Judul         : Kisah Lainnya
Penulis       : Ariel, dkk.
Penerbit    : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun        : 2012
Tebal          : 240 halaman
Peresensi   : Ardi Wina SaputraJadi hidup telah memilih, menurunkan aku ke bumi.
Itulah sebaris puisi pembuka sebuah buku biografi berjudul Kisah Lainnya. Buku yang bercerita mengenai perjalanan sebuah grup musik Indonesia yang kisahnya sangat fenomenal.
Nazriel Irham yang akrab disapa Ariel, bersama dengan Uki, Lukman, Reza, dan David menulis dan mengemas buku biografi ini menjadi sebuah sajian yang layak untuk dikonsumsi oleh pecinta musik Indonesia. Kisah-kisah mereka dalam mengejar mimpi, meraih cita-cita, bergumul dalam dunia musik, bahkan betapa sulitnya bangkit dari jatuh dan pahitnya mengecap berbagai macam cobaan merupakan inspirasi tersendiri yang diusung dalam buku ini. Keberanian menghadapi persoalan dengan kepala tegak adalah kunci dari eksistensi karya mereka saat ini.
Kisah Lainnya merupakan catatan per­jalanan selama dua tahun masa sulit yang dihadapi oleh Peterpan. Tahun-tahun penuh cobaan tersebut nyatanya dapat disikapi oleh Ariel dan kawan-kawan secara bijaksana. Banyak perubahan positif dalam diri mereka. Waktu istirahat selama 2 tahun merupakan waktu yang tepat untuk merefleksi serta mengevaluasi diri, hingga masing-masing dari mereka memperoleh pencerahan diri untuk menjadi lebih baik.
Catatan Kisah Lainnya berawal ketika Ariel bersama tim pengelola Peterpan sedang melakukan rapat peluncuran album baru. Namun, tidak pernah disangka muncul berita buruk yang membuat Ariel mulai berurusan dengan pihak kepolisian dan keluar-masuk meja hijau.
Selama kasusnya masih bergulir, ia diinapkan di sel “Kampung Atas” Bareskrim Mabes Polri. Dalam rutan itu ia juga bertemu dengan “Pak Ustadz” atau Abu Bakar Ba’asyir yang dituding sebagai dalang terorisme di Tanah Air.
Usahanya untuk bebas dari jeratan hukum nyatanya sia-sia. Setelah tepat hari ke-120 ia berada di Bareskrim Mabes Polri, jaksa menerima kasusnya dan ia pun akhirnya dipindahkan ke Rutan Kebon Waru, Bandung. Awal kedatangannya di rutan itu, Ariel mulai menghabiskan banyak waktu untuk membuka kembali tabir masa lalunya.
Dalam buku tersebut, Ariel mulai menceritakan awal kisah perjalanan karirnya di bidang musik diiringi sebuah cerita berdirinya Peterpan. Ia menceritakan bagaimana terjalnya jalan yng harus ia lalui bersama kawan-kawannya untuk bisa menjadi musisi profesional. Namun, tidak pernah sekali pun mereka menyerah. “Saya punya prinsip, bila kita punya mimpi, kita sendiri yang harus mengubah mimpi itu menjadi kenyataan”, ungkap Ariel.
Kasus yang menimpa Ariel juga membuat personel lainnya sangat terpukul. Bahkan mereka juga mengalami kerugian baik riil maupun materiil. Ariel harus menjual beberapa asetnya untuk membayar denda ratusan juta pada pengadilan.
Biografi ini juga mengisahkan tentang David,  keyboardist Peterpan yang mengalami dugaan malpraktek di sebuah rumah sakit di Bandung. Dorongan moral dari keluarga, para sahabat, serta pertolongan Tuhan mampu membuat David bertahan. Ia pun menjalani serangkaian operasi tersebut dan berangsur-angsur mulai pulih.
Dari kejadian ini, David merasa bahwa pertolongan Tuhan tiba pada waktunya. Dengan kejadian ini, ia mulai meninggalkan kebiasan-kebiasaan lamanya yang me­rugikan. Ia merasa di-restart kembali dan diberi pencerahan dalam menjalani hidup.
Relasi yang membaik dengan Sang Khalik juga dirasakan oleh para punggawa Peterpan lainnya, yaitu Lukman dan Reza. Mereka menemukan pengalaman religius yang dalam. Lukman mengikuti  Jemaah Tabligh dan melakukan kunjungan dari satu masjid ke masjid lain di Surabaya. Ia juga turut bersama dengan rombongan Jemaah Tabligh Indonesia ke India selama 40 hari. Dari sanalah ia mengajak Reza untuk ikut memperbaiki hubungan religi dengan Sang Pencipta. Setelah mengalami pengalaman religi yang cukup dahsyat ini, mereka mendapat semangat baru menatap masa depan di Peterpan.
Jika teman-temannya mengisi harinya dengan kegiatan religi, lain halnya dengan Uki. Ia mendapatkan sentuhan lain dalam bermusik. Uki mendirikan Astoria. Dalam band baru bentukannya tersebut, Uki mulai menulis lirik dan mengembangkannya untuk dijadikan sebuah lagu. Hal yang biasanya dilakukan oleh Ariel.
Meskipun Uki mendirikan Astoria, namun dedikasinya pada Peterpan tetap menjadi prioritas utamanya. Uki juga mengungkapkan, ”Saya berfikir, kasus Ariel adalah sebuah rencana Tuhan, sebuah pengertian agar hamba-Nya memperbaiki diri. Banyak hal positif yang terjadi karena kasus itu. Dampaknya sangat bagus bagi individu semua personel. Semua ada hikmahnya.”
Di akhir buku, diceritakan mengenai kisah album baru mereka, Suara Lainnya, dan rencana pembentukan nama baru. Dalam album baru ini nama Peterpan sudah tidak digunakan lagi, yang ada hanyalah nama Ariel, Ukie, Lukman, Reza, dan David.
Album tersebut berisi sepuluh instrumen lagu lama Peterpan yang dimainkan oleh beberapa musisi hebat Indonesia dengan  alat musik yang variatif. Selain David dari Peterpan, ada Idris Sardi sang maestro biola tanah air, Henry Lamiri salah satu violis terbaik Indonesia, Momo Geisha, serta musik Karinding dari Karinding Attack yang menambah istimewa sajian instrumen musik itu. Dari kesepuluh lagu itu, sembilan di antaranya murni instrumen dan satu lagu berjudul “Cobalah Mengerti” yang dinyanyikan oleh Momo Geisha.
Nama baru juga disinggung dalam penutup buku itu. Setelah bebasnya Ariel, berbagai spekulasi tentang nama baru mulai mencuat. Namun, Ariel dan kawan-kawan harus menjadikan nama baru tersebut  lebih ke arah semangat untuk mencari sesuatu yang lebih segar yang sesuai dengan keadaan formasi personel band saat ini. “Seaneh apapun kehidupan saya, saya tetap mensyukurinya, karena kehidupan itu sendiri sebenarnya adalah sebuah keajaiban. Bareskrim dan Kebon Waru adalah tempat mempersiapkan diri. Ujian sebenarnya akan dimulai ketika saya sudah keluar nanti”, tegas  Ariel.
Peresensi adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah