asasOleh M. Mukhlis Saktiyawan

Temui Wakilmu, kegiatan yang terinspirasi dari parlemen Amerika
Serikat dengan maksud menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan aspirasi mereka secara langsung kepada DPR RI. “Kami ingin membuat tradisi baru di perpolitikan Indonesia, dengan menyontoh sistem town hall di Amerika Serikat,“ ujar Rizki Aljupri, salah satu penggagas kegiatan itu.Menurutnya, pertemuan tatap muka antara anggota dewan dengan konstituennya masih sulit ditemukan di Indonesia, kecuali pada masa reses DPR dimana para legislator menyambangi daerah pemilihannya. Hal ini berbeda dengan wakil rakyat di AS, mereka memiliki jadwal town hall meeting rutin tiap bulannya. “Di negara kita, pertemuan antara anggota dewan dengan konstituennya masih cenderung bersifat simbolis dan sering kali transaksional,” ujarnya. Dengan demikian, masyarakat merasa jauh dengan wakil rakyat mereka. Temui Wakilmu ingin menjadi jembatan antara anggota dewan dan anak muda, sekaligus memberikan pembelajaran bagi pemuda Indonesia mengenai fungsi, tugas, dan wewenang wakil rakyat mereka yang bekerja di Senayan. “Diharapkan kegiatan Temui Wakilmu ini dapat mengubah citra DPR secara perlahan menjadi lebih positif dan tentunya aspiratif,” lanjut lulusan S1 dan S2 di Washburn University, Kansas, AS ini.
Kegiatan ini sudah berlangsung du kali. Pada edisi kedua ini, Kamis (22/01) bersama Hanafi Rais (Wakil Ketua Komisi I), Dave Laksono (Anggota Komisi I), dan Moreno Soeprapto (Anggota Komisi X). Topik yang diperbincangkan adala “Tantangan Pemuda Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Peserta Temui  Wakilmu terdiri dari dua komponen, yaitu peserta melalui proses seleksi esai dan undangan ke beberapa komunitas anak muda. Pada edisi kedua ini, total esai yang masuk kurang lebih seratus esai dan dipilihlah lima belas esai terbaik dari beberapa mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia.
Acara ini dimulai pukul 14.00 WIB bertempat di Operation Room, Gedung Nusantara I DPR RI. Dalam dialognya, ketiga anggota
dewan tersebut memaparkan permasalahanIndonesia dalam persaingan memasuki MEA 2015. “Salah satu permasalahan menghadapi MEA adalah penerapan sistem hukum yang berbeda-beda antar negara-negara anggota ASEAN, sehingga perlu ada pertemuan antara negara-negara ASEAN untuk membahas peraturan bersama agar tidak ada salah satu negara yang merasa sangat dirugikan dan sangat diuntungkan dalam ASEAN Economy Community atau MEA ini”, ujar anak tertua Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan ketua MPR RI. Di sisi lain, mantan dosen UGM ini menjelaskan ketika hukum yang baku dan sama setiap negara diberlakukan di wilayah ASEAN, yang menjadi PR besar untuk
pemerintah nantinya adalah menjaga wibawa Republik Indonesia di mata ASEAN dan Dunia.
Pendidikan anak bangsa, menurut Dave Akbarshah menjadi faktor penting untuk menyongsong MEA 2015. Dari sudut pandang anggaran, menurut lulusan S1 Liberal Arts Santa Monica College, S2 Political Science California State University, dan S3 Kebijakan Publik di UI ini, sebaiknya anggaran pendidikan tetap dipertahankan Temui Wakil Rakyatmu Menyongsong MEA 2015 dok. pribadi Pembagian hadiah juara esai (dari kiri; Hanafi Rais, Dave Laksono, M. Mukhlis Saktiyawan(UM), Riska Efriani(Univ. MH Thamrin), M. Ilham Karim(ITB), Moreno Soeprapto) Oleh M. Mukhlis Saktiyawan sebesar 20 % dari APBN karena pendidikan sangat fundamental dalam menyiapkan kualitas SDM Indonesia agar bisa berdaya saing dengan negara ASEAN lainnya.
Sementara itu, Moreno Soeprapto menjelaskan, “MEA bisa menjadi keuntungan sekaligus menjadi ancaman bagi Indonesia. Bonus demografi Indonesia harus dikelola dengan baik, jangan sampai menimbulkan masalah baru. Kita harus siap menghadapi MEA 2015, salah satu usahanya adalah mempersiapkan diri dengan latar pendidikan masing-masing. Saat ini, peran pemuda sangat dibutuhkan tidak hanya bersandar pada pendidikan semata, tapi keterampilan juga,” ujar pemuda yang dikabarkan dekat dengan putri Indonesia 2005 ini. Menurutnya, untuk mengajak masyarakat berpastisipasi aktif menyambut MEA 2015, perlu sosialisasi yang masif. Menurut ketiga pemateri tersebut, saat ini DPR tengah serius menyiapkan produk legislasi demi menyongsong MEA 2015 ini. Pada akhir acara diumumkan pemenang lomba esai. Tak diduga, M. Mukhlis Saktiyawan, mahasiswa Kimia UM mendapat juara 1 dengan mengangkat tema “Revolusi Pemuda Indonesia Demi Inovasikan Sains Dan Teknologi Menyongsong MEA 2015”.
Dalam esainya, Sakti menjelaskan bahwa kebanyakan dari pemuda Indonesia hanya sebagai pengguna atau konsumer dari teknologi. Kita bukan lagi sebagai pembuat atau inovator dalam teknologi dan aplikasinya. Padahal, dahulu kita dianggap sebagai salah satu pionir dalam telekomunikasi dengan digunakannya satelit Palapa. Indonesia sebagai negara ketiga yang memiliki satelit telekomunikasi. Ini tantangan bagi generasi muda Indonesia. Dapatkah kita mengubah kondisi ini menjadi kesempatan? Oleh
karena itu, penguasaan sains dan teknologi diharapkan dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup kita khususnya
menyongsong MEA 2015. Menurut mantan Ketua HMJ Kimia ini, Banyak bidang “baru” yang diperkirakan akan menjadi primadona dalam menghasilkan prosperity, yaitu antara lain Bioteknologi, dan Nanoteknologi. “Nah, siapkah kita menjadi salah satu pionir di bidang itu dengan inovasi-inovasi yang dapat menyelamatkan Indonesia pada MEA 2015? Akankah ada peneliti-peneliti tangguh dari Indonesia untuk berkompetisi dalam menyongsong MEA 2015? Yang akan menjawab adalah kita sendiri,”ujar ketua BEM FMIPA 2014 ini.
Selanjutnya akan diadakan kegiatan Temui Wakilmu Edisi 3 pada (17/02) pengisi acara dari DPR RI, Ibu Meutya Hafid (Anggota Komisi I DPR RI) dan Desy Ratnasari (Anggota Komisi VIII DPR RI). Bagi yang ingin bergabung silahkan dilihat di twitter: @TemuiWakilmu atau bisa menghubungi alumni peserta Temui Wakilmu Edisi 2. Penulis adalah mahasiswa Matematika
FMIPA