Oleh: Mustofa

Walau langit cerah,bersemi dedaunan yang hadirkan pesona
Aku tetap tenggelam besama kawan yang tak berdaya
Mereka masih berteriak tentang kebebasan yang mutlak
Karena kemerdekaan itu masih omong kosong sang pemuja tahta
Sawah-sawah kering,dedaunanpun enggan tubuh
Membebaskan terik sang mentari
Membebaskan belenggu keterikatan
Membebaskan kaum dari kelaparan
Hujan yang redah tak meredahkan tekatku untuk ada
Selalu berkarya untuk bangsa
Walau disana sini terbakar oleh kata-kata
Karena aku menyampaikan jeritan anak bangsa
anak jalanan yang tak pernah merasa merdeka
Yang tak dapat kepedulian sang pengaku pahlawan bangsa
Pahlawan yang menyeruhkan kebebasan
Kebebasan dari semua yang buat kami menjerit
Hayy, orang yang murah senyum
Kuasakah kau dengan laknat tuhan yang nyata
Sanggupkah kau dengar ringkasan dari semua yamg berada
Ketika kau tak berarti apa-apa disana
Dengarkan seruan dari anak sampah
Mereka lelah, maukah kau jadi budak mereka
Maukah kau hapus keringatnya dengan tanganmu
Genggam tangannya dan rasakan deritanya
KamiĀ  sebenarnya lelah berteriak-teriak
Tapi tak perna ada perubahan yang nyata
Haruskah kami diam sedangkan bangsa kesakitan
Hati dan kesadaran yang kami rindukan
Kau harus mengerti kepedian
Kepedian bangsa yang tertindas
Tertindas oleh kejujuran yang tak nyata
Tertintas oleh orang bermoral
Kata terakir untuk orang yang berkata tentang keadilan
Untuk orang yang murah senyum
Orang yang menyeruhkan kebebasan,yang kini belum bertahta
Jadikan bangsamu singa asia seperti yang perna ada di masa silam

? Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2008