Perempuan Nokturia
: mengilhami cerpen Wa Ode,
“Perempuan yang Kencing
di Semak-Semak”

Perempuan nokturia, kakinya menyelami rerumputan di antara remang pelita teding
Mengantarkan serantang cintanya pada seorang tauke bertopi purun.
Demi melansai bapaknya, yang membatu sebab mendurhakai tanah-tanah yang mengendap di kakinya
Jilbab kuningnya yang lusuh, menyimpan buntalan benih yang subur, diancuk
dalam semak-semak
Suasana sesedap kenanga,
semerah dadamu, Dini.
Namun kini ia telah mati. Menumpahkan air mataku yang berkecai-kecai di pecah kandungmu, mengalir bagai sungai
yang melebuhkanku
Malang, 2012

Kata

Aku alpa mengikat kata-kata yang berhamburan di lidahku
Ketika ia tiba
Kata-kata pada mengabur lewat
air mata
Kata-kata yang tersisa kocar-kacir
di dalam dada
Memukuli detak jantung dengan gada
Sisa kata yang lainnya remuk oleh rasa yang terkatung
Sisanya lagi adalah aku,
Yang hangus oleh kata-kataku
Mojokerto, 2010

Lelaki Misikku, Firda

Malam bergulir pada ranting culas yang membunuh rembulan, memenjarakannya dalam dahan ringkih. Apa yang kuragukan ketika menjumpai rumahmu dalam keadaan terbuka? Tirai tergerai dan balkonmu yang bercahaya?
Menjumpaimu dalam bayang-bayang menghabisi malam berdua dengan dua cangkir kopi yang telah kemarau. Aku menyaksikan berandamu merekahkan mawar hitam yang durinya
menusuki jemariku
Mungkin janjimu mengabur seperti penderita rabun atau terkubur oleh berlapis bidadari yang memikul kesepianmu tanpaku selama ini
Ketika aku berjalan menepi menjaga ruang suciku untukmu, kau tak pernah tau.
Wangi misikmu merobek
urat nadiku, Firda.
Tak kau mencium peri bakung berjajar pada kuncup kecubung
Malam habis dalam asap-asap di udara, tumpah dari lidahmu

Langkahku sarat
Dan matahari tak lagi mampu mengeringkan air mataku
Retensimu masih tenggelam di dalam ruangku yang timpang

Aku somatonia
Cintaku bersembunyi di malam-malam panjang dalam hidupku setelah ini
bukan kepadamu kemarin lusa
Dalam gaib debar jantungku,
kuharap pernikahanmu adalah surga

Dan perempuanmu adalah teratai yang memekarkan kerinduanmu
untuk kembali menciumnya
Malang 2011
Penyair adalah mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2011. Bergiat di majalah Gelora dan LP3ME FE.