Universitas Negeri Malang (UM) kembali dipercaya untuk menghelat sebuah acara yang cukup prestisius. Para rektor perguruan tinggi negeri (PTN) se-Jawa Timur (Jatim) berkumpul di UM untuk melakukan rapat kerja (raker) rutin, Selasa (17/7). Raker yang dilaksanakan di Aula Lantai 9 Graha Rektorat UM tersebut dihadiri oleh 11 rektor universitas dan institut negeri se-Jatim.

IMG-20180718-WA0000

Selain dari UM, kesebelas rektor dan para wakil rektor yang hadir pada raker tersebut antara lain dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim Surabaya. Selain itu, raker juga dihadiri oleh rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Jember (Unej), Universitas Trunojoyo Madura (UTM), serta Insititut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

Ada tiga hal yang menjadi pokok bahasan pada acara tersebut, yakni persoalan radikalisme di lingkungan kampus, penguatan internasionalisasi kampus, dan kemajuan PTN. Ketua Paguyuban Rektor PTN Jatim, Drs. Mohammad Hasan, M.Sc., Ph.D., mengatakan bahwa isu radikalisme menjadi perhatian serius di raker karena para penyebar ideologi tersebut banyak menyasar mahasiswa sebagai target utama. “Perguruan tinggi punya mandat untuk mencetak generasi kritis, berani berekspresi, namun dalam batas yang positif,” katanya. Lanjut Rektor Unej ini, jangan sampai kebebasan yang diberikan mengarah kepada hal yang tidak diinginkan. “Seperti merusak ideologi Pancasila dan memecah belah NKRI,” tandas dosen kelahiran Malang, 54 tahun silam ini.

Terkait internasionalisasi kampus yang menunjang kemajuan PTN, Hasan menerangkan bahwa tiap kampus di Jatim sudah memiliki visi yang sama dalam internasionalisasi kampus. “Tinggal bagaimana nanti pola yang bisa dikolaborasi, bisa saling melengkapi antar-PTN,” ujar dosen yang sehari-hari mengajar di Fakultas MIPA Unej ini. Program tersebut di antaranya pertukaran mahasiswa dan dosen dengan perguruan tinggi luar negeri. Sehingga, tambah Hasan, generasi muda dapat saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, sehingga tidak berkembang lagi radikalisme yang kini sedang marak. “Diharapkan ada interaksi positif yang tercapai, (nantinya, red) dapat tercipta perdamaian dunia, karena para mahasiswa nantinya adalah calon pemimpin-pemimpin dunia,” kata Hasan.

Sementara itu, Rektor UM Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd., menjelaskan bahwa PTN di Jatim selalu kaya akan inovasi dan kontribusi di kancah nasional. “Seperti beberapa tahun lalu, yang mencetuskan ide SNMPTN dan SBMPTN itu dari Jatim,” kata Rofi. Kali ini, para rektor PTN Jatim ingin mengembangkan pola yang pas untuk penanaman ideologi Pancasila bagi generasi milenial. “Karena, pola yang lalu seperti penataran, sudah tidak bisa diterima oleh mereka,” ujar Rektor. Sekarang, tambahnya, jika ingin menanamkan pancasila pada generasi muda, metode dan medianya tentu berbeda. “Jika berhasil, kami akan coba angkat ke tingkat nasional,” tutup guru besar bidang pengajaran Sastra Indonesia UM ini.

Arvendo Mahardika