sembilan lantai. Menurut beliau, angka sembilan sengaja dipilih karena angka tersebut adalah satuan angka paling tinggi. Mengingat tidak adanya angka yang lebih tinggi setelah angka tersebut, maka angka tersebut diharapkan menjadi puncak perkembangan lembaga UM yang maksimal. Angka tersebut juga mengandung filosofi pencapaian prestasi dan pelaksanaan mandat yang optimal selama lembaga UM masih berdiri. Optimalitas tersebut, lanjut rektor, akan berkaitan dengan pengembangan perguruan tinggi itu sendiri demi mewujudkan kapasitas UM yang lebih handal.
Selain beberapa filosofi tersebut, masih ada beberapa filosofi menarik terkait rancang bangun Graha Rektorat. Graha tersebut akan mengusung berbagai konsep yang telah dirapatkan dan diputuskan secara matang oleh ahlinya. Demi mencapai harapan yang telah diuraikan tersebut, maka disusunlah rancangan sedemikian rupa agar identitas UM benar-benar kentara. Penjelasan lebih detail mengenai rancang bangun UM akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

Teknis rancang bangun Graha Rektorat
Desain bangunan diputuskan melalui rapat pimpinan yang dilakukan pada tanggal 26 Januari 2011 dan 9 Februari 2011. Setelah melalui rapat tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan bentuk gedung rektorat baru yang akan dibangun. Melalui konsultan perencana, PT Artefak Arkindo, gedung didesain minimalis dan modern tanpa meninggalkan kesan formal dan berwibawa dilengkapi dengan lingkungan sekitar gedung yang asri.
Gedung rektorat baru terletak di Jalan Semarang 5 sebagai kelanjutan dari ber­pindahnya alamat UM dari Jalan Surabaya 6. Gedung dengan luas lantai keseluruhan 17.606 m2 ini terdiri dari tiga blok (tengah, kanan, dan kiri). Dengan tinggi sembilan lantai, bangunan ini terdiri dari lantai semibasement yang digunakan untuk area parkir, lantai dasar sebagai lobi, lantai dua sampai delapan sebagai ruang kerja, lantai sembilan sebagai ruang auditorium, dan lantai atap sebagai ruang mesin lift dan top reservoir.
Konsep The Learning University merupakan filosofi dari gedung rektorat baru. Atap gedung menggunakan bentuk atap joglo yang sesuai dengan bangunan-bangunan di sekitarnya. Jumlah atap joglo ada tiga bagian yang merupakan filosofi sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Dharma Pendidikan dan Pengajaran, Dharma Penelitian, dan Dharma Pengabdian pada Masyarakat. Selain menggunakan atap joglo, gedung ini juga menggunakan bentuk kolom bulat yang memberikan kesan kokoh.
Beberapa keunggulan dalam rangka implementasi dari konsep green building dari sistem aktif dan pasif terdapat dalam kawasan gedung rektorat baru. Upaya implementasi green building pada gedung rektorat baru melalui sistem aktif adalah penggunaan energi mandiri, sistem tata udara cerdas, sarana transportasi dalam gedung terintegrasi, dan pengolahan limbah. Sistem pasif di antaranya dengan menggunakan material lokal untuk menghemat energi transportasi, tidak menggunakan bahan yang mengandung zat kimia beracun, dan menggunakan material yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Gedung rektorat baru nantinya akan menggunakan sistem penerangan dari energi matahari  dan shelter, serta photovoltaic sebagai sumber energi mandiri dengan memanfaatkan cahaya alami secara optimal. Sel photovoltaic terdapat pada kanopi area parkir outdoor, energi matahari pada siang hari diserap dan disimpan kemudian digunakan pada malam hari. Gedung yang menghadap ke gerbang utama UM ini juga dilengkapi dengan light shelf  untuk menerangi ruang-ruang kerja dengan cahaya matahari. Light shelf juga berfungsi sebagai peneduh dan pengarah udara agar masuk ke dalam ruangan sehingga sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak mengakibatkan panas berlebih.
Kawasan gedung rektorat baru juga dipercantik dengan taman dan kolam. Keunggulan lain dari kawasan gedung rektorat baru ini adalah sistem daur ulang dalam pengolahan limbah. Air yang digunakan untuk menyiram tanaman merupakan hasil pengolahan dari limbah pada bangunan yang diolah dengan sistem sewage treatment plant (STP). Untuk menghemat air siram, vegetasi yang dipilih untuk taman kebanyakan adalah pohon palem.  Selain palem, pohon kersen juga akan ditanam karena pohon ini disukai burung sehingga keasrian taman akan semakin lengkap dengan adanya kicau burung. Gedung di blok tengah dibuat dengan konsep terbuka sehingga tidak menggunakan AC. Pada penghubung blok kanan dan kiri gedung ini terdapat koridor terbuka dengan penghawaan alami. Sedangkan pada ruangan yang tertutup menggunakan AC dengan sistem split duct yang lebih efektif dan efisien daripada sistem AC sentral.
Berbagai fasilitas terdapat pada kawasan gedung rektorat baru, di antaranya adalah fasilitas belajar (pojok belajar) outdoor yang diaplikasikan dalam bentuk gazebo-gazebo di taman sekitar gedung rektorat. Akses masuk gedung dibagi menjadi dua yang berada di dua sisi berbeda, yaitu plaza abdi negara di sisi depan (menghadap gerbang utama UM) dan plaza abdi mahasiswa masyarakat di sisi lainnya. Di bagian depan terdapat dinding yang berisi relief sejarah perkembangan UM yang juga berfungsi sebagai pengarah orientasi pada bangunan utama. Blok kanan dan kiri dihubungkan dengan sky bridge dengan panorama gerbang utama. Gedung juga akan dilengkapi dengan sky garden yang terdiri dari beberapa variasi tanaman. Terdapat pula fasilitas parkir dari kendaraan roda dua hingga bus yang terdapat di bagian basement. Pengguna sepeda pun tidak perlu khawatir, sebab di area gedung rektorat baru ini disediakan tempat khusus sepeda.
Pembangunan gedung rektorat baru ini akan memberikan beberapa kemudahan. Kemudahan tersebut adalah kelembagaan menjadi lebih efektif dan efisien. Sebelum gedung rektorat baru ini dibangun, unit-unit rektorat seperti pemimpin, biro, dan lembaga masih berada pada gedung yang terpisah-pisah sehingga sistem koordinasi kurang efektif. Dengan adanya gedung rektorat baru, unit-unit tersebut akan menjadi satu sehingga koordinasi menjadi lebih mudah. Hal ini akan berpengaruh pada peningkatan efektivitas pelayanan baik bagi semua komponen yang terkait dengan UM, termasuk mahasiswa dan masyarakat.Ris/Yas