Sampah plastik merupakan limbah nonorganik yang banyak kita temui pada limbah rumah tangga. Hal ini dikarenakan penggunaan plastik di berbagai aktivitas keseharian masyarakat masih cukup tinggi. Masyarakat terbiasa menggunakan aneka ragam plastik untuk pembungkus bahan baku makanan dan minuman, makanan jadi, dan jajanan karena dianggap lebih praktis dan kedap cairan. Tidak heran jika limbah plastik kian hari kian menumpuk dan mencemari lingkungan baik daratan maupun lautan. Plastik merupakan limbah nonorganik yang sulit diurai secara alami. Hal ini dikarenakan bahan dasar plastik berasal dari ampas bahan bakar minyak bumi yang telah disaring. Diperlukan proses selama ratusan tahun untuk mengurai plastik secara alami, terlebih bahan baku plastik dapat meracuni makhluk hidup dan lingkungan.

Perilaku kebiasaan masyarakat menggunakan plastik nampaknya tidak mudah diubah. Hal ini tentu memberikan efek jangka panjang seperti mengurangi kesuburan tanah, mengganggu ekosisten alam, dan masalah pencemaran lingkungan lainnya. Pada kasus yang lebih parah, plastik akan menyebabkan ‘tsunami plastik’ karena terlalu banyak ditimbun. Akibatnya, banyak makhluk hidup yang mati karena plastik dikonsumsi oleh hewan laut dan darat, bahkan riset menunjukkan bahwa di perut hewan laut di kedalaman laut Papua, ditemukan limbah plastik. Bencana dan tsunami plastik akan selalu menghantui ekosistem alam di bumi, jika tidak disertai pencegahan dan penanganan yang tepat. Beberapa solusi seperti pemilahan sampah hingga daur ulang plastik nampaknya belum sepenuhnya menekan limbah plastik. Ecobrick muncul sebagai salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Melalui Ecobrick, nantinya plastik rumah tangga dapat terkunci dan tidak mencemari lingkungan. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi dengan limbah nonbiological hingga padat. Kegunaan Ecobrick sangat beragam, misalnya sebagai pengganti batu bata untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga seperti meja dan kursi.

Berangkat dari ide tersebut, pada Selasa (13/7), mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Negeri Malang (KKN UM) di Desa Nglebak, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang merangkul para pemuda pemudi desa untuk ikut serta dalam pelatihan pembuatan Ecobrick. Para pemuda pemudi yang dilibatkan berasal dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Pada tahap awal, mahasiswa mengajak para pemuda pemudi untuk mengumpulkan sampah yang berasal dari lingkungan sekitar desa sebanyak-banyaknya. Setelah berhasil mengumpulkan sampah, kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan acara dan pemberian materi terkait langkah-langkah pembuatan Ecobrick. Untuk menghasilkan satu buah Ecobrick, langkah yang dapat dilakukan cukup mudah. Pertama, sampah plastik yang sebelumnya sudah terkumpul dipotong-potong sehingga menjadi lebih kecil. Kemudian, siapkan botol plastik berukuran tanggung yang sejenis. Berikutnya, isi botol plastik dengan sampah kresek berwarna sebagai warna dasar Ecobrick. Setelah dirasa cukup, masukkan potongan plastik dan padatkan bagian Ecobrick dengan stik kayu berukuran kecil. Masukkan potongan plastik sedikit demi sedikit hingga padat dan menyentuh leher botol. Jika dirasa sudah padat, botol dapat ditutup atau dapat langsung digabungkan dengan Ecobrick lain hingga tersusun sesuai keinginan. Kegiatan pelatihan Ecobrick di Desa Nglebak juga dihadiri oleh kepala desa dan memperoleh respon yang sangat positif.

Pewarta: A’im A’la dan Asfinita Alma