puisi baru

Semut Hitam dan Denting Jam Malam

Ditemani suara denting jam yang lirih
Semut hitam itu masih saja menyibukkan diri
Entah mencari makan atau sekedar keluar dari rongga tembok yang pipih
atau menghirup udara malam yang semu dan sepi
Tak jauh dari semut hitam, cicak pun ikut menyulurkan lidahnya
Mencari nyamuk-nyamuk yang sedang menghisap kepala,
Kepala cucu Adam tempat ia mencari makan
dan kemudian denting jam kembali bersuara, namun kali ini membahana
di kelam malam, ditemani siul angin yang mematikan
Semut hitam masih tetap hitam, kelam

Kayuh

Biar engselmu sedikit meronta, tatkala kau terus mengayuh
tanpa berlabuh. Jangan toleh ke belakang jika
tak ingin urat lehermu kaku. Biasa saja dengan tanpa
kosa kata tetap kau kayuh meski limbung
dan payah telah kau rasakan satu windu. Ah, itu tak seberapa
jika kau mengayuh di lautan pasir
lalu ditemani angin disusul awan yang memburu. Bagaimana
apakah masih kuat kau beradu kayuh denganku?

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia