SONY DSC

SONY DSC

Kesederhanaan sudah mulai usang rupanya. Apalagi di tengah-tengah kami sebagai pemuda. Malu dan ringkih bila harus terus menerus dijejali modernisasi tanpa filter yang ujung-ujungnya berlaku hedonis dalam urusan apa pun. Kini semua anggapan itu bisa dilebur dengan prestasi-prestasi mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang berani berkreasi dan membumikan Alquran dengan begitu elok. Tak kalah indah saat UM menjadi jawara MTQ-MR Jatim IV 2016 di Universitas Trunojoyo Madura.
UM menjadi Juara Umum hingga empat kali berturut-turut, mulai dari tingkat regional hingga nasional. Tentu bukan perkara mudah untuk memoles kerang hingga menjadi mutiara yang bernilai jual tinggi. Bukan semata harga secara finansial melainkan juga kualitas dan keeleganan membawa nama harum UM di kancah nasional. Mulia atau tidak di hadapan Allah, manusia tak dapat mengukurnya secara spesifik. Yang jelas niat dari seluruh instansi UM beserta mahasiswa-mahasiswa yang terlibat untuk memberi kehidupan tentang Alquran agar tersampai lebih mudah pada masyarakat umum.
Setiap waktu akan bergulir dan berganti tahun. Begitu juga dengan upaya UM untuk mempercepat generasi baru. Pembibitan untuk menjaring khafilah UM dalam berlaga di kompetisi MTQ berikutnya. “WR III memiliki rumus ampuh untuk menemukan mahasiswa-mahasiswa unggul pengharum nama UM. Pertama pembibitan, kedua seleksi, berikutnya pembinaan dan pendampingan,” kata Yusuf Hanafi, pembimbing ASC. Banyak dari mahasiswa memiliki skill beragam, khususnya dalam bidang agama. “Kasarannya, jika mereka tak memiliki bakat di bidang tersebut dan ditempa oleh juara dunia pun nggak akan bisa ngangkat, bisa pun hanya sedikit naik levelnya. Berbeda dengan mereka yang sudah memiliki skill,” tegas Yusuf Hanafi.
Mahasiswa-mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia agama, khususnya Alquran, telah dijaring hingga menjadi juara nasional. Di samping itu, semua pihak pembimbing juga melakukan seleksi untuk memilih mahasiswa yang terbaik guna mendapat pembinaan yang intensif. Salah satu yang telah dilewati dalam ajang MTQ-MR dengan khafilah yang dikarantina selama berminggu-minggu. Tentunya dengan mentor yang memiliki track record juara nasional pula.
Tidak hanya berhenti di pembinaan saja, namun juga pendampingan intensif saat mahasiswa berlaga. Pendampingan psikologis pada mahasiswa saat hari H yang semakin crowded. “Jadi pembimbing juga harus siap mental. Nggak boleh lemah di depan anak-anak. Mereka turun dari panggung dengan kekecewaan pun, saya juga harus beri jempol atas usaha mereka. Kalau nggak gitu anak-anak sudah nangis di tempat itu juga,” kenang Yusuf Hanafi. “Ranah kalian sebenarnya hanya ikhtiar dan doa. Selebihnya sudah menjadi urusan Allah,” kata Tsania Nur Diana peraih Juara 1 LKTIA MTQ Regional mengenang pesan pembimbing sejak awal pembekalan.
Teknologi, sosial, dan edukasi yang segalanya bersumber dari Kalamullah berhasil dikreasikan dengan penuh makna, dan manfaat. Hal ini tercermin dalam lomba Khatthil Quran (Kaligrafi), Desain Aplikasi, Karya Tulis Ilmiah yang bersumber Alquran. Mahasiswa-mahasiswa yang berani mengorek isi kandungan Alquran hingga saat ini dicari oleh UM sebagai penguat khafilah berikutnya.
Bersaing dengan 47 Universitas, baik negeri maupun swasta di 16 cabang, tentu diperlukan persiapan yang tak main-main. Apalagi saat akan berlaga di MTQ Mahasiswa Nasional pada 2017 dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. UM mendapat kehormatan dengan menjadi tuan rumah bersama Universitas Brawijaya di MTQ Mahasiswa Nasional XV 2017 mendatang. Rektor UM, Prof. Dr. Ah. ROfi’uddin, M.Pd menegaskan bahwa pada tahun 2017, UM diharapkan sukses meraih prestasi juara umum kembali dan sukses dalam penyelenggaraan MTQ Mahasiswa Nasional.Arni