IMG_4264

Pentingnya belajar sejarah secara kritis menjadi acuan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengadakan Olimpiade Sejarah (Odisea). Progam kerja yang diadakan setiap tahun kepengurusan ini mendapat apresiasi yang baik dari seluruh peserta di Indonesia “Tujuan dari Odisea ini untuk menumbuhkan iklim cinta sejarah dan mengajak siswa berpikir kritis terhadap peristiwa-peristiwa sejarah. Juga sebagai ajang promosi Jurusan Sejarah UM,” ungkap Umu Lisa, ketua pelaksana.
Tahun 2017, Odisea merambah tingkat nasional yang menjadikannya salah satu olimpiade bergengsi. Acara ini diikuti oleh 390 tim dengan delapan rayon, yaitu rayon Malang, Banyuwangi, Mojokerto, Blitar, Tuban, Ponorogo, Sidoarjo, serta rayon online yang berada di Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera, dan Bali.  Penyisihan per rayon (19/08) mengambil 20% siswa yang akan lanjut ke babak semifinal dan final (03/09) di Aula Ki Hajar Dewantara FIS UM. Pada babak semifinal satu, terdapat enam puluh tim yang akan disaring menjadi tiga puluh untuk masuk semifinal dua, kemudian diambil lima tim terbaik untuk masuk ke babak final. Lima tim tersebut antara lain SMAN 1 Kepanjen, SMAN 1 Gambiran, SMAN 1 Tumpang, SMAN 61 Jakarta, dan SMAN 1 Batu.
Pengadaan rayon online memunculkan hambatan tersendiri bagi panitia. “Seringkali informasi via website UM macet, sehingga sedikit menyulitkan peserta untuk mengakses informasi lomba,” ujar Umu. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan mengerahkan panita penanggung jawab untuk setiap peserta.
Odisea kali ini dikemas semenarik mungkin agar lebih berkesan bagi peserta. “Menghadirkan sesuatu yang baru, sebelum mengonsep acara biasanya kami melihat rundown acara di tahun lalu supaya bisa memperbaiki acara. Setelah itu kami mengonsep acara dengan menghadirkan hal baru, seperti menghadirkan dua penari yang berkolaborasi untuk pembukaan acara Odisea. O, iya, untuk sekolah luar Jawa kami memberikan penginapan di Wisma Ringgit,” tutur Zukhriya, Sie Acara Odisea.
Guna mengisi waktu, panitia menyediakan workshop pendidikan bagi para guru pendamping yang diisi oleh  Ismail Lutfi dan Najib Jauhari selaku dosen Sejarah. Selain itu juga terdapat talkshow Wardah sebagai penutup acara. “Harapan saya dalam acara ini secara kuantitatif semakin merata persebaran pesertanya. Di tahun depan, kualitas soalnya (soal olimpiade, red.) lebih bagus lagi agar tercapai tujuan historisnya atas kesadaran sejarah, yang paling utama untuk menjalin kerjasama dan silaturahmi dengan guru-guru menjadi lebih baik dan bisa saling berbagi informasi setiap tahunnya,” tutur Najib Jauhari, Pembina HMJ Sejarah.Amey