puisi ibu full sizeLagu Seorang Anak Ibu

Nak, penuhi perut mu lalu gegaslah
Itu harga termahal ibumu
Ujian di sana kejam, nak!
Ibu khawatir urusan perut menggoda iman mu
Maka lekaslah, biar ibu melihatmu

Ibu, ketakutanmu menakuti ku
Kalau-kalau aku beban bagi mu
Sini bu, makanlah bersama ku
Hari ini cukuplah sepiring pagi kita berdua

Jika saja ibu tahu kabar takdir Tuhan
Ibu tak ingin melibatkan takdirmu pada nasib ini
Maaf nak, maaf telah melahirkanmu
Atas kesalahberadaan
Atas siksaan berjudul fakir
Biar ibu bayar dosa doa sebab kelahiranmu

Ibu… sudah tanpa kata aku habis di kasihmu.
Sembunyikan itu,
Apa siapa bagaimana mengapa sudah tak berlaku
Persetan Bu, aku hanya anakmu…dan selalu begitu

Ibu janji Nak, tidak akan ada makanan anjing di piringmu
Sesulit apapun..
Karna penjilat bukan akhir yang ibu mau
Lebih baik menyembah berhala tradisi
Ketimbang agamis pada lenong timpang adab

Janji Bu, nanti ku bawakan rindu madu kepulangan. Lalu lunaslah dosa itu
Sebab darimu, takdir akan aku jungkir balikkan.

Rumah

Dusun ku berasa Eropa
Punya empat musim, hebat !
Sudah tidak kenal pancaroba lagi

Musim hujan kami tandur, mematik kemenyan lalu berebut sajen
Pasang kembang, telur ayam dan recehan.
Biar berkah.

Musim Selanjutnya…
Sang cenayang berubah pikiran, mungkin recehan bukan selera prewangannya.
Berkah hujannya meruah. Banjir.
Untung..
Tidak mungkin gagal panen, belum sampai waktunya pun diaborsi

Musim kemarau kami ngulur benih jagung
Lupakan soal sajen. kami sudah bisa berdoa

Bumi galau, butuh siraman
Kulitnya mulai keriput lalu merekah
Benihnya semi, tapi daunnya terlahir melihat api. Panas.
Musim selanjutnya. Kering
Semua kering, juga harapan. Pun lumbung dan lambung.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia