Selasa (15/06) Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. H. Suparno  menerima mahasiswa asal Amerika Serikat peserta Critical Language Scholarship (CLS). Program CLS adalah program yang dibiayai oleh Buerau of Educational and Cultural Affairs (ECA) atau Biro Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Departement Luar Negeri, Amerika Serikat.

Program ini memberikan pengajaran bahasa intensif di musim panas meliputi 13 bahasa di dunia yang diikuti oleh mahasiswa warga negara AS dari mahasiswa program S1 hingga S3. Bagi pemerintah Amerika Serikat, tujuan program ini adalah untuk memerbanyak jumlah warga negara Amerika di segala bidang yang belajar dan mampu berbahasa Indonesia.
Acara yang dilangsungkan di  Ruang Kaca Rektorat gedung A1 lantai 1 ini dihadiri oleh Rektor, Pembantu Rektor bidang Kerjasama, Perencanaan, dan Komunikasi, Presiden Direktur CLS, Dekan Fakultas Sastra, Direktur CLS Indonesia, tim pengajar, mahasiswa, dan 17 orang peserta CLS program.
Prof. Peter Suwarno, Ph.D., Presiden Direktur CLS Program yang juga Ketua Jurusan Bahasa Asia di Arizona State University, menegaskan bahwa untuk program bahasa Indonesia dipilih BIPA Fakultas Sastra UM di kota Malang karena Malang adalah kota pendidikan yang berhawa sejuk. FS Universitas Negeri Malang sudah berpengalaman mengadakan program intensif bahasa Indonesia untuk penutur asing. Program CLS Malang ini akan diikuti oleh 17 mahasiswa dari berbagai penjuru Amerika Serikat yang akan berlangsung dari 14 Juni sampai 9 Agustus. “Mahasiswa AS yang belajar di Malang ini adalah mahasiswa pilihan, 17 orang mahasiswa ini sudah tersaring dan dipilih dari 122 pelamar dari berbagai universitas terkemuka di AS,” lanjut pria kelahiran Lampung, 16 Juli 1962 ini.
Sementara itu, Direktur CLS Indonesia, Drs. Gatut Susanto, M.M., M.Pd, mengungkapkan Program CLS di Malang memberikan lingkungan pembelajaran bahasa dan budaya yang intensif. Pelajaran kelas bahasa formal di kelas minimal 20 jam per minggu untuk memperbaiki kemampuan berbahasa. Untuk mendukung belajar formal di kelas itu, mahasiswa juga akan aktif dalam berbicara informal saat makan siang selama satu jam dan dua jam lagi interaksi dengan masing-masing tutor. Selain itu, mahasiswa memilih dua mata kuliah budaya. Untuk memperkaya pembelajaran budayanya, mahasiswa juga akan diajak berkunjung ke beberapa tempat dan mendatangkan narasumber seperti tukang becak, bakul jamu, dan lain-lain. Peserta CLS ini tinggal di rumah kos sekitar kampus untuk mempermudah sosialisasi dan berbahasa Indonesia. Nid