Menyambut usia yang semakin matang, semakin mantap pula langkah Universitas Negeri Malang. Beberapa tahun belakangan ini, sudah banyak langkah dan program baru yang diluncurkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai wujud pelayanan terhadap publik. Semua itu dilakukan semata untuk meraih prestasi perguruan tinggi yang unggul dengan berbasis UM sebagai Learning University. Berbagai perbaikan mutu yang telah dilakukan, antara lain pembenahan sarana dan prasarana, perbaikan sistem akademik maupun nonakademik, beberapa sudah mulai dapat kita rasakan manfaatnya. Namun, berbagai usaha akan terus dilakukan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Salah satu wujud nyata dari kebijakan UM adalah berdirinya dua fakultas baru di UM, yaitu FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) dan FIS (Fakultas Ilmu Sosial). FIK sudah terlebih dulu diresmikan sejak 2008 lalu, sedangkan FIS baru diresmikan bulan Agustus lalu. Secara administratif, FIS baru akan mulai menjalankan otonomi sebagai fakultas pada tahun 2010. Sedangkan sampai akhir tahun 2009 ini, administrasi masih mengikuti fakultas sebelumnya. Sebagai fakultas yang baru tumbuh, tentunya banyak harapan dan hal yang direncanakan oleh kedua fakultas tersebut. Masing-masing tentunya memiliki karakter dan pandangan tersendiri untuk membangun diri. Profil singkat kedua fakultas tersebut adalah sebagai berikut:


FIK: Berawal dari Prodi
FIK adalah fakultas yang saat ini memiliki dua jurusan yaitu Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) dan jurusan Ilmu Keolahragaan (IK). Sebelumnya, kedua jurusan tersebut merupakan program studi di jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) FIP UM. Prodi IK muncul lebih dulu sekitar tahun 1982. Namun, seiring perkembangan waktu, prodi IK berkembang menjadi jurusan sendiri di FIP. Setelah menjadi jurusan maka lahirlah program studi baru yang diberi nama PJKR (Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rohani) sekitar tahun 1998. Dengan demikian, IK memiliki dua program studi, yaitu IK dan PJKR. PJKR adalah program studi kependidikan sedangkan IK adalah program studi non kependidikan.
Pada saat transisi IKIP Malang menjadi universitas, jurusan IK turut menjadi faktor yang menguntungkan. Saat itu, salah satu syarat yang harus dipenuhi perguruan tinggi IKIP untuk menjadi universitas adalah memiliki minimal tiga kajian ilmu pengetahuan alam (IPA) yang berbeda. IKIP Malang saat itu hanya memiliki dua fakultas yang khusus mempelajari disiplin IPA, yaitu FT dan FMIPA. Namun, dengan adanya jurusan IK yang ditempatkan di FIP, syarat tersebut dapat terpenuhi. Jurusan IK menjadi pelengkap syarat tersebut, karena banyak diantara kajian ilmunya yang mengarah pada ilmu pasti, tetapi dengan karakteristik yang tentu berbeda dengan yang dipelajari di FMIPA maupun FT.
Mengingat karakteristik jurusan IK yang sedikit berbeda dengan jurusan lain di FIP, dan memperhatikan kemampuan manajemen FIK maka pada akhirnya FIK dianggap perlu dan layak berdiri sendiri sebagai sebuah fakultas. Puncaknya, FIK resmi berdiri sebagai fakultas pada tahun 2008 lalu dan diberi wewenang untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Kedua prodi yang dulu menjadi bagian dari jurusan IK, kini berubah menjadi jurusan, dan untuk menjalankan kepemimpinan fakultas, terpilihlah Dr. Roesdyanto, M. Kes sebagai dekan pertama FIK.
Akan tetapi, sebagaimana organisasi yang baru berdiri, tentu saja masih banyak hambatan yang dialami dan memerlukan pembenahan yang lebih baik. Menurut Pak Roesdyanto, kendala yang dialami FIK sampai saat ini antara lain berkutat pada masalah fasilitas dan masih labilnya sistem yang ada. Salah contohnya adalah lokasi yang terpisah dengan fakultas lain di UM. Saat ini, FIK menempati gedung kampus I PGSD di jalan Veteran, yang juga masih digunakan oleh universitas terbuka. Letaknya yang relatif jauh dari kampus mempersulit akses warga FIK untuk menggunakan fasilitas kampus. Selain itu, keterbatasan ruang kuliah juga menjadi masalah tersendiri sehingga mahasiswa terpaksa menggunakan tempat seadanya sehingga alat-alat laboratorium yang seharusnya punya tempat khusus menjadi terbengkalai. Selain itu, FIK juga mengalami kendala dalam administrasi dan tenaga. Ketika berubah menjadi fakultas dan menempati gedung tersebut, FIK hanya dibekali sedikit tenaga untuk mengelola administrasi. Tenaga untuk tata usaha yang sekarang dimanfaatkan oleh FIK adalah tenaga yang sebelumnya sudah lebih dulu berada di situ untuk mengelola tata usaha PGSD di sana. “Kalau nanti UT pindah, maka ruangannya bisa dimanfaatkan oleh FIK,” jelas Pak Roesdyanto
Bagaimanapun, FIK saat ini sudah mengalami banyak perkembangan. Dalam hal akademik, kurikulum yang diterapkan untuk PJKR dan IK sudah saling menyatu. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan PPG sehingga kurikulum untuk jurusan kependidikan dan non kependidikan disamakan. Selain itu, FIK juga berusaha mengembangkan sarana dan prasarana ada. Hal ini akan dikoordinasikan dengan pihak penunjang yang berkaitan, misalnya pihak universitas dan pihak lain dari luar yang memiliki hubungan kerja sama dengan FIK dalam pengembangan sarana prasarana. “Program pengembangan FIK secara tidak langsung juga didukung oleh adanya BLU. Dulu sebelum menerapkan sistem BLU, kerja sama dengan luar tidak memungkinkan, karena apa-apa harus dari pusat. Sekarang, dengan BLU kami lebih leluasa untuk melakukan kontrak dengan pihak lain di luar UM,” jelas orang nomor satu di FIK ini.
Lokasi penempatan FIK saat ini masih belum permanen. Rencananya, FIK akan pindah ke area jalan Gombong yang saat ini dipakai FMIPA. Selain sebagai tempat perkualihan, FIK juga akan membangun sport center yang bisa digunakan untuk menunjang aktivitas perkuliahan FIK. Tahun depan, pembangunan diharapkan sudah mulai terlaksana, dan direncanakan fasilitas sport center tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum di luar UM.
Selain pengembangan sarana dan prasarana, FIK juga berencana membuka jurusan baru, yaitu jurusan Kesehatan Masyarakat dan jurusan Kepelatihan. Jika fakultas benar-benar dibuka maka nama Fakultas Ilmu keolahragaan akan berubah menjadi Fakultas Kesehatan dan Keolahragaan. Selain itu, pihaknya juga akan mengusulkan dibukanya S2 pendidikan jasmani dan olah raga ke Organisasi Tata Usaha (OTK). Hal yang tak kalah penting, mengingat pesatnya perkembangan jaringan informasi dan komunikasi saat ini, maka aspek yang harus dibenahi adalah pengembangan teknologi informasi. Ke depannya, diharapkan FIK memiliki sistem informatika yang lebih baik dari sekarang. “Dengan semua usaha ini, harapan saya adalah akan ada lebih banyak mahasiswa FIK yang berprestasi baik, walaupun dengan fasilitas yang minim ini, “ ujar Pak Roesdyanto.


Fakultas Ilmu Sosial: Sebuah Reinkarnasi
Berbeda dengan FIK yang baru saja dibuka, Fakultas Ilmu sosial (FIS) sebenarnya sudah lama ada, bahkan menjadi salah satu fakultas tertua ketika UM masih berstatus IKIP. Fakultas ini dulunya bernama FK-IPS (Fakultas Keguruan Ilmu Pengetahuan Sosial), namun kemudian berubah nama menjadi FP-IPS (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial). Saat itu jurusan-jurusan yang ada di dalamnya antara lain adalah jurusan PPKn, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi. Jurusan Sejarah dan Ekonomi merupakan salah satu jurusan yang tertua di IKIP Malang. Namun, karena suatu hal, FP-IPS akhirnya bubar dan terpecah-pecah. Jurusan-jurusan di dalamnya pun terpaksa menyebar dan bergabung dengan fakultas lain. PPKn akhirnya masuk ke FIP, Sejarah bergabung ke FS, Geografi berpindah ke FMIPA, sedangkan Ekonomi mampu bertahan dan membentuk fakultas sendiri, yaitu Fakultas Ekonomi (FE).
Bubarnya FP-IPS sebenarnya hanyalah pengembangan diri yang tertunda. Hal ini terkait dengan transisi dari IKIP Malang yang mendapat perluasan mandat menjadi universitas. Saat itu, beberapa jurusan di FP-IPS mengajukan proposal untuk dapat berkembang menjadi fakultas, tetapi ternyata tidak semua jurusan tersebut diterima proposalnya. Hanya jurusan Ekonomi yang diterima dan disetujui menjadi fakultas sendiri. Karenanya, sementara waktu jurusan PPKn bergabung ke FIP, Jurusan (Pendidikan) Geografi bergadung ke FMIPA, dan Jurusan (Pendidikan) Sejarah bergabung ke Fakultas Sastra. Penggabungan tersebut didasarkan pada kedekatan bidang ilmu yang dipelajari. Geografi misalnya, bergabung dengan FMIPA karena ada beberapa kajian di dalamnya yang mengarah pada ilmu pasti.
Setelah bertahun-tahun, dengan mempertimbangan berbagai keadaan di lapangan maka muncullah usulan untuk melahirkan kembali fakultas yang berbasis pada ilmu sosial. Selama ini, fakultas yang menjadi tempat bernaung bagi jurusan-jurusan pecahan FP-IPS dirasa kurang relevan dengan jurusan-jurusan tersebut akibat adanya perbedaan karakteristik yang cukup menonjol. Misalnya, jurusan Sejarah, selama ini banyak yang mempertanyakan mengapa ada jurusan sejarah di Fakultas Sastra, padahal apa yang dipelajari di jurusan tersebut nyaris tidak ada hubungannya dengan sastra. Perbedaan karakter tersebut sempat muncul kesan bahwa jurusan Sejarah adalah jurusan yang dianaktirikan.
Pertimbangan untuk membentuk kembali FIS juga didasarkan pada masalah pewadahan ilmu sosial. Selama ini, kita mempunyai FMIPA dan FT sebagai wadah ilmu pasti, namun kenyataannya kita belum punya wadah yang murni diperuntukkan untuk ilmu sosial yang kajian ilmunya langsung berhubungan dengan masalah-masalah sosial di masyarakat. Dengan adanya FIS maka pengembangan ilmu yang berhubungan dengan masalah sosial akan lebih leluasa karena memiliki wadah yang jelas dan konsisten. Jika ilmu sosial masih terpecah-pecah seperti sebelumnya maka akan sulit melakukan pengembangan diri yang optimal. Dengan mempersatukan seluruh jurusan berbasi sosial di UM, diharapkan akan terjadi kerja sama yang baik untuk bersama-sama mengembangkan institusi ilmu sosial.
Setelah melayangkan surat pengajuan ke DIKTI dan melalui  serangkaian proses panjang, akhirnya FIS resmi dikukuhkan pada tanggal 17 Agustus 2009. Namun, secara administratif pelaksanaannya baru dilaksanakan tahun 2010 mendatang. Hingga akhir tahun 2009, administrasinya masih mengikuti fakultas tempat jurusan-jurusan tersebut bernaung. Sebagai pemangku jabatan tertinggi FIS, terpilih Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. sebagai dekan FIS yang pertama. “Ini agar mudah memperingatinya,” ujar pak Hariyono ketika ditanya seputar tanggal pengukuhan FIS yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia itu. Beliau juga menegaskan bahwa saat ini UM adalah satu-satunya universitas eks-IKIP yang tidak memiliki wadah ilmu sosial. Sehingga perlu sekali dikembangkan wadah untuk mengembangkan bidang ilmu tersebut.

Nantinya FIS akan memiliki tiga jurusan, yaitu jurusan Geografi, jurusan Sejarah, dan jurusan PPKn yang nantinya akan berubah menjadi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan.
Walaupun pelaksanaan administrasi secara resmi baru dimulai tahun depan, namun beberapa persiapan dan rancangan sudah dipersiapkan. Gedung I (I1 – I5) yang pada awalnya menjadi tempat perkuliahan bersama bagi beberapa fakultas di UM, akan dipakai oleh FIS. Namun untuk sementara, gedung tersebut masih direnovasi sehingga perkuliahan mahasiswa FIS akan bergabung dulu ke fakultas sebelumnya hingga gedung I selesai direnovasi dan memiliki sarana prasarana yang memadai. Hal ini dapat dimaklumi oleh fakultas-fakultas tempat jurusan bernaung sebelumnya mengingat perubahan status ini merupakan proses yang tidak sederhana.
Untuk FIS, pak Hariyono menyatakan bahwa beliau memiliki beberapa program yang ingin dijalankan. Untuk program jangka pendek, beliau ingin memperbaiki teknis PKPT di FIS nantinya. Selama ini PKPT yang ada tidak ubahnya seperti adegan lawak. Mahasiswa baru diperlakukan secara tidak masuk akal, misalnya harus datang jam 5 pagi. Padahal, jam kuliah jam 5 pagi itu tidak ada. Maba juga cenderung dipermalukan saat PKPT berlangsung. Hal-hal inilah yang ingin diperbaiki oleh beliau. Selain itu, sebagaimana FIK, beliau juga ingin menghubungkan FIS dengan PTIK. Sedangkan untuk program jangka menengah, beliau ingin mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai untuk FIS.
“Saya harap, nantinya akan terbentuk jalinan komunikasi yang baik antara mahasiswa FIS,” ungkap pak Hariyono. Beliau juga mengungkapkan bahwa sementara waktu, Ormawa FIS hanya sampai setingkat HMJ, yang masing-masing sudah ditentukan saat pemilu di fakultas masing-masing. “Ormawa setingkat BEMFA dan DMF sementara ditiadakan dulu,” lanjut beliau. ?Ris