Tepat pada 18 Oktober 2010 yang lalu, Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan Upacara Dies Natalies ke-56 UM dengan mengambil tema “UM sebagai The Learning University dalam Rangka Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan ”. Acara yang dihelat di Sasana Budaya ini merupakan  puncak dari rangkaian kegiatan dalam menperingati hari ulang tahun UM. Selain diisi dengan pidato rektor mengenai pemaparan perkembangan dan capaian UM satu  tahun terakhir,

acara yang berlangsung dari pukul 10.00 sampai 12.00 ini juga menampilkan berbagai produk dari para civitas akademika dalam Pameran Produk Akademik di sayap sebelah kiri gedung Sasana Budaya.
Acara dibuka dengan penampilan tari oleh tujuh  mahasiswi Fakultas Sastra.  Gerakan  harmonis tari  yang dikombinasikan dengan kelincahan para penari memukau sekitar  empat ratus undangan yang merupakan perwakilan dari civitas akademika UM maupun undangan dari luar. Dari dalam UM hadir sebagai undangan, yaitu para mahasiswa  perwakilan ormawa, baik dari BEM fakultas hingga pusat, para delegasi dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa, para pejabat struktural, unsur pemimpin UM, dan beberapa orang yang pernah menjabat sebagai Rektor UM. Dari luar, para undangan dari berbagai instasi juga turut hadir dalam acara ini, seperti Kepala Dinas Pendidikan di Malang Raya dan perwakilan dari Keementerian Pendidikan Nasional. Selain itu, para mahasiswa asing yang menjalani pendidikan di UM dan para jurnalis dari berbagai media massa  juga berkesempatan mengikuti acara ini.     Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”  oleh seluruh hadirin. Kemudian dipimpin langsung oleh Rektor  mengheningkan cipta untuk mendoakan para pahlawan dan orang orang yang telah berjasa membangun UM dari berdirinya hingga sekarang.
Acara utama tiba. Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno maju untuk menyampaikan pidatonya. Mengawali pidato, beliau mengajak para hadirin untuk memaknai acara dies natalis ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi penanda tahap perkembangan UM yang berdasarkan program jangka panjang berwawasan tahun 2021. Tahun 2010 merupakan tahun kedua tahap ketiga yang merupakan Tahap Mandiri dan Otonomi. Selanjutnya, beliau memaparkan secara garis besar perkembangan UM dalam satu tahun terakhir. Dimulai dari perkembangan kelembagaan yang di antaranya akan berdirinya pusat Kajian Mandarin (Confusius Institute Branch), perkembangan sumber daya manusia, sarana prasarana dengan semakin banyaknya gedung baru yang akan, telah maupun dalam proses dibangun, perkembangan pendidikan dan pengajaran, serta perkembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan banyaknya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh UM di antaranya program seribu guru (TEQIP). Rektor juga menyampaikan perkembangan di bidang prestasi dan kesehjahteraan mahasiswa yang dibuktikan dengan banyaknya prestasi yan g diraih, baik di Pomnas maupun  Peksiminal. Selanjutnya beliau menjelaskan tentang pengembangan UM ke depan, yaitu rancang bangun UM ke depan diwujudakn dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan (RIP). Untuk itu, status UM sebagai universitas eks IKIP lengkap dengan karya-karya akademik yang dimiliki dalam konteks pendidikan nasional dan perkembangan global menjadi landasan untuk menemukan identitas diri tersebut. Sejalan dengan pemikiran tersebut, diputuskan tentang identitas diri UM sebagai The Learning University yang sekaligus sebagai kerangka acuan pengembangan UM ke depan.
”Oleh karena itu, telah dihasilkan naskah akaademik  “UM: The Learning University” dan “Buku Saku Edisi Dies Natalis ke-56” yang diedarkan tepat pada  Upacara Dies Natalis UM,” terang rektor.
Usai pidato rektor, tampil para mahasiswa dari UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM) menyanyikan dua lagu. Lagu pertama “Yamko Rambe Yamko” yang dinyanyikan dengan aransemen berbeda membuat penonton terhibur. Disusul lagu kedua “When You Believe” sukses mengundang tepuk tangan para hadirin, wajar saja, karena kemampuan bernyanyi  mahasiswa UKM PSM yang patut diacungi jempol ini telah berhasil mengantarkan mereka menjadi pemenang hingga ke tingkat nasional.
Acara dilanjutkan dengan sambutan perwakilan Menteri Pendidikan Nasional yang disampaikan oleh Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti, Prof. Dr. Supriyadi Rustam. Beliau menyampaikan mengutarakan rasa bangga dan bahagia dari Kemdiknas, utamanya Dirjen Dikti karena telah memiliki UM yang pada hari ini menapaki usia yang ke-56. Sebuah usia yang matang sehingga sangat tepat dan pantas kalau kini universitas ini berkonsentrasi tinggi membangun jati dirinya. Kesadaran membangun jati diri pada hakikatnya adalah sebuah kesadaran untuk menjadi lebih bermakna bagi masyarakat luas. Rencana UM untuk menjadi learning university tampaknya merupakan kristalisasi dari sejarah perkembangan UM lebih dari setengah abad dikombinasikan dengan pikiran-pikiran maju untuk mewujudkan organisasi perguruan tinggi modern. Perkembangan yang sangat menarik adalah keberhasilan UM pada tahun 2010 menembus jajaran perguruan tinggi berkelas dunia versi Webometrics dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun), dan masuk 10 besar PT terbaik di Indonesia. Beliau juga memaparkan tentang satu prioritas kebijakan Ditjen Dikti mulai tahun 2011 yang berupa percepatan program doktor target perolehan 5.000 doktor setiap tahun. Ini adalah tantangan sekaligus peluang yang harus direspon secara proaktif oleh perguruan tinggi di Indonesia, tak terkecuali UM.
”Dirgahayu Dirgoyuswo Universitas Negeri Malang sukses sebagai Learning University. Semoga UM benar-benar dapat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi lebih bermakna bagi masyarakat, bangsa, dan negara,” papar Supriyadi mengakhiri sambutannya.
Acara ini diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Rektor UM yang diserahkan kepada beberapa mantan Rektor UM periode sebelumnya. Kemudian, para hadirin diajak untuk mengunjungi stan pameran Produk Akademik di sayap kiri gedung Sasana Budaya. Pameran ini diikuti oleh FMIPA, Teknik, Sastra, LP3, dan para mahasiswa yang mengikuti program Kewirausahaan UM. LP3 UM menampilkan dokumentasi perjalanan UM dari masa ke masa. MIPA dengan hasil penelitian berupa nata de coco, serta buku dan video-video sains. Sementara Teknik  tampil menarik dengan hasil olahan cokelat seberat 15 kg dan disusun cantik tinggi sekitar 3 meter dengan hiasan bunga yang dibuat dengan cokelat juga. Ada juga robot-robot rakitan mahasiwa Teknik UM dan makanan alternatif berupa es krim dan nugget dari daun. Di stan mahasiswa peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) mengundang perhatian hadirin dengan berbagai kreativitas wirausaha, diantaranya, Es tebu yang segar, Galistra, Basil Tea, King’s Pastel, Pisang Keriting, dan Wifi Rakyat. Mulai dari Bapak Supriyadi Rustam, rektor, hingga jajaran pejabat UM menghadiri pameran hasil karya mahasiswa yang kreatif ini. Tidak ragu, karena es tebu menggoda selera saat siang hari, Bapak Supriyadi pun mencoba minum es tebu yang diolah dan diproses oleh mahasiswa wirausaha ini.Num

Panggung Gembira
Ribuan civitas akademika dan warga sekitar Universitas Negeri Malang (UM) memadati lapangan A3 pada Minggu (17/10) untuk mengikuti acara Jalan Sehat. Acara yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-56 UM ini memang sangat meriah, mengingat hadiah yang ditawarkan cukup menggiurkan.
Pada pukul 07.30, peserta Jalan Sehat yang tiba di garis finish disambut penampilan dari band UM, Tani Maju dengan lagu-lagu khasnya. Di samping itu, terdapat bazar yang menyediakan berbagai makanan dan minuman sebagai penawar lelah.
Di sela-sela penampilan Tani Maju, terdapat lomba keset antar fakultas yang dimenangkan oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan pertandingan sepak bola mini antara Tim UM Selection versus Tim Rektorat.
Setelah lelah berolahraga dan berjoget, setrika, kompor gas, monitor, dan berbagai hadiah lainnya mulai diundi. Puncaknya, dua sepeda motor Honda Revo diundi oleh pemimpin BRI Marthadinata dan BNI cabang UM.Kyo

Bedah Buku
Selasa (19/10), Universitas Negeri Malang (UM) menggelar kegiatan bedah buku sebagai salah satu rangkaian kegiatan memeringati Dies Natalis ke-56 UM. kali ini buku yang dibedah adalah karya salah satu tokoh Indonesia, Prof. Dr. Sri Edi Swasono yang berjudul Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial: Dari Klasikal dan Neoklasikal sampai ke The End of Laissez-Faire.
Selain menghadirkan sang penulis sebagai pembedah, acara ini juga mengundang Dr. Mit Witjaksono, MS. Ed. sebagai pembahas.
Bertempat di gedung A3  lantai II, acara ini dibuka dengan sambutan Rektor UM, Prof. Dr. H. Suparno dan dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata kepada Bapak Sri Edi Swasono. Pada sesi bedah buku, Bapak Sri Edi Swasono yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini membukanya dengan pertanyaan bernada kritik, “ Mengapa pembangunan di Indonesia menggusur orang miskin tapi tidak menggusur kemiskinan? Mengapa yang terjadi adalah ‘pembangunan di Indonesia’ bukan ‘pembangunan Indonesia? Mengapa daulat pasar telah menggusur daulat rakyat?” tanya beliau. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut lahir dan buku ini ditulis dengan keperihatinan tentang makin tersisihnya kesejahteraan sosial karena sistem ekonomi neoliberalisme dibiarkan berkecamuk di Indonesia sehingga kita menjadi jongos globalisasi. “Padahal, seharusnya we have to be the master in our own homeland, not just to became the host. Maka, tidak bisa tidak, jika kesejahteraan sosial ingin maju, kita harus menolak neoliberalisme dan kembali ke sistem ekonomi konstitusi,” lanjut menantu Bung Hatta ini.
Sementara itu,  Mit Witjaksono berkata, “Karya Edi Swasono yang dibahas kali ini menurut saya adalah kulminasi dari gregetan-nya beliau setelah melihat, mengkaji, dan mengkritisi betapa kita sebagai warga negara dan bangsa Indonesia dalam kehidupan dan berperilaku ekonomi tanpa sadar telah semakin jauh dari cita-cita kemerdekaan”. Beliau juga memaparkan bahwa doktrin kesejahteraan ynag telah tertuang dalam beberapa pasal di antaranya, Pasal 27 (ayat 2), seharusnya menjadi pegangan bagi semua warga negara sehingga, rakyat akan menjadi sentral-substansial, bukan marginal residual akibat pemahaman dan praktik laissez-faire.
Segenap dosen dan mahasiswa memenuhi ruangan Aula Utama UM untuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan, dua puluh mahasiwa Program Pascasarjana Unair turut sebagai peserta dalam bedah buku ini.Num

Malam Seni Budaya
Semaraknya serangkaian acara Dies Natalis Universitas Negeri Malang (UM)ditutup dengan malam seni budaya yang digelar cukup meriah di Gedung Sasana Budaya (24/10). Dengan kemasan nuansa yang elegan yang dibawakan dengan akrab, acara yang dimulai sekitar pukul tujuh malam ini berhasil membuat penonton terhibur. Performansi dari Paduan Suara Mahasiswa UM yang membawakan lagu  “Pilihlah Aku” dan “Pernah Muda” membuat penonton terbawa dalam suasana yang ceria dan hangat. Suasana akrab makin terasa saat para pejabat UM silih berganti melantunkan suara emasnya melalui beberapa lagu kenangan.Kebetulan, saat malam itu banyak pejabat UM yang tergabung menjadi anggota Star Dust turut hadir meramaikan acara. Usai bernostalgia dengan tembang-tembang kenangan dari Starb Dust, acara dilangsungkan dengan suguhan tari dari Sanggar Tari Karawitan dan Prodi Seni Tari. Meski tidak begitu ramai, malam seni budaya yang digelar UM cukup memukau dan menghibur. Kemasan acara yang teratur dan pengisi acara yang berkualitas membuat acara tersebut terkesan megah.Dha