Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si.

Perjalanan panjang nan berliku menuju puncak kesuksesan, bagi tiap individu tentu menyisakan cerita. Terkadang jejak-jejak cerita itu perlu kembali dibuka, dipelajari, dan diambil sari-sari hikmahnya. Pun dengan perjalanan panjang Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang baru dilantik 2 Mei 2013 lalu, Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. Dari seorang yang sederhana, dengan perangai ramah, dia berhasil mencapai puncak jabatan sebagai Rektor. Siapa yang menyangka dia pernah menempa ilmu, digodok di kawah condrodimuko Universitas Negeri Malang. Bagaimana perjalanan Beliau menuju kesuksesannya dan apa saja yang dilakukannya selama di UM? Simak wawancara kru Komunikasi di bawah ini dengan Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si.

Untuk mencapai sukses, tentu semua membutuhkan proses. Bisa Bapak ceritakan bagaimana awal mula perjalanan karir Bapak hingga pada akhirnya Bapak menjadi seorang Rektor?
Saya dulunya adalah orang yang biasa, dosen biasa. Saya selalu bekerja dengan sebaik-baiknya. Bagi saya bekerja secara istiqomah dan pantang menolak amanah adalah suatu keharusan yang saya tanamkan pada diri saya. Apa pun yang ditugaskan kepada saya, saya selalu mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, tidak pernah mengeluh apalagi menolaknya.
Dulu saat awal-awal menjadi dosen, saya pernah diberi tugas mengetik surat, bahkan menuliskan nama-nama di ijazah. Semua itu saya jalani dengan tulus. Sampai pada akhirnya, step demi step, langkah demi langkah, membawa saya pada posisi yang seperti ini.

Motivasi apakah yang Bapak pegang selama ini sehingga memacu Bapak untuk sukses dan pada akhirnya menjadi seorang Rektor?
Salah satu hal yang membuat saya selalu ingin sukses adalah kepuasan, dan menurut saya kepuasan yang terbaik adalah ketika saya berprestasi. Dari situlah muncul motivasi saya untuk selalu berusaha melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya. sehingga apa pun yang saya lakukan pada akhirnya membuahkan prestasi. Mungkin posisi sebagai Rektor ini adalah salah satu prestasi bagi saya.

Saat ini Bapak menjadi seorang Rektor di UIN Malang. Sebagai seorang pemimpin, tentu Bapak memiliki karakter kepemimpinan yang khas. Seperti apa pola kepemimpinan Bapak?
Karakter kepemimpinan saya itu disiplin, terutama disiplin waktu. Saya selalu datang pukul 07.30 WIB dan pulang pukul 04.30 WIB. Saya juga membiasakan kedisiplinan waktu ini kepada semua civitas akademika UIN Malang. Sehingga dengan disiplin ini semuanya bisa bergerak dengan cepat. Itulah salah satu cita-cita saya.

Rektor UIN Malang (tengah)

Adakah program-program yang Bapak canangkan di kampus yang Bapak pimpin, sehingga nantinya akan memiliki nilai plus dibandingkan kampus-kampus lainnya?
Tentu ada, program yang terbesar adalah Internasionalisasi Universitas. Di mana dalam program tersebut kami mengundang mahasiswa dari luar negeri untuk datang ke UIN Malang ini. Selain itu kami juga mengadakan pertukaran mahasiswa, mengadakan dan mengikuti workshop skala internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, dan menguliahkan beberapa dosen di luar negeri. Selain itu pengembangan kelembagaan juga tetap menjadi perhatian kami, serta yang sedang gencar-gencarnya kami lakukan adalah memberikan apresiasi kepada mahasiswa prestasi akademik maupun nonakademik.

Sebagai seorang pemimpin sebuah universitas besar seperti UIN, adakah kendala-kendala yang Bapak hadapi, dan bagaimana menyelesaikannya?
Sebagai sebuah universitas negeri, tentu pelaksanaan kegiatan universitas bergantung pada pemerintah. Sehingga dari sini muncul kendala-kendala seperti banyak program-program yang dicanangkan tidak terlaksanakan sesuai harapan, salah satunya karena pendanaan.

Bapak pernah belajar di Universitas Negeri Malang (UM). Bisa Bapak ceritakan bagaimana keadaan Bapak saat itu ketika Bapak sedang menuntut ilmu di UM?
Saya masuk di IKIP Malang (sekarang UM) pada tahun 1979 dan lulus 1984. Sebelum di IKIP, saya berasal dari STM sehingga ketika masuk di Sastra Inggris IKIP saya termasuk kalangan bawah. Saya kurang memiliki modal akademik, karena saat di STM banyak pelajaran yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kebahasaan. Hal itulah yang membuat saya sempat minder di tahun awal-awal kuliah.
Namun, di tahun kedua saya tidak mau dalam posisi stagnan. Saya mulai bersemangat, saya pacu terus kemampuan bahasa Inggris saya dengan belajar, dengan banyak membaca. Pada akhirnya saya mampu mengejar ketertinggalan saya. Tidak hanya itu, saya sempat masuk sepuluh besar dan terpilih menjadi mahasiswa teladan kedua di universitas saat itu.

Bisa Bapak ceritakan pengalaman-pengalaman apa saja yang bapak dapatkan selama menuntut ilmu di UM?
Pengalaman selama menjadi mahasiswa di IKIP saat itu, ya sama dengan mahasiswa yang lainnya, jalan-jalan bersama, berkumpul bersama, dan diskusi seperti itu. Saya juga ikut organisasi. Saat itu saya ikut kepenulisan yang dinaungi oleh koran kampus, namanya koran Komunikasi (sekarang majalah Komunikasi). Dari sana saya belajar membuat beberapa tulisan yang juga saya kirimkan ke beberapa media seperti Jawa Pos, Malang Pos, seperti itu. Dari belajar menulis itu, banyak sekali hal positif yang saya dapatkan. IKIP juga mengajarkan saya belajar dengan keras dan sungguh-sungguh.

Kebiasaan-kebiasaan apa saja yang selalu Bapak lakukan selama kuliah dulu, yang mungkin membantu Bapak berhasil seperti saat ini?
Saya selama kuliah dulu ikut Badan Dakwah Masjid (BDM), sehingga saya sering menjadi Mu’adzin. Saya senang sekali qiro’ah dan hal terpenting yang tidak pernah saya lewatkan dari dulu sampai sekarang adalah salat berjamaah, salat dhuha, dan witir sebelum tidur.

Bagimanakah kesan dan pesan Bapak untuk seluruh teman-teman mahasiswa UM sehingga dapat mengikuti jejak Bapak yang sukses seperti saat ini?
Pesan untuk teman-teman mahasiswa di UM, orang itu harus punya idealisme, jangan terombang-ambing oleh pluralisme. Idealisme dalam hal ini yang saya maksudkan adalah selalu mengutamakan kualitas. Banyak orang yang menilai saya sebagai orang yang perfeksionis. Selain itu untuk teman-teman Mahasiswa UM, ingat moto hidup saya Be The First or The Best. Jadi di mana pun berada jadilah salah satu di antaranya, kalau tidak menjadi yang nomor satu, jadilah yang terbaik.
Satu lagi bagi teman-teman Mahasiswa UM, bersyukurlah kalian, karena kalian sangat beruntung bisa menimba ilmu di salah satu universitas terbaik di Indonesia, yang benar-benar berkomitmen dan keras dalam pendidikan, yakni di UM. Sudah jarang kampus-kampus saat ini yang masih mempertahankan komitmen tersebut. Saya bangga dulu bisa kuliah di sana, dan saya harap kalian juga demikian.Semoga apa yang sudah kita lakukan ini dapat bermanfaat dan semoga semua cita-cita teman-teman bisa tercapai.Iin