Oleh Qoni’ah Agustina

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk anak-anak atau pun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
Pendidikan Indonesia belum mencerdaskan, terlalu bertitik berat pada pendayagunaan kecerdasan linguistik, dan kecerdasan logika matematik. Pelaksanaa umumnya dilakukan dengan cara yang tidak sesuai. Akibatnya, insan dan bangsa Indonesia tidak mampu menjalani kehidupan dengan kecerdasan yang menyeluruh. Perilaku insan dan bangsa Indonesia yang tidak didukung pengembangan kecerdasan yang menyeluruh berakibat ketidakadilan, ketidakjujuran, ketertutupan, dan kekerasan.
Kecerdasan merupakan ungkapan diri menjadikan modalitas belajar kita ber-manfaat dalam masyarakat. Kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta  di dalam kecerdasan yang lainnya, seperti arsitek, musikus, ahli alam, desainer, penari, terapis, pengusaha, dan lain-lain.
Saat ini banyak anak-anak memiliki talenta yang tidak mendapatkan reinforcement di sekolah. Banyak siswa yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak  learning disabled, attention deficit disorder, atau underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sepuluh kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal, setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat produk yang dapat berguna bagi orang lain. Multiple Intelligences bukanlah melabeli siswa hanya memiliki satu jenis kecerdasan, tetapi memberi gambaran bahwa setiap individu memiliki sepuluh macam kecerdasan dengan komposisi dan dominasi yang berbeda.
Siswa akan memperoleh layanan pendidikan yang baik, salah satunya melalui pembelajaran yang memenuhi kebutuhan mereka secara individu dan dapat mengukur beragam potensi siswa. Multiple Intelligences memberi siswa pilihan penuh makna untuk belajar dan untuk mengomunikasikan pengetahuan mereka walaupun pilihan siswa tersebut perlu dikontrol. Tugas guru menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan membantu siswa menggunakan pancainderanya untuk menumbuhkan semua kecerdasan tersebut. Jika guru telah mengusahakan dengan optimal, hasil yang didapat yaitu seluruh jenis kecerdasan siswa akan tumbuh mencapai tingkat yang tinggi. Apabila dipelajari dengan seksama model kecerdasan majemuk tersebut akan sangat membantu dalam memetakan hubungan macam kecerdasan yang dimiliki siswa. Masing-masing jenis kecerdasan tersebut perlu dikembangkan seoptimal mungkin.
Multiple Intelligences dapat mempengaruhi pembelajaran melalui kurikulum. Pada pembelajaran tradisional hanya mengukur siswa dari kemampuan verbal-linguistik dan logika matematika. Teori kecerdasan majemuk (teori Multiple Intelligences) menyatakan bahwa manusia belajar, berkomunikasi, dan memecahkan masalah dengan sepuluh cara. Cara-cara tersebut mendayagunakan kekuatan kepiawaian. Pertama, kekuatan kepiawaian kata (kecerdasan linguistik). Kedua, kekuatan kepiawaian penalaran dan angka (kecerdasan logik-matematik). Ketiga, kekuatan kepiawaian gambar (kecerdasan spasial). Keempat, kekuatan kepiawaian gerak tubuh (kecerdasan gerak ragawi). Kelima, kekuatan kepiawaian irama dan nada (kecerdasan musikal). Keenam, kekuatan kepiawaian hubungan antarinsan (kecerdasan interpersonal). Ketujuh,   kekuatan kepiawaian hubungan manusia dengan fauna, flora, dan alam (kecerdasan naturalis). Kedepalan, kekuatan kepiawaian memahami tujuan hidup (kecerdasan eksistensial). Kesembilan, kekuatan kepiawaian religiusitas, yaitu memahami kaitan alam dengan Sang Pencipta (kecerdasan spiritualitas).
Pendekatan pembelajaran Multiple Intelligences pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan pendekatan pembelajaran Multiple Intelligences tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa yang menggunakannya. Satu hal yang pasti, siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari sepuluh jenis kecerdasan yang dimilikinya. Pendekatan pembelajaran Multiple Intelligences  adalah suatu upaya mencapai kompetensi tertentu dalam pembelajaran dengan cara mengoptimalkan sepuluh kecerdasan yang dimiliki masing-masing individu (siswa). Pendekatan pembelajaran Multiple Intelligences adalah suatu cara mengakses informasi melalui sepuluh jalur kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa, tapi untuk mengeluarkannya kembali, seluruh kecerdasan bersinergi dalam suatu kesatuan yang unik sesuai dengan kebutuhan sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran dengan cara yang menakjubkan. Pendekatan pembelajaran Multiple Intelligences mendorong para guru melakukan inovasi dalam cara-cara mengajarnya. Oleh karena itu, guru dituntut agar lebih kreatif mencari terobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Melakukan pembelajaran yang menyenangkan adalah satu syarat utama yang harus selalu diupayakan.
Penulis adalah alumnus UM dan guru di SDI  Sabilillah Malang