Ada yang berbeda pada tahun 2020 ini, yaitu kehadiran virus corona yang membuat umat manusia di seluruh dunia harus menerapkan new normal. Hal ini juga berlaku bagi pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Malang (UM) 2020 atau KKN UM Edisi Covid-19. Adanya new normal, perubahan kegiatan KKN dari yang semula berbentuk pengabdian masyarakat menjadi pengabdian kepada masyarakat melalui karya tulisan, seperti salah satu contohnya kelompok 1 KKN Tematik Jurusan Sastra Indonesia (JSI). Selama KKN Tematik Edisi Covid-19 berlangsung (29/5-7/7), mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID) Kelompok 1 KKN Tematik JSI membuat buku kumpulan cerita sejarah yang diperuntukkan anak SMA. Kegiatan KKN Tematik Jurusan mahasiswa PBSID UM kelompok 1 memilih Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu sebagai sasaran kegiatan karena di sana terdapat objek berupa situs sejarah yang memiliki arti istimewa bagi Kota Batu.

Kota Batu memiliki sisi historis yang membuatnya istimewa sejak abad ke-9 Masehi silam. Hal ini diketahui dari penemuan prasasti Sangguran yang berangka 928 Masehi. Prasasti Sangguran memiliki nama lain yaitu Minto’s Stone karena peristiwa kepindahannya ke Skotlandia. Dari Kota Batu ke Skotlandia, tentunya prasasti ini memiliki ceritanya sendiri selama berabad-abad lamanya. “Prasasti Sangguran merupakan Surat Keputusan dari Raja Dyah Wawa yang saat itu berkuasa untuk memberi wilayah otonomi khusus di wilayah Mananjung sebagai status wilayah Pardikan (sekarang, Mojorejo, red.),” ungkap Sejarawan sekaligus Dosen Jurusan Sejarah UM, Drs. Mudzakir Dwi Cahyono, M.Hum.

Kelompok KKN JSI telah melakukan kunjungan (16/6) untuk wawancara lebih lanjut dengan seorang Budayawan asal Mojorejo yakni Siswanto Galuh Aji. Hal ini dilakukan untuk melakukan tinjau ulang mengenai lokasi keberadaan Prasasti Sangguran sebelum diboyong ke Skotlandia. “Wilayah Pardikan Mananjung sendiri diperkirakan dulunya berada di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dan memiliki kemungkinan wilayahnya masih membentang luas di sekitarnya,” jelas Penyiar Senior Radio Republik Indonesia ini. Pembuatan kumpulan cerita sejarah ini memang harus melibatkan sumber-sumber yang bisa ditelusuri kebenarannya agar tidak menjadi catatan sejarah yang salah. Harapannya dengan adanya buku kumpulan cerita sejarah ini, generasi muda masa kini tidak lagi melupakan sejarah, terutama sejarah kota kelahirannya sendiri.

Kontributor: Sella Auliya Rahmah, Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia

Editor: Bunga | Admin: Maria