Pandemi Covid-19 memberi pandangan bahwa aspek teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pendidikan, penuh keterbatasan. Mau tidak mau, pengguna pendidikan telah berpindah secara dramatis ke saluran _online._ Siswa dan guru terbiasa belajar dari rumah, terdapat peluang sekaligus tantangan. Walaupun pandemi belum berakhir, upaya pembaruan diperlukan demi masa depan.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (FIP UM) telah menyelenggarakan konferensi internasional pada Sabtu lalu (19/11). _International Conference on Education and Management Technology (ICEMT)_ 2022 bertujuan untuk mempertemukan pihak akademisi, peneliti, guru, pengusaha pendidikan, praktisi, dan pembuat kebijakan. Pada level global, situasi mutakhir berdampak pada kondisi Indonesia, terutama pada kalangan yang menggeluti dunia pendidikan. Mereka bertanggung jawab untuk menerapkan teknologi pendidikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada melalui manajemen pendidikan, demi menciptakan dan meningkatkan kapabilitas ekosistem serta akses pendidikan.
ICEMT 2022 bertema “Pascapandemi: Pembaruan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Manajemen Pendidikan”. Fokusnya terletak pada tantangan maupun peluang teknologi dan manajemen pendidikan pascapandemi, yakni volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, ambiguitas (VUCA), analisis _big data_, penambangan data untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi pendidikan, teknologi informasi untuk perencanaan, manajemen teknologi informasi untuk perencanaan, analisis pendidikan, _e-learning,_ serta _Massive Open Online Courses (MOOCs)._
Konferensi internasional tahun ini diikuti oleh 170 peserta dari berbagai negara. Antusiasme peserta terlihat jelas melalui keterlibatan dalam diskusi interaktif bersama empat narasumber, di antaranya Prof. Hsin Hung Wu, Ph.D dari _National Changhua University of Education_ di Taiwan, Dr. Mohd Asri Mohd Noor dari Universiti Pendidikan Sultan Idris di Malaysia, Prof. Anabelie V. Valdez, Ph.D dari _Mindanao State University_ di Filipina, dan Prof. Dr. Achmad Supriyanto, M.Pd, M.Si dari UM.
Tercatat, prosiding dengan _publisher Atlantis Press_ yang masuk tidak kurang dari 200 artikel beserta _review_ kelayakannya. Dekan FIP UM, Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos, M.Pd menegaskan bahwa memasuki tahun keempat kemunculan Covid-19 di 2023, ada kemungkinan bahwa banyak negara akan mengubah sistem pendidikan mereka atau sebagian besar tetap apa adanya. Para pemimpin dalam sistem pendidikan memiliki pilihan untuk bermain-main di sekitar tepi perubahan, tetapi sebagian besar mencoba kembali ke situasi dan kondisi ‘normal’ prapandemi atau akankah mereka mengambil keuntungan dari perpecahan global dalam _status quo_ ini untuk menggantikan institusi dan pendekatan pendidikan kuno dengan perbaikan struktural yang signifikan?
Agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-17 yang diselenggarakan di Bali pada 15–16 November 2022, memberikan sinyal bahwa globalisasi telah memunculkan gaya tarik menarik dengan sistem pendidikan nasional. Di satu sisi, sistem pendidikan nasional diupayakan untuk kepentingan rakyat, di sisi lain globalisasi tidak dapat dihindarkan, terus memaksa masuk. Ada dampak positif, tetapi adapula dampak negatif yang menyertainya dan tidak bisa dihindari. Implikasi globalisasi pada sistem pendidikan dapat berdampak pada kemajuan atau kemunduran sumber daya manusia di masa mendatang karena tersingkir dari persaingan.
Di akhir sambutannya, Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos, M.Pd berharap situasi global dalam tiga tahun terakhir beserta hiruk pikuk persaingan akibat globalisasi yang menurun tajam, dapat mendorong fokus pembangunan pada bidang pendidikan. Waktu rentan globalisasi terjadi pada masa pandemi Covid-19, di mana integrasi ekonomi dan konektivitas menghadapi situasi tidak menentu. Periode 1980–1990 menjadi salah satu waktu kunci terjadinya pertumbuhan dan pembangunan di Indonesia, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu pendorong kemajuan peradaban manusia bagi semua bangsa di dunia.
Penulis: *Teguh Triyanto* selaku Ketua Panitia ICEMT 2022.