Pandemi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir menghadirkan keresahan tersendiri bagi orang tua anak retardasi mental atau tunagrahita, mengingat pembelajaran tatap muka berganti menjadi pembelajaran daring. Kekhasan perilaku anak retardasi mental yang memerlukan perhatian khusus membuat orang tua merasa kesulitan ketika mendampingi dan melatih anak mereka belajar. Kesulitan tersebut semakin kompleks ketika pembelajaran daring diterapkan selama Pandemi Covid-19 (Senin, 18/6). Menyadari kondisi Pandemi yang ada, para orang tua siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di Sekolah Luar Biasa Eka Mandiri Batu membentuk Paguyuban Eka Mandiri pada bulan Agustus 2020.

Keresahan yang dirasakan orang tua siswa ABK tersebut menarik perhatian Ahmanda Mey, mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM). Ahmanda mengungkapkan bahwa hati nuraninya terpanggil untuk membantu orang tua mengatasi masalah yang meresahkan mereka yaitu mengalami kesulitan dalam mendampingi anak retardasi mental di rumah , “Awalnya saya memiliki kedekatan dengan orang tua salah satu anak retardasi mental, sehingga suatu hari saya dihubungi orang tua dan menceritakan adanya permasalah tersebut. Kemudian hati saya terpanggil untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya saya berkonsultasi dan berdiskusi dengan dosen saya dan kemudian saya disarankan membentuk sebuah tim”, ujarnya. Pembentukan tim dilaksanakan secara singkat dan berkonsultasi dengan dosen jurusan PLS yaitu Bapak Sopingi untuk menemukan solusi cerdas yang mampu membawa angin segar bagi anggota Paguyupan Eka Mandiri.


Ahmanda dan tim dari berbagai jurusan melahirkan solusi cerdas berupa sebuah modul panduan bagi orang tua dalam mendampingi anak retardasi mental belajar di rumah. Saat ini, modul tersebut telah memasuki tahap validasi dan ditargetkan selesai pada pertengahan Juli. Selanjutnya, modul akan diujicobakan melalui proses pendampingan. Kehadiran modul tersebut memberikan harapan bagi orang tua anak retardasi mental, mengingat modul tersebut akan sangat memudahkan mereka dalam mendampingi anak ketika belajar di rumah dan mengikuti pembelajaran secara daring.

Ahmanda berharap bahwa modul yang diciptakan akan berguna bagi orang tua dalam membimbing anak yang mengalami retardasi mental, “Harapan saya, tim dan Bapak dosen juga semua pihak..,kami berharap modul ini dapat membantu mengurangi dan mengatasi kesulitan orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah dan melaksanakan pembelajaran daring. Selanjutnya semoga pandemi bisa segera berakhir dan pembelajaran bisa kembali normal”, pungkasnya mengakhiri wawancara dengan tim Komunikasi.

Pewarta : Berlian