by nida | Jun 16, 2016 | rancak budaya
Oleh Moch. Nur Fahrul Ayah sudah menyiapkan denda untuk pemakamannya. Kami sudah menunda pemakaman selama tiga hari. Ibu yang pelit mulai mengeluh karena uang sebanyak itu seharusnya diwariskan padanya. Dia mulai kesal ketika mendiang ayah menyebutkan dalam surat...
by nida | Apr 20, 2016 | rancak budaya
by nida | Apr 20, 2016 | rancak budaya
Gadis Genjer Oleh Dhianita Kusuma PertiwiE mak’e thole teko-teko mbubuti genjer Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh Genjer-genjer saiki wis digowo mulih Kulihat bibirnya yang manis dan penuh itu masih bisa...
by nida | Feb 25, 2016 | rancak budaya
Oleh : Sudianto Kenapa kau harus air Hujanpun menjawab. Karena aku kehidupan Aku suci dan bersih. Kenapa kau harus turun dari langit ke bumi, Hujanpun menjawab. Karena aku tahu makhluk hidup membutuhkanku Aku dingin dan menyejukkan. Kenapa kau harus turun secara...
by nida | Feb 25, 2016 | rancak budaya
Oleh Raisa Izzhaty Aku masih ingat benar wajah Bapak yang biru ketika pulang ke rumah. Aku tanya Bapak kenapa. Bapak diam tidak menjawab. Ibu yang menjawab. Bapakmu nabrak tembok, Nduk. Saat itu aku percaya bahwa Bapak benar-benar nabrak tembok....
by nida | Dec 16, 2015 | rancak budaya
Oleh Ahmad Basri Menidurkan Indonesia sejenak Dari gelimang gerimis yang Terlahir melalui pola pola awan Lalu menepis pundakmu Dan menghantam dedaunan gugur Di pekarangan rumah rumah Barangkali Indonesia perlu tidur Sejenak saja, Agar kepala, pundak, lutut, dan kaki...