Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) kembali mendapatkan penghargaan tingkat Jawa, Bali, dan Sumatra yang di selenggarakan oleh Indonesia Print Media Award (IPMA) dan Serikat Perushaan Pers (SPS). Tahun ini Majalah Komunikasi kembali membawa pulang Bronze Winner kategori The Best of Java Magazine. Tentunya penghargaan ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Komunikasi. Pada tahun 2016, majalah Komunikasi pernah mendapatkan Gold Winner dan Silver Winner.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional yang dipusatkan di Kota Surabaya, malam penghargaan IPMA berlangsung di gedung Siola Surabaya (7/2). Turut hadir Redaktur Pelaksana majalah Komunikasi, Nida Anisatus Sholihah, S.Pd. dengan didampingi lima kru majalah Komunikasi. Krisnawa Adi Baskhara, desainer dan ilustrator majalah Komunikasi menerima piala Bronze Winner dengan diiringi riuh tepuk tangan para tamu.
Selain pemberian penghargaan, malam itu juga berlangsung penyerahan secara simbolis jabatan Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS). Dahlan Iskan sebagai ketua lama SPS resmi menyerahkan kekuasaannya kepada H. M. Alwi Hamu sebagai ketua terpilih. Dalam sambutannya di acara yang mengambil tema “Kualitas Tanpa Batas di Era Disrupsi” ini, Alwi mengatakan bahwa Disrupsi digital tengah melanda dunia industri. Industri media menjadi salah satu industri yang paling merasakan dampaknya. Pola konsumsi media masyarakat yang semakin meninggalkan media konvensional menjadi tantangan besar. Namun, hal itu merupakan tantangan bagi pers sendiri untuk berkreativitas tanpa batas. “Terima kasih atas dukungan semua rekan-rekan peserta kongres. Ini semangat kita bersama untuk tetap menghidupkan SPS ini. Dengan begitu, amanah ini tentu tidak bisa saya tolak. Mari bersama-sama kita besarkan SPS,” ujarnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dan Wali Kota Surabaya, Dr. (H. C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T.. Dalam sambutannya, Rudiantara mengatakan bahwa untuk menghadapi tantangan disrupsi digital, perusahaan pers harus merubah pola pikir pada sumber daya manusia (SDM). Ia menegaskan bahwa kunci kesuksesan sebuah perusahaan pers di masa sekarang justru terletak pada SDM.  Tantangan disrupsi bukanlah pada teknologi, tetapi pada pola pikir orang dalam memanfaatkan dan menggunakan cara baru yang berubah itu, bukan hanya dari cetak ke elektronik, tapi kontennya juga harus profesional. “Kekuatan pers ada pada bagaimana memperkuat jurnalismenya. Hal ini berbeda dibanding bidang kerja lainnya yang bisa diganti mesin. Bagaimana jurnalisnya bisa men-cover both side, menjaga kode etik dan profesionalisme,” ujar Rudiantara
Sambutan tersebut juga kembali memacu kru Komunkasi untuk terus meningkatkan inovasi dan kreativitasnya agar dapat merebut kembali berprestasi dan merebut Gold Winner pada ajang IPMA pada tahun-tahun berikutnya.Cintya