Oleh Didik Dwi Prasetya

Istilah introspeksi diri bukanlah sesuatu yang asing di telinga kita, tapi terkadang hati kita enggan memaknainya. Secara sederhana, introspeksi diri dapat dikonsepsikan sebagai kegiatan evaluasi diri. Ada banyak peristiwa di mana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi diri. Bercermin untuk mendapatkan pemetaan tentang kualitas, kapasitas, dan kapabilitas diri kita dalam upaya pengembangan ke arah yang lebih baik. Hal ini penting  karena tidak ada yang sia-sia dalam setiap peristiwa dan selalu ada hikmah di baliknya.
Momen Dies Natalis ke-56 Universitas Negeri Malang (UM) juga menjadi motivasi bagi lembaga maupun civitas akademika untuk memperbanyak introspeksi diri. Seiring dengan pengembangan kelembagaan, tahun ini adalah tahun kedua tahap III (2008-2012) yang merupakan Tahap Mandiri dan Otonomi bagi UM. Sebagaimana yang disampaikan dalam pidato rektor, tahap ini memandu UM untuk menandai Dies Natalis ke-56 ini dengan identitas dan tema ”UM sebagai The Learning University dalam rangka Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan”. Perkembangan baru terkait dengan terbitnya peraturan perundang-undangan yang baru tentu menjadi pijakan UM dalam menuju tahap mandiri dan otonomi tersebut.
Fenomena-fenomena alam yang akhir-akhir ini kerap terjadi di negeri kita tercinta ini seharusnya menggugah hati kita akan urgensi introspeksi diri. Di balik sikap baik sangka bahwa bencana merupakan ujian, kita juga perlu menyadari hal ini sebagai suatu teguran. Sebagai manusia yang tak luput dari kelemahan, mungkin sudah terlalu sering kita melakukan perbuatan yang kurang terpuji. Sudah seharusnya kita kembali menata hati dan saling mengingatkan untuk berbuat baik.
Peringatan hari Pahlawan yang baru saja kita rayakan juga sepatutnya menjadi momen yang baik bagi kita untuk introspeksi diri. Hal paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang membela kehormatan bangsa. Adapun lebih lanjut, seharusnya kita mampu mengemban amanah para pahlawan, yakni mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Tentu kita sadari, mempertahankan kemerdekaan bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih mengisi dengan kemajuan dan kebaikan. Dari sini, kita bisa mengevaluasi diri, misalnya dengan melontarkan pertanyaan, apa yang sudah kita perbuat untuk bangsa dan negara, para tetangga, keluarga, dan diri sendiri?
Introspeksi diri tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah dunia, tapi untuk kehidupan abadi kelak. Menurut ulama besar, Imam Al-Ghazali, pengetahuan tentang diri merupakan kunci pengetahuan tentang Tuhan. Yang dimaksud “mengetahui diri” bukanlah mengenali bentuk luar diri kita, bukan pula tentang sekadar tahu bahwa kalau kita lapar harus makan. Pengetahuan tentang diri yang sebenarnya adalah pengetahuan tentang siapakah kita? Dari mana kita datang? Ke mana kita pergi? Di manakah sebenarnya kebahagiaan dan kesedihan? Demikian menurut Al-Ghazali. Akhirnya, mari kita sama-sama introspeksi diri secara intensif. Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu. Amin.

Penulis adalah Penyunting majalah Komunikasi sekaligus dosen FT UM