Hujan pada Jumat (1/11) sore itu tak menyurutkan semangat peserta ReelOzInd! untuk datang ke Aula A3 Universitas Negeri Malang (UM). Mereka tidak ingin melewatkan sajian film pendek buatan Indonesia maupun Australia yang diputar secara ekslusif. Event hasil kolaborasi Fakultas Sastra (FS) UM, Kantor Hubungan Internasional (Office of International Affairs/OIA) UM, serta Australia-Indonesia Centre ini menghadirkan beberapa film pendek pemenang Kompetisi Film Pendek Australia-Indonesia bertajuk sama, ReelOzInd! 2019 dengan tema inti “Change” atau “Berubah”.

Screening film pendek tersebut mengundang mahasiswa serta siswa sekolah menengah atas di seantero Malang. Bahkan beberapa mahasiswa asing yang tengah menuntut ilmu di UM tak ketinggalan mengisi bangku penonton. ReelOzInd! resmi dibuka setelah Dr. Suharyadi, S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Sastra Inggris memberikan sambutan. Selanjutnya, sebelas judul film pendek dengan total durasi sekitar 90 menit diputar bergantian, empat di antaranya berasal dari Australia, sedangkan sisanya merupakan film buatan sineas Indonesia.

Variasi film yang diputar pun beragam, mulai dari film aksi, dua film dokumenter, hingga tiga film animasi. Tiap judulnya menghadirkan emosi yang berbeda. “Paling suka animasi Bad Hair Day. Ceritanya ringan, gampang dicerna, pesannya juga langsung to the point,” ujar Aprila, salah satu peserta yang juga tengah menjalani studi di FS UM. “Tapi Pilgrimage, Melangun, sama A Daughter’s Memory bikin emosiku terkocok-kocok, sih,” tambahnya.

Tidak sekadar menonton film, acara berlanjut dengan sesi diskusi panel. Dari empat pembicara yang hadir, dua di antaranya memang sudah ahli dalam bidang perfilman, yakni Herditya Wahyu Widodo, S.S., M.A. yang merupakan dosen Sastra Inggris FS UM serta Mahesa Desaga, alumnus Universitas Brawijaya (UB) yang karyanya pernah memenangkan kompetisi ReelOzInd!. Sementara itu, dua pembicara lain masih berstatus sebagai mahasiswa aktif FS UM di Jursan Sastra Inggris, mereka adalah Raynaldi Yudhistira dan Aubrey Kurniawardhani. Dengan adanya diskusi panel yang melibatkan partisipasi peserta secara langsung, seluruh hadirin diajak mengulik lebih dalam tentang elemen-elemen yang terdapat dalam film dan budaya yang melatarbelakangi pembuatannya.

Direktur OIA UM, Evi Eliyanah, S.S., M.A. sempat menuturkan secara singkat latar belakang diadakannya acara ini. Menurut penjelasannya, acara ini lahir dari gagasan beberapa dosen Sastra Inggris yang menginginkan sebentuk acara yang berbeda sekaligus dapat menunjang kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah tertentu. “Acara kajian film belum banyak diadakan, oleh karena itu kami memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan Australia-Indonesia Centre supaya dapat menghadirkan ReelOzInd! di kampus kita,” ungkap wanita yang juga merupakan dosen Sastra Inggris FS UM ini. Pemilihan waktu berlangsungnya acara pun menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan. “Memang sengaja diadakan Jumat sore, karena vibe-nya sangat pas untuk nobar,” ujarnya.

ReelOzInd! sudah berjalan empat tahun dan tahun ini merupakan kali pertama dilangsungkannya screening beberapa film pemenang kompetisi tersebut di UM. “Sebelumnya sudah pernah diadakan di beberapa universitas, seperti UB, ITB, Petra,” kata Evi. “Semoga tahun depan UM juga bisa menjadi host ReelOzInd!. Akan lebih baik juga kalau acara ini bisa menginspirasi mahasiswa untuk menghasilkan karya di bidang perfilman,” pungkasnya.Zahira