marmut

Choirun Nisa Ristanty

Banyak hal absurd dibagi oleh Raditya
Dika melalui beberapa novelnya. Salah
satunya adalah keabsurdan masa SMA
di novel Marmut Merah Jambu. Novel ini
diangkat ke film layar lebar dengan judul
yang sama dan disutradarai langsung oleh
penulisnya sendiri. Meski ada unsur cinta
anak SMA, film ini bukan hanya menyoroti
tentang kebodohan memilih cinta pertama
atau cinta anak-anak muda yang seringkali
bikin jengkel dan menggemaskan, tetapi
lebih banyak menyoroti kisah hidup Dika
(tokoh utama) yang berwarna seperti
persahabatannya dengan Bertus dan
konflik pskilogis anak-anak SMA.
Cerita ini diawali ketika Dika dewasa
yang datang ke rumah Ina (nama
perempuan yang disukainya sewaktu SMA
dulu) dengan membawa seribu origami
berbentuk burung bangau sebagai kado
pernikahan Ina. Kedatangan Dika menyulut
emosi ayah Ina sebab Dika dituduh sebagai
biang keladi gagalnya acara ulang tahun
Ina beberapa tahun yang lalu.
Ayah Ina yang diperankan
oleh Tio Pakusadewo takut
Dika akan menggagalkan
acara pernikahan puterinya.
Dika mencoba menjelaskan
kepada ayah Ina maksud
kedatangannya dan tentang
kejadian sebenarnya di pesta
ulang tahun Ina. Kisah pun
dimulai di sini.
Film yang termasuk dalam
kategori ringan ini dibuat
dengan alur campuran
(maju dan mundur) yang
menceritakan flashback
kehidupan Dika. Komedikomedi
segar ditampilkan
sebagai bumbu dalam film ini
yang lebih mirip diari. Di dalam
film ini juga banyak sekali
nilai-nilai moral dan sentilansentilan
nakal yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat
saat ini. Seperti saat Dika kecil
yang dinasehati oleh guru
Olahraganya, saat ini jika
bukan siapa-siapa, tidak akan
pernah jadi apa-apa. Memang
tidak selalu benar, tetapi kalimat ini seusai
dengan alur cerita yang ingin diangkat oleh
film ini.
Dika kecil dan Bertus kecil, sepasang
sahabat yang sama-sama tidak mempunyai
kekasih. Mereka mencoba mencari seorang
kekasih dengan cara menelpon satu-satu
dari semua gadis di SMA mereka, tetapi
para gadis menolak. Mereka memang
bukan siapa-siapa dan mereka tidak punya
keahlian apa-apa. Mereka putus asa. Namun,
mereka mencoba berkaca pada kapten
basket sekolah mereka yang bernama
Michael. Kebanyakan orang-orang populer
di sekolah mereka khususnya para ketua
ekstrakurikuler sangat digandrungi oleh
gadis-gadis di sekolah mereka.
Dari sanalah mereka mempunyai ide
untuk membuat ekstrakurikuler Detektif.
Melihat bahwa pergerakan ekskul Detektif
bagus, salah satu murid bernama Cindy
tertarik untuk bergabung. Cindylah satusatunya
anggota yang paling pintar dan
cekatan menyelesaikan masalah. Berbagai
macam kasus mampu mereka pecahkan.
Namun, ada satu kasus yang tidak bisa
mereka pecahkan, yakni kasus ancaman
pembunuhan Kepala Sekolah yang ditulis
di tembok sekolah menggunakan grafiti.
Dika kecil mencurigai Michaellah
pelakunya. Namun, dugaan ini diajukan
sebagai rasa kesal dan cemburu akibat
Michael ternyata sedang mendekati gadis
yang dicintai Dika bernama Ina. Cindy dan
Bertus marah, sebab ternyata apa yang
dilakukan mereka selama ini dimanfaatkan
Dika untuk mendekati Ina. Persahabatan
mereka retak, satu sama lain mencoba
acuh. Namun akhirnya, mereka menyadari
bahwa persahabatan yang begitu erat
tidak boleh retak hanya karena keegoisan
masing-masing.
Film ini berhasil mencuri perhatian
penonton dan memberikan kesan bahwa
film ini memang benar-benar kisah
nyata Raditya Dika sebab Dika kecil yang
diperankan oleh Christoffer Nelwan
sangat mirip dengan wajah Raditya Dika.
Visual yang apik dan backsound yang ceria
semakin memberikan kesan masa-masa
SMA yang mengesankan. Film ini mampu
membawa emosi penonton sampai akhir
cerita yang mengisahkan tentang Dika, Ina,
Cindy, Michael, dan Bertus dewasa. Dika
mencoba menghubungi Bertus kembali
untuk pergi ke sekolah mereka.
Akhirnya mereka menyadari, mengapa
teka-teki ancaman pembunuhan itu tidak
pernah terselesaikan. Sebenarnya, grafiti
tersebut dibuat oleh Cindy dengan bentuk
marmut merah jambu. Itu adalah tanda
cinta dari Cindy untuk Dika. Mereka semua
dipertemukan di acara pernikahan Ina,
dan mengisahkan bagaimana arti marmut
merah jambu untuk Dika dan Cindy. Salah
satu kalimat di film ini yang sangat menarik
untuk digarisbawahi, “Cinta itu seperti
marmut merah jambu yang berlari di dalam
lingkaran satu roda, terus berlari, tetapi
nyatanya si marmut merah jambu itu tidak
ke mana-mana”.
Peresensi adalah mahasiswa
Sastra Inggris