Oleh: Mistaram

Beberapa tahun yang lalu (2005), kami sebagai lembaga Dewan Pendidikan Kota Malang (DPKM) berdiskusi tentang rancangan pendirian sekolah bertaraf international (RSBI) SMA Negeri 3 Malang. Kami menelaah keberadaan dan kesiapan sekolah tersebut untuk maju pada tataran pendidikan bertaraf internasional. Setelah berdiskusi dengan berbagai pakar (konsultan) beserta stakeholder pendidikan di kota Malang, dan kami menyetujui pelaksanaan RSBI di SMA Negeri 3 Malang. Selebihnya kami mendatangi sekolah tersebut, memasuki kelas yang berfungsi juga sebagai laboratorium, cara guru mengajar di kelas, dan kelengkapan laboratorium yang juga sebagai kelas pembelajaran. Masih banyak yang perlu di benahi, dipenuhi, dan dilengkapi sarana-prasaranya, agar pembelajaran RSBI memenuhi standar international. Dalam kurun waktu dua tahun berjalan, SMAN 3 Malang menetapkan sebagai sekolah yang bertaraf internasional. Beberapa siswa peserta dalam program ini sempat saya korek, dan secara kebetulan siswa yang sempat saya temui itu mewakili keberadaan SBI di SMAN 3 Malang. Pada tahun 2005 tersebut kota Malang mendeklarasikan bahwa kota Malang adalah Kota Pendidikan Internasional (Malang International Educatioan Centre). Kami tersenyum… agak masam.
Untuk dapat meresepsi tentang sekolah bertaraf internasional, kami (DPKM) melalang buana, untuk melihat lebih dalam tentang sekolah negeri dan swasta yang bertaraf internasional. Sekolah yang kami kunjungi tersebut tidak mendeklarasikan sebagai SBI. Sekolah yang sempat kami kunjungi adalah SMA Negeri 78 Jakarta, SMA Bina Insani Bogor, dan SMA Al Muthahari di Bandung. Tiga sekolah yang kami kunjungi itu mempunyai karakteristik yang unik, dan berprestasi. SMA Negeri 78 melaksanakan pendidikan komputer yang disertifikasi oleh 20 negara. SMA Bina Insani melaksanakan pendidikan sain yang berbasis Al Qur’an, dan SMA Al Muthahari mengintensifkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang intensif.
Terakhir pada bulan Maret 2009 yang lalu, kami mengunjungi salah satu SMA di Singapura, yaitu River Valley High School, salah satu sekolah internasional yang mempunyai integrated programme prospectus.  Sekolah yang bertaraf internasional ini menggunakan dua bahasa (bilingual), yaitu bahasa Inggris dan Cina. Sekolah yang setara dengan SMA, yang mempunyai program integrasi (River Valey Integrated Programe/ RVIP) mempunyai masa waktu sekolah 5 (lima) tahun, yang dapat dibagi menjadi 7(tujuh) tahapan, yaitu : Tahap 1: The Guiding Principle Of RVIP Teaching for Understanding RVIP Curriculum Framwork, yang mempunyai 3(tiga) program ASK, yaitu (1) Developing Habits of Mind (A); (2) Developing Thinking Skills (S); (3) Knowlegde Construction (K). Tahap 2 : Construct, Integrate & Differentiate (CID). Program ini merupakan CID Learning Clusters, yang terdiri dari Aesthethics & Language Arts, Chinese, Humanities, Mathematics, Science & Technology. Tahap 3, CID Extended Learning, yaitu program Juniors Programme, Inovators Programme, Mathematics Programme, Explorers Programme. Tahap 4 Academic Programme Foundation, Eksploration, Consolidation, diantaranya adalah program-program Becultural Studies (Chinese) Programme, Language Arts (English) and Litereture, Singapore & Comparative Studies, Geography, History, Music. Visual Art. Tahap 5 Biomedical Science, Chemistry, Physics, Design & Technology & Computer Studies, Mathematics. Tahap 6  Student Development Programmes, yang terdiri dari CHAMPS programme, Aesthetics Programme : Art, Dance, Drama and Music, Global Perspective Programme, Conversational Malay & Culture Programme, Co-Curricular Programme. Tahap 7 Admissions New School Building & Boom Lay. Visi dan Misi mereka (River Valley High School) sangat sederhana, namun yang dipentingkan adalah kedalaman ilmu yang dipelajarinya. Di sekolah ini setiap siswa diberi peluang untuk memilih dan mendalami CID sesuai dengan minatnya. Sehingga anak dapat mengembangkan isi materi pelajaran secara optimal, dan terfokus.
Setelah kami mengintip beberapa sekolah yang bertaraf internasional, dimulai dari kota Malang, sampai di Singapura, sebetulnya sekolah-sekolah bertaraf international itu mempunyai keunggulan-keunggulan tersendiri. Sekolah bertaraf internasional mempunyai output yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi di mana saja, dengan jaminan bahwa para lulusannya adalah mempunyai kapasitas keilmuan dasar yang mumpuni. Artinya, dari segi kemampuan intelektualnya betul-betul mempunyai nilai yang bagus. Nilai bagus bukan bersifat lokal, tetapi bertaraf international, yaitu lulusannya betul-betul berkualitas.
Nah, pada akhirnya kami juga mendiskusikan sekolah milik IKIP MALANG, pada tahun 70-an, yaitu Sekolah Laboratorium IKIP MALANG, yang pengembangannya menjadi Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP). Sekolah Laboratorium IKIP MALANG pada saat itu mempunyai jenjang TK, SD, SMP, dan SMA yang satu atap, artinya lulusan TK Laboratorium IKIP MALANG, diterima secara otomastis di tingkat SD,SMP, dan SMA. Siswa juga diperbolehkan melanjutkan di sekolah lain sesuai dengan keinginan dan keperluannya. Sekolah PPSP pada saat itu menggunakan bahasa pengantar adalah Bahasa Indonesia. Tetapi pembelajaran di sekolah sangat efektif, dikarenakan hampir semua mata pelajaran menggunakan Modul, terkecuali Pendidikan Kesenian. Setiap siswa diberi peluang untuk melakukan akselerasi secara natural. Artinya setiap siswa yang telah menyeselasikan satu modul pada mata pelajaran tertentu dengan serapan nilai lebih dari 75 %, maka ia berhak untuk melanjutkan pada modul berikutnya. Sehingga PPSP IKIP MALANG telah menciptakan sistem pembelajaran yaitu continues progres. Karena setiap anak boleh melanjutkan ke modul berikutnya setelah menguasai materi lebih dari 75%, setiap anak dalam Ujian Akhir mesti lulus, dengan nilai yang bagus (minimal 75/7,5). Dari kondisi ini maka orang tua yang mensekolahkan anaknya ke PPSP, mereka tidak was-was pada saat anaknya mengikuti ujian nasional. Dengan keberhasilan sistem continues progres tersebut, setiap anak dalam menyelesaikan studi pada tingkatan tertentu mempunyai panjang waktu yang berbeda.

?Penulis adalah Ketua Penyunting Majalah Komunikasi UM