Perjalanan majalah Komunikasi dari tahun ke tahun selalu mengukir kenangan di hati para kru. Di ulang tahunnya yang ke-40 kali ini kru Komunikasi kembali mengkukir kenang dengan melancong ke Kampung Topeng. Seperti apa keseruannya? Mari ikuti perjalanan kami di uraian berikut ini.

Perayaan ulang tahun kru Komunikasi diawali dengan doa bersama pemotongkan tumpeng yang bertempat di rumah redaktur pelaksana majalah Komunikasi, Sabtu (19/10). Acara dilanjutkan dengan makan bersama dan rujakan. Terbayang kan nikmatnya rujakan di tengah teriknya matahari kala itu. Setelah kenyang dan beristirahat sejenak, para kru sepakat untuk mengunjungi tempat wisata nan murah dan asri, Kampung Topeng Desaku Mananti di Tlogowaru, Kedungkandang, Malang.

Dua topeng berukuran raksasa menyambut setiap pengunjung ke Kampung Topeng Desaku Menanti. Sebuah kampung di sudut Kota Malang, tepatnya di Kelurahan Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur. Kedua topeng yang dipasang tak lain adalah karakter Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji. Keduanya merupakan karakter dalam seni Topeng Malangan dengan epos Panji, sebuah seni pertunjukan yang dikenal asli dari Malang. Berwarna hijau dan putih, topeng setinggi 7,5 meter dan lebar 5 meter itu menambah kental iklim budaya lokal di sana.

Kampung topeng tidak serta merta ada. Pada awal tahun 2016 memang ada program dari Kementrian Sosial untuk membuat progam “Desaku Mananti”. Program ini mencari gelandangan-gelandangan dan pengemis untuk diseleksi dan diberikan tempat di Desaku Menanti. Jenis bantuan yang diberikan oleh dinas sosial berupa bahan bangunan yang saat ini sudah digunakan untuk membangun topeng-topeng yang ada di sana. Selain itu, orang-orang pilihan tadi dibekali dengan keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kreativitasnya. Pelatihan-pelatihan tersebut di antaranya ternak cacing, membuat topeng, dan membuat kue.

Tahun 2017, tepatnya di bulan Februari barulah dibangun wahana-wahana seperti kampung tematik pada umumnya. Dinas sosial dan masyarakat pilihan membangun perubahan secara perlahan agar Desaku Mananti bisa produktif. Gagasan Kampung Topeng pun muncul. Dari Kampung Topeng tersebut dinas sosial berharap masyarakat di sana bisa mengelolanya dengan baik dan mendapatkan pundi-pundi rupiah dari usaha yang mereka jalankan.

Tidak hanya berfokus pada pengembangan ekonomi, bidang pendidikan juga menjadi perhatian dinas sosial. Biaya pendidikan anak-anak di sana menjadi tanggung jawab dinas sosial. Mereka diberi biaya untuk membeli seragam dan kebutuhan sekolah lain. Seperti apa pun kondisinya pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan terpenting. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu lembaga sosial “Insan Sejahtera” menggandeng kementerian sosial berusaha memenuhi kebutuhan pendidiakn anak-anak di Desaku Mananti. “Tidak boleh ada satu pun anak yang putus sekolah, kebutuhan seragam dan keperluan sekolah akan kita bantu dari uang kas desa. Uang kas ini kami peroleh dari tiket masuk kawasan wisata

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pilihan di sini,” ujar Sri Wahyuning, Pembina Lembaga Kesejahteraan Sosial Insan Sejahtera saat diwawancara.

Dengan adanya Desaku Menanti dinas sosial dapat mengetahui dari dekat aktivitas warga binaannya. Daya tarik sesungguhnya dari wisata ini yaitu warga binaan itu sendiri. Kalau beruntung, pengunjung bisa melihat pola pembinaan yang diterapkan dinas sosial. Seperti saat kami berkunjung ke sana, terlihat ada sekelompok mahasiswa dan anak-anak Desaku Mananti sedang mengadakan lomba memperingati tahun baru hijriah.

Desa yang terdiri dari 35 KK yang didominasi oleh anak-anak ini tentunya memerlukan pendapatan dari kerajinan yang mereka buat. Alasan inilah yang membuat dinas sosial membuat sebuah destinasi wisata yang bernama Kampung Topeng. Dengan demikian, wisatawan dapat membeli hasil kerajinan yang mereka buat dan mampu menambah pundi-pundi penghasilan. Dinas sosial juga menambah paket wisata untuk anak-anak. Di antaranya pengecatan topeng, pengenalan karakter-karakter topeng untuk mengenalkan generasi muda pada seni khas Kota Malang yang mulai terkikis perkembangan zaman.

Setelah mewawancarai narasumber, kru Komunikasi menikmati keeksotikan Kampung Topeng. Di sana tersedia beberapa tempat duduk dengan pemandangan elok. Pengunjung bisa duduk melepas penat dan menenangkan diri dari hingar bingar kota. Ada beberapa spot foto yang tersedia, area outbond, play ground, dan gazebo. Bagi yang memiliki topeng, pengunjung bisa membelinya di rumah suvenir yang ada di sana. Dengan harga terjangkau pengunjung bisa membawa pulang topeng pilihannya untuk dijadikan kenang-kenangan.

Setelah puas berjalan-jalan dan menikmati keindahan Kampung Topeng, rombongan kru Komunikasi melanjutkan perjalanannya ke Eco Park. Keindahan Kota Malang dan Hawa yang sejuk selalu memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat. Ini yang membuat wisata di Kota Malang selalu bermunculan setiap tahunnya. Kali ini wisata ala-ala kastil yang terletak di kawasan perumahan Citra Garden Malang memberikan hawa yang sejuk untuk melepas penat. Kawasan ini berada di dataran tinggi, jadi sangat pas untuk melihat pemandangan Kota Malang yang keren dari atas ketinggian. Berbeda dengan Kampung Topeng yang bernuansa alami, Eco Park menyajikan nuansa kemewahan dan ketenangan.

Berlokasi di dalam kawasan perumahan Citra Garden, fasilitas yang ada di Eco Park yaitu kolam renang, fitness center, dan taman bermain anak. Untuk masuk dalam Eco Park ini pengunjung cukup membayar Rp25.000,- per orang. Jika hanya ingin berfoto, bermain-main di playground, atau menjajal fitness center, pengunjung bisa menikmatinya tanpa dipungut biaya. Penasaran?

Puas seharian menjelajahi pinggiran kota, kru Komunikasi pun mengakhiri perjalanannya. Setelah jalan-jalan hari itu mereka pulang dengan membawa semangat baru untuk terus berdedikasi di majalah Komunikasi tercinta. Salam! Cintya