UM memiliki banyak mahasiswa yang berpotensi dalam berbagai bidang. Mulai dari akademik hingga non akademik, seperti olahraga dan seni. Salah satu contoh mahasiswa UM yang amat berpotensi di bidang seni adalah Rofi’atul Muna. Keahliannya di bidang seni baca al-Quran telah dibuktikan dengan belasan prestasi yang diukirnya sejak anak-anak hingga saat ini. Bagaimana profilnya? Simak hasil wawancara Komunikasi berikut ini.

Nama : Rofi’atul Muna
TTL : Bojonegoro, 29 November 1994
Fak/Jurusan : Sastra/S1 Pendidikan Bahasa Arab
Alamat : RT 03/ RW 01, desa Ngujo, Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro

Penghargaan/ kejuaraan:
• Juara I MTQ kategori anak-anak, tingkat kabupaten (Bojonegoro, 2004)
• Juara Harapan 1 MTQ kategori anak-anak, tingkat provinsi Jawa Timur (2005)
• Juara I MTQ Jam’iyatul Qurro’ wal Huffadz, tingkat provinsi Jawa Timur (Lumajang, 2007)
• Juara I MTQ Porseni, tingkat provinsi Jawa Timur (Malang, 2007)
• Juara II MTQ, tingkat provinsi Jawa Timur (Kota Blitar, 2007)
• Juara II MTQ, tingkat nasional (Banten, 2008)
• Juara I MTQ, tingkat internasional (Yogyakarta, 2008)
• Juara I MTQ kategori remaja, provinsi Jawa Timur (Jember, 2009)
• Juara Harapan 3 MTQ, tingkat nasional (Bengkulu, 2010)
• Juara II MTQ Porseni, tingkat provinsi Jawa Timur (Jember 2011)
• Juara I MTQ Universitas Negeri Malang (Malang, 2012)
• Juara I MTQ cabang Syarhil Qur’an UM (Malang, 2012)
• Juara I MTQ mahasiswa, tingkat nasional (Padang, 2013)

Riwayat pendidikan :
• MI Salafiyah desa Ngujo
• MTs Islamiyah Ponpes Attanwir Bojonegoro
• MA Islamiyah Ponpes Attanwir Bojonegoro
• S1 Pendidikan Bahasa Arab UM (2011-sekarang)

Dari sekian banyak informasi yang kami telusuri, teman-teman Anda banyak me­ngutarakan bahwa Anda sudah menggeluti bidang qiraah sejak dini. Sejak kapan lebih tepatnya?
Alhamdulillah, segalanya hanya milik Allah. Sejak duduk di bangku kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), orang tua saya mulai mengajari saya tentang seni baca al-Quran yang mendasar dan mudah diserap. Hal tersebut juga dipermudah dengan bakat suara yang dianugerahkan Allah kepada saya. Sejak saat itulah orang tua saya mulai mengarahkan saya untuk mendalami seni baca al-Quran.

Apakah kedua orang tua Anda juga Qari’?
Ibu lebih tepatnya.

Mengapa harus qiraah? Tidak adakah keinginan Anda untuk mendalami dunia tarik suara semacam menyanyi?
Keinginan itu memang ada. Kalau pun saya mempelajari teknik bernyanyi, itu akan saya batasi hanya sekadar untuk pengetahuan saja dalam lingkup yang kecil. Bukan untuk dijadikan suatu prioritas untuk digeluti.

Kapan pertama kali Anda mengikuti kompetisi qiraah dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)?
MTQ pertama yang saya ikuti pada tahun 2004, yaitu MTQ tingkat anak-anak se-Kabupaten Bojonegoro.

Ketika itu apakah langsung menyabet juara I?
Bi idznillah, dengan izin Allah, juara I.

Butuh waktu berapa lama untuk belajar dan mempersiapkan lomba itu? Sejak per­tama sampai saat ini, terhitung berapa kali mendapat kejuaraan? Tampaknya Anda lebih sering menyabet piala daripada men­dulang kekalahan.
Untuk persiapan, kira-kira selama sebulan belajar pada ibu saya. Pada hakikatnya, juara II itu kalah dengan juara I. Juara III kalah dengan juara II, begitu pun seterusnya. Yang terpenting dalam perlombaan al-Quran itu bukan kalah atau menangnya, tetapi lebih pada pengalamannya. Bukankah menjadi berkah jika bertambah kebaikan?

Ketika masuk UM dulu melalui jalur apa?
Alhamdulillah, melalui jalur prestasi khusus (presus).

Bagaimana kronologinya sehingga Anda menjadi salah satu perwakilan UM dalam MTQ mahasiswa nasional tahun ini?
Ceritanya cukup rumit. Sebenarnnya, sejak awal masuk UM saya sudah diminta Pemkot Malang untuk menjadi salah satu kafilah Kota Malang di MTQ Surabaya tahun 2013 ini. Saat itu saya bersedia karena kebetulan tidak ada jadwal lomba. Namun, ternyata setelah pembinaan di Kota Malang yang saya ikuti berlalu setengah jalan, UM meminta saya berpartisipasi dalam MTQ mahasiswa nasional yang tanggal pelaksanaannya bersamaan dengan jadwal saya sebelumnya. Sempat bingung juga.
Namun, setelah saya pikir matang-matang dan tentunya dengan bantuan saran dari beberapa orang terdekat serta dosen, akhirnya Allah memberi jalan keluar dari kebimbangan saya. Alhasil, saya me­mutuskan untuk berpartisipasi sebagai delegasi UM dalam MTQ mahasiswa nasional dan Alhamdulillah Allah memberi saya hadiah dan keberkahan.

Bagaimana pelaksanaan lomba dari babak ke babak dilangsungkan?
Awalnya, saya tampil di babak penyisihan hari ketiga pada 26 Juni 2013. Pada saat pengumuman nominasi final, saya ada di posisi kedua. Namun, setelah tampil di babak final pada 28 Juni 2013, Allah menganugerahkan lebih pada saya yang tampil biasa-biasa saja.
Adakah kiat khusus yang Anda lakukan dalam mempersiapkan setiap perlombaan?
Menjaga suara, seperti mengurangi makanan yang berminyak dan minuman dingin. Kemudian menjaga kesehatan. Namun, yang paling utama adalah doa.

Selain itu, tentu ada usaha yang dilakukan secara teratur?
Ya. Bagi saya, tiada hari tanpa al-Quran.

Bagaimanakah suka duka mengikuti lomba MTQ selama ini?
Dalam setiap kegiatan MTQ selalu ada pengalaman dan pelajaran baru yang saya dapat: arti sebuah kesuksesan, makna kegagalan, dan motivasi untuk tak pernah putus asa meski terjatuh. Ketika pembinaan sebelum pelaksanaan lomba MTQ, saya bisa belajar dengan ustadz-ustadz senior dari penjuru Jawa Timur, bahkan lebih dari itu. Tak pernah saya sangka bisa bertemu dan mengecup manisnya ilmu dari beliau-beliau. Ada juga teman-teman yang cerdas dan pintar di bidang masing-masing sehingga bisa berbagi ilmu.
Bagi saya, di sinilah ladang ilmu tiada batas dan anugerah terbesar dari Allah. Di antara hal tersulit yang saya hadapi adalah membagi beberapa hal agar seimbang di mana usaha keras saya tetap saja menghasilkan perlakuan yang berat sebelah, yakni antara sekolah, organisasi, dan jadwal pembinaan yang saling berseberangan.
Ketika sekolah dulu, saya sering sekali izin tidak masuk bahkan sering tidak ikut ujian. Beruntung, pihak pondok dan sekolah bisa memahami hal itu. Pernah suatu ketika saya meminta izin untuk tidak mengikuti pembinaan di provinsi karena waktu tersebut merupakan satu-satunya kesempatan saya mengikuti ujian akhir. Sayangnya, pihak pembina kurang berkenan dan saya didiskualifikasi dari MTQ nasional di Ambon. Meski demikian, saya tidak menyesal karena ternyata Allah memberi saya hasil yang gemilang pada ujian akhir tersebut.

Bagaimana tanggapan teman-teman ter­hadap prestasi Anda?
Teman-teman saya sangat mendukung dan berperan dalam setiap langkah saya. I love them. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan balasan yang lebih baik.

Harapan keluarga untuk Anda selepas dari universitas?
Keluarga hanya berpesan agar saya terus mengembangkan potensi yang sudah terbentuk agar lebih bermanfaat di masyarakat. Apa pun yang akan saya lakukan setelah kuliah nanti semoga Insya Allah merujuk pada al-Quran. Ini juga merupakan satu-satunya alasan mengapa saya memilih Jurusan Sastra Arab. Saya ingin menunjukkan bakti saya kepada Sang Pemilik Nafas lewat kitab suci-Nya karena kita tidak akan benar-benar bisa memahami al-Quran kecuali belajar bahasa al-Quran.

Adakah kunci kesuksesan yang ingin Anda bagikan kepada teman-teman sesama maha­siswa dan pembaca Komunikasi?
Bismillah. Kunci sukses yang berkah adalah Tuhan, ta’dzim kepada ustadz atau guru, selalu mengunggulkan orang tua di atas kepentingan yang lain, memiliki hati yang ikhlas, selalu mengangkat kedua tangan dan berdoa. Insya Allah, kesuksesan ada di depan mata.Atif