Oleh Mistaram

Universitas Negeri Malang  (UM) memiliki motto The learning University, dan Brand Name Logo yang saat ini telah digunakan oleh civitas akademika UM. Akan tetapi, civitas akademika juga berharap menjadi the international learning university, mimpi itu terasa terngiang di telinga.

Slogan pernah diangankan Pak Nuril (alm.) yang menggagas pengembang sayap IKIP menjadi UM dan berharap UM menjadi The Research University. Harapan itu terwujud walau saat itu orang awam masih menyebutnya, “Ooh, IKIP Malang to?”.  Sisi kepingan itu telah terwujud dan kepingan pada sisi sebaliknya terus diupayakan. Gagasan untuk menjadi The International Learning University itu bukan lagi bayang-bayang, akan tetapi telah dimulai untuk melangkah. Belum juga lari, tapi telah di injakkan kakinya ke ranah tautan itu. Jalinan dan tautan itu telah dimulai untuk memanjangkan tali lilitan yang semakin kokoh. Jumlah mahasiswa telah meningkat tajam. Kak Umar Bakri harus menuntut ilmu yang berlanjut, fakultas dikepakkan, dan program studi dijuntaikan. Mahasiswa semakin kritis dan menyorot kepada kehadiran si Umar Bakri, penilaian, dan pengembangannya. Sarana pun semakin dicukupi walaupun belum sepenuhnya tercapai. Standar mutu digalakkan dan pada harapan berikutnya adalah tanggung jawab pada lulusan. Lulus cepat nganggur apa lulus lambat mendengkur, itu semua berpulang pada upaya yang harus dioptimalkan. Apakah sudah cukup, itu sekadar kepingan harapan. Di sisi lain terlihat sepeda kumbang yang semakin berkembang dan kereta mesin semakin bertambah, tetapi jalanan kampus dan tempat parkir itu pun belum dirapikan. The International Learning University perlu topangan teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran, sementara internet itu masih juga lamban. Benarkah itu? Itu adalah kepingan pertanyaan yang tidak perlu jawaban, tetapi secercah harapan itu perlu kewujudan.
Sesaat kulihat orang tua wisudawan yang berjubel . Majalah Komunikasi ini menyambut kehadiranmu, Wisudawan. Nyamankah kau dengan togamu? Pernahkah kau renungkan pakaian jubah hitam itu? Padahal yang kau pakai itu adalah simbol. Itu bukan simbol kemegahan tetapi simbol tanggung jawab dari puncak studimu. Sajian kepingan harapan Komunikasi dari para alumnus yang berhasil, seperti Mario Teguh yang pandai memotivasi misalnya, dengan harapan menghantar kepingan harapan kepada civitas akademika. Bila kita tengok di belakang dan di hadapan keberhasilan yang mereka raih itu bukan usaha ala kadarnya, tetapi usaha yang sungguh-sungguh dan tak kenal menyerah.
Pada edisi kali ini, Komunikasi mengangkat tema “Sistem Registrasi online di UM”. Saat ini UM telah menerapkan sistem online, baik KHS, KRS, maupun pembayaran SPP. Kabar gembira ini patut diangkat menjadi topik utama edisi ini. Di samping itu, pada rubrik Profil, Komunikasi mengangkat tokoh rektor UNM dan sastrawan Indonesia yang tidak lain keduanya adalah alumni Sastra Indonesia UM. Hal ini akan menjadi kebanggaan dan tokoh inspirasi bagi para mahasiswa dan wisudawan UM yang menekuni bidang sastra.
Beberapa kegiatan di kampus juga diketengahkan pada rubrik Seputar Kampus. Selain itu, potret demokrasi di lingkungan kampus UM yang dikemas dalam Pemilihan Umum Presiden Mahasiswa UM juga diangkat ke permukaan. Suatu hal baru dan menarik perhatian para civitas akademika, yakni pembuatan sekaligus peresmian kolam renang pendidikan hasil kerja sama Pertamina dengan UM juga diketengahkan pada edisi ini.
Akhirnya, Komunikasi mengucapkan selamat membaca majalah Komunikasi dan selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati UM. Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat. Banyak tantangan dan secercah harapan kuat di depan Anda,.Teruslah berusaha dan berkarya!

Penulis adalah penyunting Komunikasi sekaligus dosen Seni dan Desain UM