Pernak-pernik natal sudah mulai dijual di toko-toko. Pusat perbelanjaan mulai memasang pohon natal yang men­julang tinggi sebagai tanda bahwa Natal hampir tiba. Bahkan toko ritel pun memasang diskon besar-besaran menjelang Natal. Hari Raya Natal memang identik den­gan hari raya umat Nasrani, tetapi apakah sukacita dan kebahagia­an hanya dirasakan oleh umat Nasrani?

Tidak ada bukti konkret dalam Alkitab maupun Injil yang men­dukung pernyataan bahwa Natal jatuh pada tepat tanggal 25 De­sember setiap tahunnya. Tanggal ini ditentukan oleh seorang seja­rawan bernama Sextus Julius Africanus yang diambil dari hari libur Kekaisaran Roma. Pada masa sebelum paham Kristiani tersebar, Na­tal adalah hari yang menandakan hari tergelap dalam musim din­gin. Di negara-negara Skandinavia mereka membakar kayu dengan harapan setiap percikan api menandakan lahirnya satu ternak baru tahun berikutnya. Di sebagian besar Eropa, mereka menyembelih ternak mereka agar tidak perlu memberi makan pada musim din­gin dan meminum bir yang sudah mereka persiapkan sepanjang tahun. Di Jerman mereka memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah karena Oden, makhluk dalam mitologi mereka akan berkel­iling untuk memilih orang yang akan meninggal.

Setelah tersebarnya paham Kristiani, orang-orang Eropa meray­akan Natal sebagai hari lahirnya Kristus. Mereka mulai mengimani Natal sebagai harapan akan munculnya sesuatu yang baik di antara umat manusia. Kepercayaan akan mitologi lokal pun mulai diting­galkan setelah mereka menerima paham Kristiani. Hari Raya Na­tal menurut Kristen pun perlahan-lahan mulai berkembang pada masa itu.

Natal tak lengkap tanpa kartu dan kado natal. Pada mulanya, orang-orang Eropa mengirim kartu natal satu hari setelah natal dan diperkirakan akan tiba setelah tahun baru, karena itu kita sering melihat tulisan “Merry Christmas and Happy New Year” pada se­tiap kartu natal. Hadiah juga tidak absen di Hari Natal. Anak-anak percaya bahwa jika mereka menjadi anak baik, Santa Claus akan memberi mereka kado yang diletakkan di perapian atau di bawah pohon natal pada tengah malam natal. Di Inggris ada istilah boxing day, orang-orang tidak mampu akan menerima sumbangan beru­pa pakaian dan keperluan hidup lainnya satu atau dua hari setelah Natal.

Di Indonesia Natal yang bertepatan dengan libur sekolah dan dijadikan sebagai ajang berkumpul dengan keluarga, atau mudik seperti yang dilakukan umat Islam saat Idulfitri. Biasanya mereka akan pergi ke gereja bersama, lalu mengadakan open house bagi para teman yang hendak bertamu. Pusat perbelanjaan pun tak lu­put menawarkan diskon besar-besaran pada saat Natal. Selain un­tuk menarik minat pembeli, mereka juga menghabiskan stok gu­dang agar pada tahun baru mereka bisa mengisi gudang mereka dengan barang-barang baru.

Natal tidak hanya menjadi hari raya keagamaan umat Nasrani, Natal membawa sukacita bagi setiap umat manusia. Natal menjadi bagian dari agenda tahunan kita untuk sejenak melepas penat dari rutinitas yang selalu dilakukan selama setahun, sekaligus merenun­gi capaian kegiatan satu tahun yang telah dilewati.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris

dan Kru Majalah Komunikasi