IMG-20160804-WA0000Eksistensi Universitas Negeri Malang (UM) kembali menjadi sorotan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura. Senin (07/03), atase KBRI Endah Palupi berkunjung ke UM menawarkan kerja sama berupa Kajian dan Praktik Lapangan (KPL) semester gasal 2016/2017 di Sekolah Indonesia Singapura (SIS) Ltd. Penyebutan KPL disesuaikan dengan nama mata kuliah di UM, sedangkan di SIS kegiatan itu disebut PPP (Program Pengelolaan Pembelajaran) Internasional. Kegiatan tersebut diarahkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
Penempatan mahasiswa yang terpilih sebagai perwakilan PPP-Internasional dari UM adalah SMP yang ada di SIS. “Menindaklanjuti kerja sama rektor dengan kedutaan Indonesia di Singapura yang meminta mengutamakan mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). UM memilih tiga prodi, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),” ungkap Dr. Endang Sri Andayani, SE, Msi, Ak, Kepala Pusat Pusat Pengembangan Pengalaman Lapangan (P4L). Sehingga diperlukan proses seleksi yang diserahkan pada masing-masing prodi. Terdapat dua tahap seleksi, yakni seleksi administratif akademik dan wawancara oleh LP3. Setiap prodi diambil tiga orang yang lolos seleksi tahap pertama. Selanjutnya, seleksi tahap kedua dilakukan oleh tim dari Psikologi dan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk mencari satu yang terbaik.
Tiga mahasiswa UM yang terpilih berasal dari prodi yang berbeda. Mahasiswa terpilih dari FMIPA, yaitu Rifka Amalia dan Putri Novitasari, serta Ruri Hindaya dari FS. Mereka melakukan pengabdian di Singapura selama tiga bulan, terhitung dari bulan Agustus sampai Oktober. Selama itu pula, akomodasi dan transportasi difasilitasi oleh KBRI Singapura, sedangkan untuk pemberangkatan dan pulangnya ditanggung oleh UM. Terbukti pada Senin (01/08), ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), Dr. H. Sulthon, M.Pd. mengantar keberangkatan tiga mahasiswa tersebut. Jatah mahasiwa Indonesia untuk pergi melaksanakan PPP-Internasional ada enam orang, sisanya dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Maka dari itu, perwakilan UM diharapkan mampu menunjukkan performa terbaik.
“Pemilihan UM oleh KBRI adalah bentuk kepercayaan kedutaan Indonesia di Singapura, bahwa UM sebagai pencetak tenaga pendidik yang mumpuni,” ungkap Dra. Aminarti S. Wahyuni, Kepala Bagian Kerja sama dan Humas. Kerja sama ini terdapat dua gelombang, yakni Juli sampai Desember dan Januari sampai Juni. Kontrak kerja sama yang tertulis dalam Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan selama satu tahun dalam dua semester. Jadi, semester depan akan ada mahasiswa yang kembali diberangkatkan ke Singapura. Ia juga menambahkan bahwasanya UM melalui kantor Hubungan Internasional (HI) juga berusaha mencari negara yang kedutaannya memiliki sekolah Indonesia.
“Kunci agar dapat KPL di luar negeri adalah belajar keras dan jangan merasa minder sebelum mencobanya,” ungkap Rifka Amalia. Sementara itu, Putri Novitasari berpesan kepada mahasiswa lainya agar jangan malas mencari info, selalu mencoba, dan harus disertai dengat niat. Tak kalah dari kedua rekannya, Ruri Hindaya juga mengungkapkan mengenai beban besar yang harus mereka tanggung. “Membawa nama lembaga dan negara bukanlah hal yang mudah. Apalagi semuanya butuh proses adaptasi dan menata niat untuk mengabdi,” ungkapnya.
Keuntungan KPL di luar negeri pastinya memberi pengalaman dan pengetahuan baru. Meskipun sama-sama menggunakan kurikulum Indonesia, belum tentu implementasi kurikulumnya akan sama, sebab adanya perbedaan karakteristik budaya, lingkungan, dan sarana prasarana. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris, karena bisa jadi ada orang Singapura yang sekolah di SIS sehingga tidak lancar berbahasa Indonesia atau mungkin sebaliknya. Harapanya kedepannya dengan adanya kerjasama ini, akan lebih banyak jumlah mahasiswa yang ke luar negeri untuk mengajar.Iven