Ada Seorang Bocah yang Terjebak di Auramu

ada seorang bocah yang terjebak di auramu
dan meronta ingin keluar bermain
ia mendesak untuk hadir dalam puisi-puisi terbaikmu
berteriak
dan bercerita
yang terus membuatmu percaya bahwa dunia
seperti permen di terik siang
yang harus kau jilat sebelum leleh


Gugur Malam
: gugur malam

ada gugur malam di daundaun buta,
yang mencoba tetap percaya pada bulan yang akan purnama.
ada gugur malam di selasela bibirmu,
terus kuusik agar nanti jadi merah yang menyala di dadaku.

ada gugur malam
: di kerlingmu, di dagumu, di tengkukmu,
dan di suaramu.
aku menunggu mereka jadi milikku.

Sajak Selamat Pagi I

dalam pagi yang merangkak pelan dan
daun-daun yang menjadi basah:
tersimpan selamat pagi yang hangat.
meninggalkan sisasisa dingin dan malam,
yang tercecer tak rapi di balik kelopak mata.

Sajak Selamat Pagi II

matari yang datang seolah siasia
: menaburi pagi dengan cahayacahaya renyah,
tapi mimpimimpi diambilinya satusatu.
tanpa sempat terselesaikan.

Sajak Selamat Pagi III

matahari dikeluarkan dari saku. lalu pelanpelan dinaikkan, hingga nanti sepenuh tiang.
kau tahu, kau masih pagi yang kunikmati seadanya dari balik semaksemak. meski matahari yang lain telah terbit dan benderang di hatimu.

Ke Tepian Muara

bulir peluh sampai di muara.
teduh datang dan sudah giliran.
waktu. waktu. waktu.
menyimpan aku dalam setiap celah.
sudah, sudah!
aku melepas letih yang selesai kering. kini,
aku berenang tak hanya bersama diriku.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Jerman, Koordinator Komunitas Seni Ranggawarsita,
dan bergiat di UKM Penulis