wangi semerbak dupa, indahnya ornamen dewa-dewa di setiap sudutnya, serta deretan wayang Bali menyambut kedatangan Kru Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) ke Majalah Bali Post yang terletak di Jalan Kepundung, Denpasar, Senin (09/01). Senyum ramah para karyawan yang mengenakan seragam bermotif kotak-kotak hitam putih khas Pulau Dewata pun turut menyapa kami. Di Aula, kami telah disambut oleh Pemimpin Redaksi Bali Travel News, I Gede Palgunadi.


Bali Travel News merupakan salah satu unit usaha dari Kelompok Media Bali Post. Dengan oplah lebih dari 110.000 eksemplar per hari, kelompok Media Bali Post adalah market leader media massa di Bali dan Nusa Tenggara, karena produk mereka yang menyeluruh di segala bidang media massa. Sejak didirikan Ketut Nadha pada 1948, Bali Post yang merupakan kelompok media tertua di kawasan Nusa Tenggara ini setia dengan tagline Pengemban Pengamal Pancasila. “Di Bali ini berbagai macam adat istiadat bersatu, selain dari dalam negeri juga banyak pendatang bahkan dari luar negeri. Semua itu dapat hidup dengan harmonis di Bali dengan meneladani falsafah Pancasila,” ujar Gede Palgunadi. Bali Post merasa bertanggung jawab untuk turut menjaga keberagaman tersebut.
Selain itu, dalam setiap berita Bali Post, selalu disisipkan filsafat kearifan lokal yakni Ajeg Bali. Ajeg Bali secara umum merupakan semua bentuk kegiatan yang bercita-cita menjaga identitas orang Bali. “Konsep Ajeg Bali dalam setiap berita adalah wujud konsistensi kami dalam rangka melestarikan identitas orang Bali,” tambah pria yang pernah mengenyam pendidikan di Hubungan Internasional Universitas Airlangga tersebut. Salah satu isu yang Bali Post konsisten untuk memberitakan adalah isu reklamasi Tanjung Benoa yang dinilai bertentangan dengan konsep Ajeg Bali. “Selain itu juga biota laut yang hidup di kawasan tersebut juga terancam eksistensinya, sehingga kami wajib menyuarakannya,” pungkas mantan redaktur Bali Post ini.
Setelah puas berbagi ilmu di Bali Post dan beberapa kru melontarkan pertanyaan seputar pengelolaan media massa, rombongan Komunikasi melanjutkan perjalanan ke redaksi Harian Tribun Bali, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra, Gianyar. Redaksi Komunikasi disambut hangat oleh Manajer Berita, Kander Turnip dan beberapa wartawan yang kebetulan sedang bertugas di sana.
“Sebelum terbit waktu itu, kami mengadakan kunjungan ke tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah daerah, dan ormas-ormas, istilahnya sowan dulu dan mohon izin,” ungkap Kander. Karena berita-beritanya yang ringan dan memiliki kedekatan dengan masyarakat, Tribun Bali dapat langsung diterima oleh masyarakat Pulau Dewata saat itu. “Istilahnya proximity lah. Masyarakat akan tertarik jika berita itu sama-sama berasal dari daerahnya, atau berhubungan dengan kenaikan harga-harga bahan pokok yang sangat mempengaruhi mereka,” ujar Kander. Mantan Koordinator Liputan Tribun Jabar ini juga menjelaskan bahwa koran Tribun Bali berkonsep ke arah free newspaper for all. “Lihat saja ini harganya, hanya Rp1.000,00 untuk 32 halaman yang banyak warnanya seperti ini. Sebenarnya untuk biaya cetak kami membutuhkan kira-kira Rp1.600,00, tapi semua itu dapat ditutupi dengan banyaknya iklan-iklan yang masuk,” kata pria asli Batak tersebut.
Selain bergerak di bidang media cetak, Tribun Bali juga terkenal dengan situs webnya yang sering menyebarkan berita-berita yang cepat viral. “Judul yang digunakan harus menimbulkan rasa ingin tahu,” papar pria yang pernah berkarier di Tribun Pontianak itu. “Lihat saja, setidaknya setiap jam, hampir setiap menit pasti ada berita baru di web Tribun Bali, dan beritanya selalu menarik. Semuanya yang mengerjakan ya mereka ini,” ujarnya sambil menunjuk para redaktur web yang sedang menyunting berita dari para wartawan yang ada di lapangan.
Di samping web, sosial media juga sangat berperan dalam penyebaran berita di masa ini. Tribun Bali eksis di  Facebook, Twitter, dan Instagram. “Yang menjadikan viral itu kan ya dari situ (media sosial), sekali share, langsung diikuti ribuan orang yang sama-sama penasaran dan ingin berbagi berita yang baru dibacanya,” jelas Kander.
Setelah mendengarkan pemaparan, kru Komunikasi diajak untuk melihat proses pencetakan Koran Tribun Bali. “Selain mencetak koran, kami juga menerima pesanan dari luar seperti brosur pusat perbelanjaan dan pencetakan buku-buku. Surat suara Pemilihan Presiden 2014 lalu juga dicetak di sini,” tutup Kander.Arvendo