etiap universitas tentu memiliki cara masing-masing untuk menjadikan dirinya lebih unggul. Untuk mewujudkan hal itu, berbagai inovasi terus dilakukan demi meningkatkan kualitasnya, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Tak terkecuali dengan Universitas Negeri Malang (UM). Universitas yang memiliki visi untuk menjadi “Guru” Asia, Dikenal Dunia” tersebut semakin meningkatkan performanya untuk menjadi universitas yang unggul dan menjadi rujukan di Indonesia, bahkan di dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menaikkan peringkat UM dalam klasterisasi di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia. Banyak usaha yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut. Tentunya, hal itu tidak lepas dari peran seorang rektor sebagai pimpinan tertinggi di UM. Pada kesempatan wawancara dengan kru majalah Komunikasi beberapa waktu lalu, Rektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. menyampaikan beberapa strategi dan progam kerja yang ia canangkan untuk meningkatkan peringkat UM Kemenristekdikti. Berikut ulasannya.


Prioritas Indikator Klasterisasi bagi UM
Setiap pemeringkatan memiliki indikator penilaian. Hal tersebut juga dilakukan oleh Kemenristekdikti dalam melakukan pemeringkatan bagi universitas-universitas unggul di Indonesia. Terdapat lima indikator yang harus dicapai masing-masing perguruan tinggi dalam upaya klasterisasi di Kemenristekdikti. Kelima indikator tersebut, yaitu: (1) sumber daya manusia; (2) kelembagaan; (3) kemahasiswaan; (4) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; dan (5) inovasi.
Pada prinsipnya, indikator-indikator tersebut mencakup semua aspek yang termaktub dalam Tridharma Perguruan Tinggi dan manajemen secara keseluruhan. Dari kelima indikator di atas yang menjadi prioritas UM sebagai upaya untuk menaikkan peringkatnya adalah pada bidang riset dan publikasi, hak paten, serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). “Penguatannya dari segi program dan pembiayaannya. Bukan berarti yang lain ditinggalkan, hanya saja yang butuh perhatian lebih adalah pada dharma kedua, yaitu bidang penelitian,” papar Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd., Rektor UM periode 2018-2022 saat ditemui di ruang kerjanya.
Capaian UM dalam upaya menaikkan peringkat di Kemenristekdikti dari waktu ke waktu cukup dinamis, semua komponen yang ada di UM mengalami peningkatan dan perkembangan. Saat ini UM berada di peringkat ke-14 pada klaster satu, namun pihak kampus menargetkan agar UM naik pada peringkat ke-13. “Dari waktu ke waktu terus dilakukan upaya bagaimana UM bisa memenuhi target-target,” tuturnya. Target UM secara keseluruhan sudah terbagi, salah satunya dengan dilakukannya kontrak kinerja antara rektor dengan kepala dekan, ketua lembaga, dan dengan para pimpinan lain di UM. Semua kontrak kinerja ini mempunyai satu tujuan, yaitu untuk meningkatkan performa UM di level kementerian secara nasional.
Peran Kabinet Baru dalam Upaya Menaikkan Peringkat UM
Dengan bergantinya periode kepemimpinan di UM, maka dibentuk pula kabinet baru. Kabinet baru periode 2018-2022 harus memenuhi target capaian yang telah dibuat dalam kurun waktu empat tahun serta target-target tahunan lainnya. “Tahun kemarin ada 13 international conference, tahun 2019 ini kita berharap dan menargetkan 20 international conference yang diadakan di fakultas-fakultas, seperti di Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, dan fakultas-fakultas lain yang ada di UM,” tutur rektor yang berasal dari Fakultas Sastra ini. Ia menambahkan, hal itu bukan sekedar janji, namun sudah dituangkan pada sebuah kontrak kinerja di semua aspek. Lembaga-lembaga yang kuat harus memperhatikan semua lini agar berjalan dengan baik, begitu pula dengan rektor yang harus selalu siap di setiap komponen apabila menghadapi kendala.
Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd.: Mendidik, Mematangkan, dan Menyiapkan Mental Mahasiswa
Dalam upaya mencapai masing-masing indikator pemeringkatan perlu adanya perhatian dan penanganan, hal tersebut harus berjalan sinergis, termasuk research dan publikasi. Hasil dari suatu research harus menghasilkan suatu manfaat pada kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya terbit di jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Hasil research harus mempunyai kontribusi ke depan. Selain research, kreativitas dan inovasi merupakan hal penting yang menjadi satu kesatuan.
“UM juga mendorong untuk mengalihkan kuliah-kuliah konvensional. Sekitar 30% matakuliah akan beralih menggunakan e-learning,” ungkap pria asal Jombang ini. Penggunaan e-learning akan membuka wawasan dan mindset mahasiswa terhadap dunia yang dihadapi. Dalam hal ini dosen juga dituntut untuk melakukan inovasi-inovasi yang mendukung mahasiswa dalam pembelajaran. “Sebenarnya ujung dari kita mengejar target untuk klasterisasi atau rangking itu hanyalah tujuan antara. Sedangkan tujuan akhir kita adalah bagaimana kampus ini bisa mengantarkan mahasiswanya sampai pada dunia yang penuh dengan tantangan, serta lembaga ini betul-betul capable dan menjadi rujukan,” terang Rofi’uddin. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeringkatan bukan merupakan tujuan akhir, melainkan tujuan antara untuk menjadikan UM lebih hebat. Tujuan akhir UM dalam menaikkan peringkat adalah lebih hebat dalam mendidik, mematangkan, dan menyiapkan mahasiswanya untuk siap memasuki dunia kerja yang penuh dengan gejolak. Di sisi lain, kampus ini didorong sedemikian rupa untuk bisa memberikan kontribusi dari berbagai riset serta hak-hak patennya ke dunia industri dan dunia usaha. Semua bagian dari kampus harus terus mengasah daya kreatif dan inovasinya.
Dalam usaha menaikkan peringkat UM, kini telah dibentuk tim pemeringkatan yang sifatnya lebih permanen. Tim tersebut dibentuk oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Tugas khusus tim ini adalah melihat capaian yang diperlukan UM agar dapat mencapai peringkat ke-13 pada klasterisasi perguruan tinggi di Indonesia.
Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd: Tim Pemeringkatan, Wujud Nyata Mengawal Unit Kerja UM
Keberhasilan UM menduduki peringkat ke-14 pada klaster satu tidak lepas dari peran tim pemeringkatan UM yang dibentuk pertama kali pada Juni 2018. Namun, pada tahun ini kinerja tim pemeringkatan akan lebih dioptimalkan dengan dibentuknya anggota baru. Hal itu dilakukan karena Ibrahim Bafadal, Wakil Rektor IV UM mencoba merevitalisasi tim pemeringkatan dengan ketua yang sama, yaitu Utomo Pujianto, S.Kom., M.Kom., dosen Fakultas Teknik UM. Saat ini, tim ini terdiri dari satu ketua, satu sekretaris, sebelas anggota, dan satu sekretariat yang dipilih dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), serta nantinya akan terdapat tambahan yang lain. Anggota tim pemeringkatan universitas tersebut juga bertugas sebagai ketua tim pemeringkatan di setiap fakultas. “Tim pemeringkatan tingkat fakultas ini nantinya akan beranggotakan tiga orang saja,” ungkap Utomo.
Dengan dibentuknya anggota tim pemeringkatan yang baru, dibentuk pula suatu aturan baru, yaitu adanya pertemuan rutin yang dilakukan setiap minggu antara wakil rektor IV dengan tim pemeringkatan. Guna mendukung kinerja tim pemeringkatan, saat ini juga sedang dibangun ruang kerja untuk tim pemeringkatan UM. Ruang kerja tersebut rencananya berada di lantai satu gedung Graha Rektorat UM yang akan mulai ditempati pada Februari 2019. “Tim pemeringkatan UM menjadi tim satuan tugas (Satgas) yang kami andalkan,” ungkap Ibrahim yang merupakan guru besar Manajemen Pendidikan UM.
Adapun tugas-tugas tim pemeringkatan UM dibagi menjadi tiga, yakni: (1) mengusulkan peringkat berapa UM tahun 2019 dan ditetapkan dalam rapat pimpinan; (2) melakukan pengawalan agar semua kinerja yang akan dinilai dalam pemeringakatan ter-entry atau terpublikasikan; dan (3) mengawali implementasi perjanjian kerja masing-masing unit kerja UM dengan rektor. Pada (30/01) lalu telah ditandatangani kontrak kerja antara rektor dengan para masing-masing unit kerja yang bertujuan untuk menjamin semua kinerja sukses, apabila terdapat kinerja yang kurang optimal akan diingatkan oleh tim pemeringkatan agar upaya yang diinginkan bisa tercapai.
Dari beberapa indikator penilaian, pihak UM memiliki target penilaian yang ingin dimaksimalkan pada bidang penelitian, pengabdian masyarakat, dan inovasi. Untuk dapat mencapai hal itu diperlukan usaha lebih berupa pemuatan artikel pada jurnal terindeks. Rektor juga mengupayakan agar anggaran international conference ditingkatkan. Sebelumnya, hanya terdapat 15 paket international conference yang terbiayai, padahal saat ini diperlukan 24 konferensi untuk mencapai pemenuhan pemeringkatan. “Kegiatan ilmiah internasional direncanakan ada 24 kegiatan, misalnya dianggarkan pada FS empat, FIP tiga, FMIPA empat, Psikologi satu, semua itu sudah dibagi untuk pemenuhan tugas. Jika nanti semua unit berlomba-lomba untuk kontraknya dipenuhi akhir tahun, insyaallah peringkatnya akan naik ke 13,” imbuh Ibrahim.
Secara umum, pihak UM harus memerhatikan tiga hal penting untuk pemeringkatan, yaitu: (1) ada orang yang mengawal, yaitu tim pemeringkatan UM; (2) kinerja UM pada bidang research, international conference, dan seminar nasional; dan (3) perlu adanya suatu komitmen dari pimpinan, baik dari pimpinan universitas maupun fakultas.
UM juga memberikan penghargaan kepada unit kerja yang memiliki kinerja bagus, namun bagi unit yang tidak dapat melakukan tugasnya akan mendapatkan punishment. Hal tersebut merupakan bagian untuk menyemangati dan mendorong para civitas academica dalam melaksanakan pekerjaannya.
UM Selalu Siapkan Diri di Setiap Pemeringkatan
Sejak pembentukan tim pemeringkatan UM pada tahun 2018, tim ini memiliki tugas yaitu mempersiapkan UM untuk mengikuti berbagai ajang pemeringkatan, seperti halnya Webometrics, 4 International Colleges and University (4ICU) Ranking, Kemenristekdikti, dan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking. Hampir semua pemeringkatan yang populer di Indonesia diikuti UM, sehingga UM harus selalu bersiap diri. “Tahun ini banyak yang dikerjakan oleh tim pemeringkatan, rapat pimpinan (rapim) memutuskan untuk fokus di dua hal, yaitu klasterisasi perguruan tinggi Kemenristekdikti dan QS,” jelas Utomo.
Dalam usaha menjadikan UM lebih siap tentu saja memiliki berbagai kendala yang dihadapi selama pengerjaan tugas, misalnya dalam pengumpulan data. Terdapat detail yang harus dikejar pada masing-masing unit kerja, seperti tingkat fakultas, LP2M, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), serta kemahasiswaan. Setelah pengumpulan data dilakukan, tim bertugas untuk memetakan data yang nantinya dapat diketahui hal yang kurang dan perlu diperbaiki untuk menaikan peringkat UM. Sejauh ini tim pemeringkatan UM sudah mencapai beberapa capaian, diantaranya: (1) berhasil merinci variabel dan subvariabel yang akan dinilai dalam proses pemeringkatan, serta telah mengetahui bobot dari masing-masing variabel; (2) menentukan skor dari masing-masing variabel yang harus dicapai untuk masuk ke peringkat 13; dan (3) tim pemeringkatan menyusun distribusi pemenuhan oleh masing-masing unit kerja.
Pada tahun sebelumnya, tim pemeringkatan UM hanya terfokus pada pemeringkatan di Webometrics dan 4ICU, yaitu persaingan image perguruan tinggi di dunia maya. Utomo yang saat itu ditemui di ruang kerjanya menyatakan bahwa hal tersebut tidak seberat tahun 2019 ini, dikarenakan indikator penilaian pada tahun ini lebih banyak. Data yang digunakan untuk pemeringkatan pada tahun 2019 ini berasal dari hasil kerja 2018, sehingga tim pemeringkatan hanya tinggal memasukkan data yang tersebar di berbagai unit. Dikarenakan pengumuman klasterisasi dilakukan setiap tanggal 17 Agustus maka tim memiliki timeline pemasukan data pada setiap indikator. Pada bulan Februari untuk memasukkan data pengabdian, Maret untuk data penelitian, dan Juni terkait data kemahasiswaan; kemudian antara Juni-Juli terkait inovasi.
Tim pemeringkatan UM juga meminta perwakilan dari masing-masing fakultas agar ikut berkontribusi menyampaikan data. Hal tersebut merupakan bagian dari cara tim untuk memonitor unit kerja UM. Data yang paling besar merupakan data yang berada pada ssitem akademik (Siakad) atau yang dimiliki oleh PTIK. “Sebenarnya untuk klasterisasi lebih diutamakan kuantitas data dan hal itu yang harus dipersiapkan”, tutup Utomo.
Tanggapan dan Harapan Civitas Akademika
Adanya usaha UM dalam menaikkan peringkat UM menuju peringkat ke-13 dalam Kemenristekdikti menuai berbagai tanggapan positif dari para civitas akademika. Salah satunya Dr. Edy Hidayat, S.Pd, M.Hum., Ketua Jurusan Sastra Jerman yang menyatakan bahwa usaha UM untuk menaikkan peringkat dinilai bagus. Hal tersebut dikarenakan pihak kampus akan selalu memiliki target kedepan. “Walaupun hanya berbicara tentang angka, sebenarnya hal itu menggambarkan kualitas,” ujar pria yang akrab disapa Edy ini. “Apabila upaya kita kurang, pasti disalip oleh universitas lain di Indonesia,” tambahnya.
Meningkatkan peringkat UM merupakan pekerjaan besar seluruh komponen universitas, tidak hanya pimpinan. Pembagian tugas secara merata juga perlu dilakukan. Masing-masing jurusan juga harus melakukan hal yang positif untuk mendukung kontrak kerja antara dekan dengan rektor. Misalnya di Fakultas Sastra, pihaknya menargetkan kenaikan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa meningkat dan lima seminar nasional dengan masing-masing satu seminar pada tiap jurusan. Pihak jurusan pun memiliki kewajiban untuk membantu mahasiswa agar lulus tepat waktu apabila mahasiswa sudah siap untuk ujian. Selain itu jurusan melakukan beberapa cara untuk mendorong jumlah penelitian pada mahasiswa, misalnya dengan diwajibkannya menulis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pihak jurusan juga membentuk tim pembina penalaran untuk membimbing mahasiswa dalam menulis penelitian. Dosen yang membimbing dapat melakukan seminar penelitian bersama mahasiswa di forum dosen maupun guru. “Kesannya hanya naik satu peringkat, tapi semangat dalam mewujudkan harapan tersebut sangat tinggi. UM harus lebih gencar dalam melakukan upaya agar bisa naik satu peringkat dibandingkan universitas lain yang terus berlomba dalam menaikkan peringkat di klasterisasi Kemenristekdikti,” tutupnya.
Tanggapan positif juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswi pascasarjana, Yulaika Ranu Sastra yang menyatakan bahwa untuk menaikkan peringkat dibutuhkan kerja ekstra yang melibatkan semua pihak. Hal tersebut tidaklah mudah, sebab dibutuhkan sebuah proses restrukturisasi Sumber Daya Manusia (SDM) secara internal, sehingga menghasilkan nilai jual yang dipandang baik oleh masyarakat, Kemenristekdikti, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Bukan berarti hanya ingin terlihat bagus di luar saja, melainkan terbukti dari banyaknya lulusan yang berkompeten di dunia kerja”, ujarnya. Mahasiswi yang akrab disapa Yulaika ini juga berharap agar pihak UM tidak berhenti untuk melibatkan mahasiswa di berbagai ajang perlombaan, baik lokal, nasional, maupun internasional untuk mendongkrak prestasi. UM harus selalu kreatif serta inovatif untuk membuat terobosan baru agar memiliki keunikan yang berbeda dengan kampus lain. Pihak kampus juga harus dapat mendukung dan menfasilitasi bibit-bibit unggul di berbagai jurusan, secara akademik maupun nonakademik. “Ada banyak bibit unggul di kampus ini yang perlu mendapat apresiasi,” tutup wanita yang gemar menulis ini.Fanisha/ Tanzilla