foto 22Eksotisme pantai di Malang Selatan kembali membuat mata terebelalak, sekali lagi membuat kita untuk terus bersyukur karena masih bisa menikmati keindahan salah satu mahakarya ciptaanNya. Dengan berbagai pantai yang masih ‘perawan’, Malang Selatan kembali membuat kami terpukau akan keaslian dan keindahan pantai-pantainya yang masih belum banyak terjamah oleh tangan-tangan jahil maupun wisatawan. Modangan terletak di daerah Dusun Kalitekuk, Desa Sumberboto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang. Pantai ini berjarak sekitar 65 km di sebelah barat daya Kota Malang. Pantai inilah yang memisahkan antara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Tepatnya, pantai ini berbatasan langsung dengan pantai Jolosutro di Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar. Perbatasan itu ditandai dengan sebuah tugu kecil yang terletak di tepi sebuah sungai yang juga bernama Sungai Modangan.

Pagi itu sekitar pukul 06.00 kami rombongan dari Unit Kegiatan Mahasiswa KSR PMI Unit UM berangkat bersama. Ditemani 2 angkot dan 5 sepeda motor kami berangkat dengan penuh semangat.

Untuk menuju ke Pantai Modangan kami berencana lewat menuju arah Donomulyo, Kabupaten Malang karena lebih mudah dan dekat. Dari kota Malang kami mengambil rute melewati Kepanjen kemudian lurus menuju ke arah bendungan Sengguruh. Kemudian lurus melewati pertigaan Pagak yang selanjutnya mengambil arah menuju ke Kecamatan Donomulyo. Dari pertigaan setelah pasar Donomulyo kami langsung mengambil arah sebelah kanan atau meenuju arah Wates. Dari sana jalannya sudah diaspal sepanjang 1 kilometer. Sekitar 2 kilometer sebelum masuk ke Desa Sumberboto ada sebuah pertigaan Pasar Ngelih, lalu berbelok ke kiri dan mengikuti jalan desa yang awalnya masih rusak aspalnya.

Setelah menemukan perempatan jalur lingkar selatan, kami mengambil jalan lurus yang penuh tanjakan. Dari sana telinga kami sudah bisa mendengar gemuruh ombak yang menandakan sudah dekatnya dengan pantai. Setekah perempatan itu, melewati jalan setapak sekitar 1 kilometer dengan medan turunan. Tidak jauh dari sana kami juga melewati pos penjagaan hutan Miri (Pos Miri). Di sebelah jembatan Miri, kami pun berbelok ke kiri, jalan untk menuju ke Pantai Modangan. Jarak dari jembatan ke pantai masih sekitar 800 meter lagi. Kami pun melewati jalan turunan curam dan melewati bawah jembatan Miri. Setelah jalanyang menurun terdapat persimpangan yang keduanya sama-sama mengarah ke Pantai Modangan. Kami pun melewati perbukitan dengan jalan makadam, hutan jati, serta sungai kecil yang dinamakan sungai Modangan yang dipenuhi batu-batu besar bergerigi tajam. Sempat beberapa kami kehilangan arah karena terpisah dengan rombongan penunjuk jalan di beberapa belokan. Untung saja beberapa handphone dari kami masih bisa digunakan untuk mencari jalan lewat GPS.

Akhirnya, setelah 3 jam perjalanan, sampailah kami di Pantai Modangan dengan penuh perjuangan dan rasa lelah yang luar biasa. Namun, perjuangan dan kelelahan itu seolah hilang ketika kami sudah menginjakkan kaki di bibir Pantai Modangan. Hamparan pasir putih memanjang di setiap langkah kami dan deburan ombak-ombak besar yang menyapu buih membuat kami semakin tertarik untuk berenang. Selain indah, Pantai Modangan ini juga menyimpan keunikan dari pantai yang lain yaitu dengan banyaknya struktur batu-batu andesit berlapis-lapis yang terbentuk dari lelehan lahar dari gunung berapi yang sudah membeku ratusan tahun lalu.

Sekitar pukul 09.30 siang kegiatan di Pantai Modangann itu kami mulai dengan sarapan bersama di bawah pohon teduh dengan ditemani semilir angin pantai yang menyejukkan. Makan siang sederhana dengan lauk sayur kacang dan oseng tahu kami habiskan dengan lahap karena sejak pagi perut kami sudah keroncongan menahan rasa lapar. Setelah memanjakan perut yang lapar, kegiatan kami lanjutkan dengan outbond, kegiatan yang sudah saya tunggu sejak tadi. Outbond dipandu oleh alumni dari KSR UM sendiri yang diawali dengan permainan balap bokong yang dilanjutkan dengan tiarap pasir dan estafet air. Tawa kami pecah tak terhenti ketika permainan balap bokong dimulai, karena di permainan ini kami dituntut untuk melintasi batas dengan menggunakan bokong secara berkelompok memegangi kaki masing-masing teman dibelakangnya. Permainan selanjutnya pun berlanjut dan tak kalah seru dengan permainan balap bokong di awal dan kami sangat puas menikmati liburan kami hari itu. Permainan pun kami akhiri dengan menceburkan diri ke pantai Modangan yang asri dan masih belum terjamah manusia ini. Karena masih alaminya pantai ini, sampai-sampai kamar mandi, penjaga loket, penjual makanan, bahkan kamar mandi atau WC pun tidak akan bisa ditemukan disini.

Pantai Modangan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Sisi kiri terdiri dari hamparan pasir putih memanjang sejauh mata memandang sedangkan sisi kanan terdiri dari kumpulan karang-karang dan bebatuan hitam yang terlihat indah ketika terkena deburan ombak pantai. Modangan ini juga merupakan salah satu pantai yang mempunyai deburan dan gulungan ombak yang indah sehingga menambah pesona pantai ini dan sangat cocok digunakan sebagai lokasi olahraga surving. Selain itu, momen untuk melihat sunrise atau matahari terbenam di Pantai Modangan ini juga menjadi daya tarik tersendiri yang tidak boleh terlewatkan. Meskipun kami tidak bisa menikmatinya, tapi kami cukup senang dengan pesona pantai yang indah menghampar dan cerahnya cuaca hari itu. Keistimewaan lain dari Modangan ini adalah juga dijadikan sebagai tempat rujukan untuk melihat ‘hilal’ (menentukan awal puasa dengan melihat posisi bulan). Suasana pantai yang tenang seolah milik sendiri pun juga menjadi faktor betahnya kami berlama-lama di pantai ini. Panorama indah ini kami nikmati dengan cuma-cuma alias gratis tanpa harus membayar tiket masuk.

Sore itupun kami pulang dengan lapang karena terlampiaskannya keinginan kami untuk menikmati keindahan pantai perawan yang satu ini. Benar-benar dream land beach yang layak dimasukkan ke dalam list destinasi wisata buat kalian-kalian para penggila wisata pantai dan travelling.

 

Kenangan dan momen itu tidak akan datang dengan sendirinya, tapi kitalah yang harus membuatnya ….

Jadi, ukirlah momenmu sendiri mulai sekarang sebagai kenangan masa tua dan cerita anak cucumu kelak …

 

Modangan, 4 Oktober 2015

#KSR PMI Unit Universitas Negeri Malang