Universitas Negeri Malang (UM) adalah universitas yang membina beberapa sekolah di dalam maupun luar Malang. UM sendiri membina sekolah laboratorium dari jenjang SD sampai SMA.  Selain jenjang pendidikan formal, ternyata UM juga membina pendidikan nonformal. Sekolah paket C yang diberi nama Paket C SMA Alternatif ini sudah eksis sejak tahun 1996.

Berlokasi di gedung D1 di area Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), setiap hari Sabtu dan Minggu tidak kurang dari enam puluh warga belajar datang untuk menimba ilmu di tempat ini bersama 11 tenaga pengajar yang ada. Keenam puluh warga yang belajar tersebut terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Seperti pada SMA formal, sekolah paket C juga melaksanakan program IPA dan IPS, tapi hanya terbatas pada satu pilihan saja. Pada tahun ini program yang dilaksanakan adalah IPS.
Saat diwawancarai reporter Komunikasi, Minggu (4/7), Kepala Sekolah Paket C SMA Alternatif, Khoirul Amin menuturkan bahwa visi yang diusung adalah membantu pemerintah dalam perluasan akses pendidikan bagi masyarakat. Seperti yang kita ketahui, biaya pendidikan formal di Indonesia relatif mahal bagi kalangan penduduk ekonomi menengah ke bawah. Di sekolah paket C sebisa mungkin biaya tidak membebani warga untuk belajar, yaitu dengan SPP sebesar tiga puluh ribu rupiah per bulan sehingga memungkinkan lebih banyak lagi menyerap masyarakat untuk menjadi warga belajar.
Ditinjau dari wilayah, warga belajar kebanyakan berasal dari daerah Malang bagian timur, yaitu wilayah Batu dan sekitarnya. Sedangkan motif warga belajar pun bermacam-macam. Selain karena permasalahan ekonomi, kebanyakan dari mereka sudah bekerja dan berkeluarga sehingga kesulitan jika harus bersekolah formal. Siswa yang tidak lulus ujian ulang UAN juga bisa bergabung di sini.
“Misi didirikannya sekolah ini adalah untuk memberikan kesetaraan pendidikan dengan memberi pengalaman seluas-luasnya,” tutur Pak Amin di sela-sela wawancara. Hal ini diwujudkan dengan berbagai macam pengalaman belajar yang diberikan kepada warga belajar. Selain belajar di dalam kelas, warga juga diajak belajar di luar sehingga pengajarannya  lebih kontekstual. Salah satu tempat yang pernah dikunjungi adalah lokasi wisata Coban Rondo. Pada satu kesempatan pernah diadakan kemah selama dua hari di daerah Malang. Warga belajar dibagi dalam beberapa kelompok dan mendapat tugas untuk mengamati kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Saat dikonfirmasi masalah biaya operasional, Pak Amin menegaskan bahwa sebagian besar pembiayaan dilakukan secara swadaya. Belum ada dana rutin dari pemerintah maupun lembaga untuk menunjang berlangsungnya kegiatan. Pernah sekali ada bantuan berupa perlengkapan belajar mengajar dari Pemerintah Kota Malang. Pria berkumis ini menuturkan bahwa Sekolah Paket C siap untuk memberikan sumbangsih kepada UM, tapi untuk itu dibutuhkan kerjasama yang berkesinambungan antara UM dengan pihak sekolah, terutama masalah kelembagaan dan personalia. Bagaimanapun juga, “jer basuki mawa bea” tetap berlaku.Dew