Kini Malang bukan lagi kota yang bebas banjir. Setiap hujan deras mengguyur kota Malang, kita akan menyaksikan jalan-jalan di sejumlah titik terendam banjir. Jika hal tersebut terus dibiarkan tanpa solusi, kemungkinan besar kota yang dulunya indah nan hijau ini bisa tenggelam.
Seperti yang diungkapkan Emma Rahmawati, Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam Lokakarya Integrasi Aksi Adaptasi Perubahan Iklim dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Brantas di Hotel Savana, Malang, Jumat 14 September 2012. Jika dilihat topografinya, kota Malang terletak pada dataran tinggi, yakni 440.667 meter di atas permukaan air laut. Kondisi tersebut seharusnya membuat kota Malang aman dari banjir. Namun, faktanya banjir mampu hidup di kota ini beberapa tahun terakhir.
Banjir di kota Malang jamak alasan, di antaranya terjadi perubahan fungsi lahan atau alih fungsi lahan. Lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air kini tertutup beton. Alih fungsi bangunan itu, misalnya adanya pembangunan mal, ruko-ruko, dan sebagainya. Hal itu membuat semakin minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Semakin berkurangnya RTH, maka daerah resapan air juga tidak dapat mewadahi air. Air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil, sedangkan volume aliran air permukaan semakin besar. Akibatnya banjir tak terelakkan lagi di kota ini.
Menurut Lembaga Pusat Penghijauan dan Pengembangan Sumber Daya Air Tirta Mahardika, semakin banyak pembangunan yang tak sesuai dengan tata letak kota. Lebih lanjut didapati hanya sekitar sepuluh persen air hujan yang bisa terserap oleh tanah. Padahal, optimalnya delapan puluh persen air hujan bisa diserap oleh tanah. Oleh karena itu, pemerintah kota diharapkan secepatnya mencarikan solusi mengatasi banjir yang sering terjadi di kota ini. Salah satu solusi yang bisa dijalankan, yakni dengan membuat sumur resapan.
Dalam bahasa sederhananya, sumur resapan merupakan suatu rekayasa teknik konservasi air, berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur galian dengan kedalaman tertentu. Dengan kata lain, sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Nantinya akan berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sasaran lokasi pembangunannya adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga, serta fasilitas umum lainnya.
Sebagaimana diketahui, prinsip kerja sumur resapan untuk menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur. Air hujan yang semula jatuh ke atas permukaan genteng tak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah. Namun, dialirkan melalui seng lalu ditampung ke dalam sumur resapan, sehingga air hujan yang turun langsung ke tanah maupun yang jatuh terlebih dahulu ke genteng bisa meresap ke dalam tanah.
Beberapa manfaat dengan membuat sumur resapan, yakni (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir serta erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
Nah, jika diasumsikan satu sumur resapan dapat meresapkan air sebanyak 3 m3, maka jika dalam suatu kawasan terdapat seratus rumah dengan seratus sumur resapan, air yang diretensi sebesar 300 m3 atau setara dengan 300.000 liter atau sama dengan enam puluh mobil tangki dengan kapasitas 5000 liter. Dengan begitu, bisa mencegah genangan air di permukaan.
Sumur resapan juga bisa memperbaiki kondisi air tanah atau mendangkalkan permukaan air sumur. Air hujan yang diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah. Air yang tersimpan dalam tanah tersebut bisa dimanfaatkan melalui sumur-sumur atau mata air.
Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat. Dengan adanya perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk meresapkan air.
Di lain sisi, dengan adanya penurunan aliran permukaan, maka laju erosi pun akan menurun. Tanah-tanah yang tergerus dan terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan kecil. Dengan demikian, adanya sumur resapan mampu menekan besarnya aliran permukaan dan bisa menekan laju erosi.
Pembuatan sumur resapan ini sangat simpel. Konstruksinya sebagaimana layaknya sumur gali, cukup dibuat dengan diameter 1 m dan kedalaman 1,5 m. Ruang sumur direncanakan kosong guna menampung semaksimal mungkin air hingga dimensinya optimal. Sumur resapan bisa dibuat dari berbagai bahan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta ketersediaan bahan baku di lokasi dan ketersediaan dana yang memadai. Bahan saluran air bisa menggunakan pipa besi, pipa paralon (PVC), bambu, hong dari tanah atau beton, dan parit-parit galian tanah yang diberi batu. Dinding sumur dapat menggunakan tembok, drum bekas, hong beton, anyaman bambu, atau tangki fiberglass. Alas sumur dan sela bagian dinding tempat meresapnya air dapat menggunakan bahan kerikil atau ijuk.
Simpel, bukan?
Oleh Riska Elina Sari Penulis adalah mahasiswa
Pendidikan Geografi