IMG_7516Pimpinan Redaksi Harian Radar Malang, Abdul Muntholib, kembali menduduki kursi pemateri di Ruang Rapat Gedung A3 Lantai III. Berbeda dengan Pelatihan Jurnalistik tahun lalu, kali ini Rabu (03/02), ia mengupas dan mengevaluasi setiap berita maupun artikel yang sudah ditulis oleh kru Komunikasi. Berbagai masukan dan revisi membuka setiap mata kru tentang kesalahan dari tulisan masing-masing.
Tak hanya mengkritisi setiap kata dan kalimat, ia juga memberikan materi mengenai teknik penulisan yang baik. Sering kali banyak ide-ide kreatif yang terlintas di otak. Namun, ada dinding tinggi yang kerap menjadi penghalang ketika mulai menulis, yaitu bagaimana mengawali tulisan dengan lead yang cantik dan menarik. Lead merupakan paragraf pertama dalam berita atau tulisan yang mengandung gambaran umum mengenai isi. Paragraf ini diupayakan menarik pembaca agar tetap membaca sampai selesai.
Kesulitan lain dalam mengemas berita adalah menyusun alur berita yang runtut. Solusinya adalah menetapkan judul di awal. Ini akan memudahkan penulis mengarahkan berita sehingga menciptakan kronologis alur yang mengalir. Suatu kebiasaan bagi siapapun yang hendak menulis, menganggap bahwa penetapan judul itu terletak di akhir penulisan setelah seluruh teks selesai dirangkai.
Banyak hal yang bisa digali dari Muntholib, tapi jalannya acara tidak berhenti sampai di sini. Pemateri kedua, Kholid Amrullah, Redaktur Pelaksana Harian Radar Malang datang dengan senyumnya yang ramah. Ia menantang setiap kru secara spontan untuk menuliskan lead berita dalam waktu lima menit. Seketika terlihat seakan-akan otak para kru berputar di atas kepala mereka. Senyuman tersungging sesaat ketika topik sudah didapat dan tinta-tinta tergores halus di kertas-kertas putih. Redaktur yang berasal dari Blitar ini bisa membawa suasana dengan santai. Bahkan pada saat kesalahan lead dikritik, bukan perasaan malu atau tersinggung yang tercipta, malah renyah tawa yang terdengar memenuhi ruang. Pemberian contoh pembenaran lead secara nyata membuat para kru lebih mudah memahami. Memangkas beberapa kalimat yang tidak efektif dan bertele-tele serta kalimat klise yang normatif (kalimat yang semua orang sudah tahu walaupun tidak dituliskan) mampu menggiring berita menjadi tulisan yang berbobot.
Center of interest juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam lead. Menemukan kunci inti dari topik yang ditulis sangat berguna agar tulisan berada dalam ranah fokus yang spesifik. Memang menulis itu seharusnya mengikuti inspirasi yang mengalir seperti air. Namun, perlu ada batasan agar tulisan tidak ngglambyar kemana-mana.
Tidak segenggam dua genggam ilmu yang bisa dikantongi para kru. Berbagai jenis tulisan dibahas satu persatu seperti artikel, karya ilmiah, karya populer, opini, esai, serta beberapa trik untuk menggali ide kreatif nakal yang berargumentasi. Nakal yang berarti positif untuk mengkritik dengan adanya bukti data yang mendukung.
Setiap detail informasi yang disuguhkan harus valid. Walaupun proses tempuh untuk mendapatkan data dan informasi sangatlah menyulitkan. Kholid bercerita mengenai pengalamannya dan bawahannya ketika mengalami cara dan jalan sulit untuk mendapatkan detail informasi. Yang menjadi momok, pembaca hanya ingin mengetahui hasil cetakan tinta yang tersodor di depan mata tanpa peduli tentang perjalanan mendapatkan berita tersebut. Mencari data dan informasi dalam setiap berita ibarat mencari resep bumbu dari masakan. Seluruh bumbu yang pas dan sesuai disajikan kepada redaktur kemudian diolah menjadi suatu berita final yang cantik.
Di balik itu semua, ada hal yang membuat para jurnalis bisa membusungkan dadanya. Bukan dalam artian sombong. Mereka mengetahui segala informasi lebih dulu dari pada orang lain. Berada di tempat yang tidak semua orang bisa menjangkaunya. Menjadi seorang jurnalis tidak mementingkan namanya dikenal orang. Cukup mengenal orang-orang penting yang berpengaruh sehingga bisa lebih cepat mengetahui segala peristiwa menarik yang terjadi.
Pengalaman dan pembelajaran banyak diserap dari dua pemateri ini. Motivasi dan dorongan banyak tercurah. Kesan dan kesenangan dari menulis menjadi tauladan yang menarik. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah menulis adalah bekerja untuk keabadian”.Maria