Oleh: Rialita Fithra Asmara

Perempuan terus berjuang ikut serta dalam membangun bangsa. Buah pikiran tersebut berhasil dilahirkan dengan indah oleh Kartini. Kemudian, menyatu dan menggelora dalam jiwa para perempuan Indonesia. Salah satu wujud dari buah pikiran tersebut adalah terpanggilnya para perempuan untuk menjadi guru. Mereka dengan semangat keibuannya turut mengambil andil secara langsung dalam mencetak genarasi penerus bangsa ini. Tepat, berdiri di garda paling depan berbagai cahaya ilmu untuk anak-anak bangsa.

Para ibu guru adalah salah satu kartini yang ada di garda depan dunia pendidikan. Melalui tangan mereka yang terampil, hati mereka yang lembut, disentuhnya anak-anak bangsa untuk menjadi jiwa-jiwa yang tangguh. Jika tanpa pemikiran kartini, mungkin sampai saat ini, kita tidak akan menjumpai guru perempuan. Bagaimana tidak? Kartinilah pionir pendidikan untuk perempuan, di mana para perempuan boleh bersekolah. Lewat sekolah, akhirnya perempuan bisa menjadi pintar, cerdas, dan akhirnya bisa menjadi guru.

Masalah besar yang harus segera diselesaikan oleh kartini-kartini ini adalah menyiapkan pemuda kita untuk mampu menerima tongkat estafet kepemimpinan negara ini. Jadi, pemuda kita bukan hanya dijejali dengan teori, praktik yang terkait dengan teori, tetapi juga selalu diselipkan nilai-nilai hidup. Saya mempunyai teman mengajar, ketika mengajar dia selalu menanamkan agar siswa mau berproses dalam hal apa pun tentunya yang menuju yang positif. Lain lagi dengan saya, sebelum pelajaran dimulai saya akan bercerita tentang suatu kisah, tebakan, atau hasil membaca buku yang semuanya mempunyai nilai hidup. Kadang saya bacakan sebuah puisi. Apa saja bisa dilakukan tergantung kreativitas guru.

Nilai-nilai hidup sangat penting ditanamkan untuk membekali mereka sebagai generasi yang tahan banting dalam menghadapi berbagai masalah yang mendera. Memegang teguh nilai kejujuran dan jeli dalam menyelesaikan masalah. Untuk mewujudkan semua itu, kartini garda depan dunia pendidikan harus memiliki beberapa bekal dan keterampilan. Pertama, harus cinta baca dan tulis. Membaca sangat penting untuk terus menambah wawasan tentang perkembangan zaman. Istilahnya membaca zaman, dengan membaca zaman seorang guru bisa menemukan ramuan-ramuan yang sesuai untuk mengajar para murid. Mengapa membaca zaman? Karena dengan membaca zaman guru dapat mendidik murid melalui dunia yang dekat dengan mereka.

Membaca juga bisa merangsang daya kreativitas guru. Biasanya, ketika membaca akan terserap berbagai informasi. Nah, informasi inilah yang bisa memunculkan ide-ide luar biasa. Buku memang memiliki daya rangsang yang luar biasa untuk memunculkan ide.

Salah satu hasil yang terkait dengan membaca adalah menulis. Seorang guru tidak akan pernah bisa menghasilkan tulisan jika ia tak pernah membaca. Tulisan sangat penting bagi guru. Hal ini dikarenakan dengan tulisan seorang guru bisa berbagi ilmu dengan guru yang lain. Apalagi sekarang seorang guru dituntut untuk membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Tentunya untuk membuatnya, seorang guru harus bisa menguasai minimal dasar-dasar menulis karya ilmiah.

Untuk keterampilan, tentunya keterampilan mengendalikan kelas, keterampilan menyampaikan materi, dan keterampilan dalam menggunakan berbagai media. Keterampilan-keterampilan tersebut akan semakin memperkokoh kedudukan ibu guru sebagai kartini garda depan pendidikan.

Saya yakin, Kartini akan tersenyum melihat perempuan-perempuan Indonesia turut berperan langsung memajukan pendidikan Indonesia. Bukan perempuan yang gemar memakai rok mini dengan gincu merah yang memasuki gedung-gedung tinggi. Perempuan yang hanya bisa bicara tanpa makna. Jadi, mari kita bersama-sama merapatkan barisan membentuk generasi tangguh untuk bangsa ini. Semoga ini bisa menjadi kado indah bagi Kartini.

*Penulis adalah penikmat karya sastra, cerpenis, guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMAN 3 Malang, dan alumnus Universitas Negeri Malang.