Oleh Ali Imron

Di bulan Agustus ini, paling tidak ada tiga peristiwa penting yang dialami oleh civitas akademika UM. Pertama, hari kemerdekaan RI 17 Agustus, sebagaimana yang dialami oleh seluruh warga negara RI. Kedua, Munas dan reuni akbar alumni UM. Ketiga, penerimaan mahasiswa baru UM tahun 2015.
Tiga momentum penting ini, kerap menjadikan kita merasa bangga. Bangga dengan negeri kita, karena saat dijajah semua merasakan penderitaan lahir batin. Sementara setelah merdeka, bisa merasakan indahnya kemerdekaan dan makin merasakan kemakmuran hidup. Bangga menjadi alumni UM, karena berkat asuhan selama di UM-lah, kini para alumni banyak yang merajut kesuksesan di segala bidang kehidupan. Bangga menjadi mahasiswa baru UM, karena telah lolos melalui seleksi yang sangat ketat, mengalahkan kandidat mahasiswa yang tidak diterima di UM.
Yang patut direfleksi, cukupkah kebanggaan kita atas Indonesia dan atas UM tercinta? Cukupkah kita bangga, dengan pemberian besar yang kita terima dari Indonesia dan UM? Jika posisi kita, hanyalah menjadi “pembangga” atas pemberian Indonesia dan UM, maka sungguh, derajat kita berada di poisisi sebagai penerima, dan tidak pernah di posisi sebagai pemberi. Kalau kita tidak membangun kesadaran diri, makin lama kita bisa terjerembab dalam kubangan “pemeras” Indonesia dan sekaligus “pemeras” UM. Dengan kata lain, kita hanya ingin mendapatkan “sesuatu” dari Indonesia dan UM selanjutnya tidak pernah terlintas untuk memberi kepada Indonesia dan UM.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengubah mindset, yaitu menjadikan Indonesia dan UM bangga dengan diri kita. Sebagai warga negara, buatlah Indonesia bangga dengan prestasi spektakuler dan kontribusi yang dapat kita persembahkan untuk ibu pertiwi. Sebagai alumni UM, buatlah UM bangga dengan prestasi gemilang yang kita torehkan ke masyarakat. Sementara itu, sebagai mahasiswa baru buatlah UM bangga dengan prestasi cemerlang di bidang akademik dan non akademik sehingga makin mengharumkan nama besar UM.
Wahai mahasiswa UM, kebesaran UM yang kini kita nikmati, berkat prestasi-prestasi gemilang mahasiswa UM terdahulu yang proses pencapaiannya dengan memeras otak, mengerahkan seluruh tenaga, menguras keringat, bersimbah peluh, dan air mata. Apa yang dapat kita berikan ke UM, jika ketika menjadi mahasiswa tidak meningkatkan militansi belajar dan mencapai prestasi gemilang yang bisa membanggakan UM? Jangan hanya membanggakan prestasi UM yang telah ditorehkan oleh mahasiswa terdahulu. Buatlah UM bangga dengan prestasi-prestasimu sebagai mahasiswa. Teruslah belajar dan berkarya.
Wahai para alumni, kesuksesan sebagai alumni UM, berkat tangan dingin pendidik tulus di kampus ini. Almamater UM niscaya akan bangga, jika para alumni tidak hanya ingin dapat dari UM, tetapi lebih banyak memberi ke UM. Mengabdi dan berprestasi di bidang masing-masing seraya membawa keharuman nama besar UM. Almamater selalu menunggu kontribusimu, tidak hanya untuk UM, tetapi juga untuk Indonesia.
Wahai warga besar UM!, apa yang dikau nikmati kini berkat jasa para pendahulumu. Dimana saat bekerja di UM seraya berjalan kaki, mengendarai sepeda angin, motor butut, dan mobil second yang untuk bisa berjalan saja kadang-kadang harus juga di dorong lebih dulu. Mereka bekerja dalam generasi zaman. Menulis dengan tangan, mengetik dengan mesin ketik, memutar mesin stensil, menghapus dengan tipe-ex atau stipo. Sementara itu, untuk makan sehari-harinya, memasak sendiri beras jatah PNS yang dahulu kala terkenal “apek” itu. Para pendahulumu telah mengabdi dengan dedikasi karena penuh kesyukuran. Karena itu, buatlah UM bangga dengan kinerja, optimalisasi pelayanan, karya, dan prestasi, karena kini dikau telah berkendara motor roda dua dan empat yang penuh kilau, bekerja dengan komputer, berkomunikasi dengan gadget modern.
Semoga, dengan mindset baru ini, aktivitas belajar, kinerja, prestasi, kualitas, dan peringkat kita terus meningkat sejajar dan bahkan melampau perguruan tinggi lain. Namun, jika sebaliknya (hanya berharap selalu diberi oleh UM), kita bisa terjerembab pada posisi sebaliknya, yaitu turun ke peringkat yang lebih rendah. Nah, sekali lagi, buatlah UM bangga!

Penulis adalah penyvunting Majalah Komuniukasi, Koordinator Prodi Manajemen Pendidikan S2 dan S3 Pascasarjana UM.