Guyuran hujan sore itu  tidak menghentikan terselenggaranya Gelar Karya Inovatif pada Rabu (07/09). Gelar Karya Inovatif merupakan persembahan Jurusan Sastra Indonesia dalam menyambut mahasiswa baru 2016 dengan berkolaborasi antara dosen dan mahasiswa. Meskipun dimulai sedikit terlambat dari rundown yang telah ditentukan, yakni dimulai pukul 13.00 WIB, hal tersebut tidak mengurangi kemeriahan dari Gelar Karya Inovatif.
Bertempat di Lapangan Parkir Fakultas Sastra, Gelar Karya Inovatif menampilkan berbagai kreativitas yang ada di Sastra Indonesia. Mulai dari peluncuran kumpulan cerpen “Lestari” karya Dahlia, dkk. (Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2014), peluncuran novel “Tragedi Cinta di Tlatah Kediri” karya Dr. Sunoto, peluncuran Majalah “SUAR”, bedah karya geguritan “Urubing Rasa Uruping Basa” oleh Prof. Dr. Imam Suyitno. Ditambah penampilan musik seperti, musik puisi “Leo & PrendS”, Ras Band (dosen Sastra Indonesia), Rumah Serem Band, “Garapan Tradisi” Gatra UM. Terdapat pula sastra pertunjukan, Teater Pelangi, Teaterikalisasi Puisi angkatan 2014, serta tari tradisi Griya Sastra. Ditambah pula penampilan spesial pagelaran wayang kulit empat dalang mahasiswa Sastra Indonesia dengan lakon “Pendadaran Siswa Sokalima” dan “Punakawan” oleh dosen Sastra Indonesia semakin menambah kemeriahan sambut maba tersebut.
Misi yang diusung di acara tersebut untuk menciptakan keseimbangan iklim akademis dan non-akademis. “Jika berkaca para sesepuh, seperti Pak Joko Saryono. Iklim akademis dan non akademisnya seimbang. Maka kita tularkan kondisi tersebut kepada mahasiswa baru,“ tutur Teguh Triwahyudi selaku Ketua Pelaksana.
Misi selanjutnya ialah untuk melebur batas. “Selama ini yang terjadi di Sastra Indonesia adanya sekat-sekat. Mahasiswa kadang hanya saling mengenal satu offering. Kondisi tersebut berusaha kita lebur dengan banyaknya kegiatan mahasiswa,” ujarnya. Teguh menambahkan dengan adanya acara tersebut diharapkan kreativitas mahasiswa baru akan terbentuk.
Selain itu, acara tersebut untuk menunjukan potensi-potensi yang ada di Sastra Indonesia. Sehingga personil yang tampil pada acara tersebut merupakan unsur-unsur yang ada di Sastra Indonesia.
Menurut Teguh, jika akademis dan non-akademis dapat seimbang, maka prestasi dapat digapai dengan mudah. “Sebenarnya event ini merupakan tugas perkuliahan yang dikemas estetis dengan keindahan, “ ungkapnya.
Mahasiswa angkatan 2016, Fikriya Luqis mengungkapkan “Sangat menarik, karena ini kan perpaduan antara budaya dan sastra,” ungkapnya.Shintiya