Galau karena punya pacar yang nggak pernah marah? Galau punya pacar yang suka iya-iya aja waktu dikerjain temen sekelas? Galau punya pacar yang sabar sesabar-sabarnya? Kayaknya itu sesuatu yang sangat jarang kita jumpai karena punya pacar sabar malah akan menghindarkan kita dari sifat galau. Ya, mungkin punya pacar yang sabar adalah suatu kebanggaan bagi kita. Mau usil nggak apa-apa, mau marah-marah tanpa sebab nggak apa-apa, mau bikin si dia nunggu kita berjam-jam juga nggak apa-apa. Damai banget, kan rasanya?
Tapi sabarnya pacar yang seperti itu bukanlah sabar yang bisa dibanggakan oleh Divvy, kekasih Reaza. Bukannya malah bangga karena memiliki Reaza yang super sabar, Divvy malah geregetan dengan tabiat pacarnya itu. Mungkin sabar yang dimiliki Reaza tidak sama dengan sabar yang ada di kamus Divvy. Reaza yang tabah dikerjai oleh teman-temannya juga bukanlah perilaku sabar menurut kamus Divvy. Baginya, sabarnya Reaza adalah sabar yang keterlaluan. Bahkan, Divvy sering mengomeli Reaza karena sifatnya yang super sabar itu.
Orang yang membaca judul buku ini, Cowokku Vegetarimood, pasti penasaran dengan isi ceritanya. Vegetarian adalah orang yang tidak mengonsumsi daging, sedangkan vegetarimood? Jika kita sudah membaca cerpen pertama dalam buku ini, tentu kita akan berkesimpulan bahwa vegetarimood yang dimaksud dari judul adalah penyabar. Memang sedikit aneh, tetapi cukup unik untuk dijadikan sebuah judul cerita yang pernah dimuat di majalah Teen tahun 2010 ini.
Buku yang menyajikan lima belas cerpen populer ini tak hanya berisi soal percintaan remaja saja. Namun, juga diselingi dengan kisah persahabatan dan keluarga. Permasalahan yang diangkat dalam cerpen-cerpen karya mahasiswa UM ini juga tak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Seperti kisah remaja yang maniak terhadap bintang idolanya juga diusung dalam cerita kedua “Afganisme!”.
Paduan cerita cinta dan pertengkaran antara kakak-adik disajikan pada cerita ketiga yang berjudul “Lumpia Valentine”. Cerita yang cukup realistis di kalangan remaja ini menceritakan tentang seorang gadis yang kesal terhadap kakak kembarnya karena si kakak selalu saja mengganggu acara pedekate-nya dengan sang pujaan hati. Menurut Lena, kakaknya yang secantik Cinta Laura itu seakan sanggup membelokkan panah cinta setiap pria yang akan nyangkut di hatinya.
Beranjak ke permasalahan remaja yang sedang dimabuk arus globalisasi, “Laptop Baru Cahyo”, sebuah cerita yang masuk dalam kumpulan cerpen Perempuan Merah dan Lelaki Haru ini menceritakan tentang kisah sangat dekat dengan keseharian kita. Cahyo, seorang mahasiswa yang belum mempunyai laptop merajuk pada kedua orang tuanya untuk segera dibelikan sebuah laptop. Dengan segala bujuk rayunya, orang tuanya pun mengiriminya uang dan Cahyo akhirnya bisa membeli barang impiannya tersebut.
Awalnya, memang Cahyo membutuhkan laptop untuk memperlancar pengerjaan tugas kuliahnya. Namun, kenyataan berkata lain. Sebagai remaja yang sedang hanyut dalam tekanan globalisasi, Cahyo pun ketagihan berselancar di dunia maya lewat jejaring sosial Facebook dan mulai berkenalan dengan seorang gadis.
Tugas-tugas perkuliahan yang seharusnya makin lancar untuk dikerjakan dengan bantuan laptop pun kini serasa alot untuk dikerjakan. Segalanya terbengkalai karena Facebook dan gebetan barunya. Walau kisah ini tidak berakhir bahagia, tetapi terselip hikmah untuk kita semua sebagai pembaca. Kita harus menghargai jerih payah kedua orang tua yang sudah menyekolahkan kita dan jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal baru yang hinggap dalam hidup kita.
Sebagai penutup, mungkin kita beranggapan bahwa setiap karya yang dimuat di media adalah karya yang mutlak bagusnya. Namun, jika diteliti lagi, setiap karya baik yang di muat maupun yang tidak tentunya masih memiliki sisi kekurangan yang butuh dikritik dan sisi kelebihan yang patut dipuji. Begitu pula dengan buku antologi cerpen karya M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim ini.
Kelebihan dari buku ini adalah seluruh cerpen yang disajikan adalah cerpen-cerpen penulis yang pernah dimuat di pelbagai media. Hal inilah yang membuat buku ini lebih berkualitas dari buku fiksi yang lain. Akan tetapi, jika diurutkan dari cerita yang paling awal dimuat, penulis masih terkesan buru-buru dalam pembuatan ending sebuah cerita. Inilah salah satu kekurangan dari buku ini. Namun, seiring berjalannya waktu, sifat terburu-buru penulis tersebut kian pudar dan karya terbarunya semakin menarik untuk dibaca.
So, tunggu apa lagi? Ayo segera dapatkan bukunya!
Peresensi adalah mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan dan bergiat
di UKM Penulis