Meniti prestasi tangguhkan diri
Uji coba pantang berhenti
Meski jatuh ratusan kali
Bangkit kembali tegapkan diri
Yang menang harus bermental pemenang
Unggul tak berarti mengalahkan lawan
Berdiri di puncak memegang bintang
Turun ke lembah merangkul kemanusiaan

Riwayat Pendidikan
SD Negeri 1 Purwosari (2004-2010)
SMP Negeri 1 Purwosari (2010-2013)
SMK Negeri 1 Purwosari (2013-2016)
S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (2016-sekarang)
Riwayat Organisasi

  1. Valiant UM (2016-2019)
  2. Model United Nation (MUN) UM (2016-sekarang)

Seorang mahasiswa berprestasi harus mempunyai berbagai pengalaman dan prestasi yang luar biasa dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Laksamana Fadian yang biasa di panggil dengan Fadian berhasil menyabet gelar mahasiswa berprestasi (mawapres) satu Universitas Negeri Malang (UM) dengan bakat bakat yang dia miliki. Usaha dan kerja keras dia selama ini membawa hasil yang membanggakan untuk dirinya dan orang-orang tercintanya. Sebelumnya, Fadian juga pernah mengirimkan papernya ke tingkat Internasional. Wah luar biasa ya prestasinya? Kali ini salah satu kru Komunikasi memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Fadian, yuk simak liputannya!
Mengapa Anda ingin menjadi mawapres UM?
Kampanye dan aktivisme sulit didengarkan saat individu tersebut tidak memiliki koneksi khusus dan identitas. Mawapres adalah salah satu channel untuk meresonansi suara saya. Saya sangat tertarik dengan gerakan menulis, literasi, dan pemikiran progresif. Dengan badge mawapres, saya akan lebih mudah didengar saat melakukan campaign dan menghindari skeptisme saat saya belum mengucap satu kata pun.
Kedua, saya juga memiliki orang tua yang semakin tua. Di saat SMK dan awal karir akademik, saya tidak pernah mengikuti lomba prestisius dan tidak mengikuti organisasi UKM satu pun. Keseharian saya hanya menjual donat dan melakukan servis laptop dan HP. Dari kontemplasi panjang, saya mulai sadar bahwa kebahagian terbesar orang tua ialah saat anaknya diakui orang sekitar dan institusinya, yang salah satunya dapat muncul dari pemilihan mahasiswa berprestasi (pilmapres). Usaha Klinik_Gadget_Malang dan HM_Translation kemudian saya serahkan ke sahabat saya di saat saya berjuang mempersiapkan Pilmapres UM mulai 2018.
Apa karya ilmiah yang Anda buat?
Karya ilmiah saya berbentuk R&D media pelatihan bernama VRIDOM untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI)/Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berbasis virtual reality. Virtualisasi environment kerja dan interaksi dengan artificial intelligence dijembatani voice recognition (pengenal suara) agar user dapat berinteraksi secara autentik dengan dunia VRIDOM. Virtualisasi interaksi ditujukan untuk mengurangi potensi culture shock (gegar budaya) dan language barrier (kendala bahasa).
Mengapa Anda membuat karya itu?
Saya melihat tenaga kerja yang mengalami eksploitasi, diskriminasi, kekerasan, dan memiliki daya tawar rendah berdasarkan laporan artikel dan studi pustaka selama ini. Setelah menganalisa referensi yang ada, sumber masalah yang mengakar sejak lama pada TKI bukan berasal dari rendahnya intervensi bilateral, karena Indonesia tidak mungkin memonitor masalah domestik di balik pintu. Masalah tersebut mengerucut pada gegar budaya
Genggam piala di tangan, perbaiki masa depan
dok. Pribadi
Tahun 41 Januari-Februari 2019 |
23
Profil
dan kendala bahasa yang kurang teratasi dengan pelatihan konensional Balai Pelatihan (BNP2TKI). Karena culture shock, TKI dapat menerima perlakukan buruk karena friksi budaya dalam komunikasi dan perilaku. Sedangkan dengan language barrier, miskomunikasi dan mispersepsi dalam mematuhi pedoman SOP kerja juga dapat menghambat operasional kerja serta merugikan pemberi kerja. VRIDOM ditujukan untuk menyediakan virtualisasi protitipe mesin atau alat kerja menvisualisasi interaksi nyata dengan atasan hingga klien dengan beragam skenario yang dapat diakses 24 jam gratis.
Di dalam ranah libertarianisme dan egalitarianisme, setiap nyawa sangatlah berharga dan setara. Kasus kontraktual yang mencapai 1051 kejadian dan lebih dari 11.000 kasus kekerasan terjadi antara 2008-2014 adalah perbudakan modern yang merusak hak universal. Walaupun VRIDOM tidak dapat menghentikan semua kasus eksploitasi hingga kekerasan dalam sekejap, setidaknya VRIDOM dapat menyelamatkan satu nyawa yang tidak dapat dibeli dengan uang seberapapun.
Apakah sebelumnya Anda telah tergabung dalam Imapres?
Saya baru mendaftar pilmapres tahun ini sehingga secara teknis saya belum pernah mengikuti ikatan mahasiswa berprestasi (imapres) sama sekali. Alhamdulillah, Allah memberikan amanat kepada saya di kesempatan akhir mendaftar.
Prestasi apa saja yang sudah Anda peroleh selama ini?
Alhamdulillah, saya pernah meraih prestasi di ICONAS UGM 2019, setingkat Internasional. Paper saya menggambarkan hegemoni China dengan narasi OBOR-nya. Diikuti IIUM hingga University of Freiburg (Jerman), di sana saya berkesempatan menjadi pemakalah delegasi dari Indonesia. Kemudian saya mengikuti 4th International Conference on Education and Technology (ICET) yang bertugas sebagai Moderator Scopus AAA session utama bekerja sama dgn University of Malaya, dan masih ada beberapa penghargaan yang saya dapat. Harapan saya dengan saya menyebutkan dua penghargaan yang saya dapat menjadi motivasi bagi teman-teman. Selagi kita kerja keras dan berusaha, maka impianmu itu akan nyata di mata kamu.
Dari mana alur perjalanan prestasi Anda dimulai?
Prestasi saya pertama kali dimulai pada pertengah semester 3 dan 4, tepatnya pada lomba debat nasional pertanian dan pangan di Universitas negeri Jember (Unej). Kemudian, dari situ saya baru merasakan nikmatnya berkolaborasi bersama tim dalam beradu argumen dengan universitas se-Indonesia. Dari situ saya mengikuti beragam lomba debat seperti MTQ hingga debat bidikmisi nasional di Bangka Belitung. Sesekali mengikuti lomba speech, storytelling, hingga spelling bee.
Salah satu cerita signifikan saya di karir debat adalah ketika saya lolos seleksi kopertis 7 untuk mewakili UM di ajang National Debating Championship (NUDC) yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti. Sayang sekali, saya hanya dapat mengantarkan UM hingga ke level 32 besar bersama Eka NurcahyaNingsih. Dari karir debat, saya mulai menyadari pentingnya pemikiran untuk dipreservasi dalam bentuk tulisan agar suara saya teresonansi hingga ke pucuk dunia. Saya mulai memfokuskan diri ke penulisan essay ilmiah dan Alhamdulillah, saya diberi kemenangan pertama kali di kompetisi LEON UB setelah berhadapan dengan UGM hingga USU.
Saya juga mengikuti beragam ajang internasional untuk memperkenalkan UM dan Indonesia di ajang YSEALI Impact yang diselenggarakan Amerika Serikat hingga conference ICEDU di Malaysia. Kolega dari negara lain hingga terheran saat cuaca panas tetapi saya tetap dengan bangga memakai almamater tebal UM. Dari beragam event yang saya ikuti, saya tidak dapat menentukan mana yang terbaik, karena di dalamnya terdapat pemikir bangsa yang masih memakai almamater hingga pengalaman pahit yang menempa saya hingga sampai saat ini.
Motivasi apa yang ingin Anda sampaikan kepada mahasiswa UM?
Setiap mahasiswa berpotensi menjadi mawapres dengan jalan dan bentuk apapun. Hanya dengan pencarian versi ideal kita lewat pengembangan diri yang tak pernah henti, kita akan mampu menghadapi dunia dengan sosio-kultural-teknologi yang sangat dinamis. Jadi saya berharap kepada semua mahasiswa UM, raih cita-citamu dengan apa yang kamu punya, dengan apa yang menjadi hobimu, dan jadikanlah itu prestasi yang luar biasa untuk dirimu dan orang lain. Cintya
Menjadi juara di MTQMR cabang debat ilmiah bahasa Inggris
Bangun kerja sama merebut predikat juara
Menjadi juara adalah impian setiap orang yang berlaga
Mengharumkan nama UM untuk ke sekian kali
dok. Pribadi
dok. Pribadi
dok. Pribadi