Sanggar Tari Karawitan (STK) Asri Kusuma UM, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menaungi bakat mahasiswa dalam bidang nyinden, karawitan dan tari mengadakan liburan edukatif di salah satu wilayah Malang, yakni di daerah Tumpang, tepatnya di Sanggar Anggrek Turonggo Mukti Wibowo. Acara liburan ini diselenggarakan selama tiga hari (10-13/06) di wilayah yang terkenal dengan Turonggo atau Jaranan dalam bahasa Indonesia. Liburan ini sekaligus pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan keahlian di bidang karawitan dan tari, baik bagi yang sudah  mahir maupun yang masih pemula.
Sebelumnya, liburan yang me­rupakan acara tahunan ini dilaksanakan di Gunung Wukir yang terkenal dengan Tari Remo serta Desa Kedung Mongso yang tersohor dengan Tari Topeng Malangan. Menurut ketua pe­laksana,  Astrid Wangsagrindra Pudjastawa, liburan ini sebagai ajang “nyantrik” dengan sesepuh yang sudah malang melintang di dunia seni, budaya dan sastra secara langsung di tempatnya. Tiga hari tersebut dimanfaatkan untuk latihan menari jaranan, mengecat topeng dan kuda jaranan, menggali informasi mengenai asal usul atau sejarah panjang jaranan, pelaksaanaan malam pagelaran seni hingga sarasehan dengan pembina.
Semua dipandu oleh Bapak Gendam Wahyudi dan Ibu Tri Suhartatik, yang me­rupakan pasangan suami istri pemilik Sang­gar Anggrek tersebut. Menurut Dhirgan Grudhowaringin, Ketua Umum STK, liburan kali ini tidak hanya belajar seni saja karena seusai sarasehan, akan dilakukan tur dan jalan-jalan ke pemandian Sumber Wringin sebelum pulang kerumah masing-masing.
Tiga puluh peserta yang mengikuti acara tersebut akan digembleng sehari semalam agar siap mengadakan pagelaran seni kecil lengkap dengan dandanan dan kostum pada malam berikutnya. Mereka dibagi menjadi dua kelompok sehingga setiap kelompok terdapat lima belas orang yang akan dibagi lagi untuk menentukan penari dan pemain karawitan. Pagelaran tersebut dilihat oleh masyarakat di sekitar lokasi Sanggar Anggrek.
Pemberian kenang-kenangan kepada Bapak Gendam berupa vandel seusai sarasehan dilakukan sebagai simbol terima kasih atas ijin berguru mengenai seluk beluk jaranan dan berpartisipasi dalam liburan berseni yang bertajuk, “Sapa Ngeluluri Bakal Diluwihi, Mari Satukan Semangat untuk Mempelajari Budaya”. “Seniman itu bukan dilihat dari bakatnya, tetapi minat dan kesungguhannya untuk mendalami suatu seni,” tutup ketua pelaksana liburan edukatif ini. Tanti