Nama Lengkap    : Sjamsul Arifin
Alamat    : Regency Tebet Mas Blok A No. 11
Jl. Tebet Barat Dalam Raya
Jakarta Selatan, 12810
Nama Istri    : Ir. Lisniany Anna Yusra
Nama Anak    : 1. Andry Raditya, MBA
2. Erwin Wicaksana
Tahun masuk    : IKIP Malang, 1971 – 1973  (Sarjana Muda)
ELTTP, IKIP Malang, 1976 – 1978  (Sarjana)
Prodi    : Bahasa Inggris
e-mail    : sjamsul_a@bi.go.id
Riwayat Pendidikan    : 1.  Master Ekonomi, Boston University, Massachusetts,  USA,
(1985-1987)
2.  Kandidat Doktor Manajemen Strategi Bisnis, Fakultas Ekonomi,
Universitas  Indonesia,  Depok (2005 – sekarang)
Pendidikan lain    : 1. Macro-economic Management, Harvard University, Boston, 1999
2. Financial System Stability, Bank of  France, Paris, 2000
3. Advanced Financial Programming & Policy, IMF, Washington, DC,
2001
Pengalaman kerja    : Bank Indonesia
Pengalaman Organisasi    : 1. Sekretaris Senat Mahasiswa FKSS, 1976 – 1978
2. Fund Raising Director, Indonesian Moslem Assoication
in America (IMAAM) di Washington, DC, 1993-1996
Prestasi    : 1. Pelajar Utama SD se Kota Madya Malang , 1964
2. Juara SMAN II Malang, 1970
Moto Hidup    : Peluang bukan ditunggu melainkan diciptakan
Publikasi    : 1. IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional, Elex MediaKomputindo, 2007
2. Kerja Sama Perdagangan Internasional, Elex Media Komputindo, 2007
3. Integrasi Keuangan dan Moneter di Asia Timur, Elex Media Komputindo, 2007
4. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis, Elex Media Komputindo, 2008
5. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,  Elex Media Komputindo, 2008
6. Manajemen Pinjaman Luar Negeri Swasta Indonesia, Elex Media Komputindo, 2008

Salah satu alumni UM yang juga layak dijadikan contoh adalah Sjamsul Arifin. Alumni UM yang dahulu mengambil program studi Bahasa Inggris ini atas usaha kerasnya kini menduduki jabatan sebagai Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia. Usahanya yang pantang menyerah dituturkannya pada reporter Komunikasi, agar berguna dan dapat menjadi teladan bagi sivitas akademika UM. Ikuti kisahnya berikut.
Apa kegiatan Bapak sehari-hari?
Kesibukan saya sehari-hari adalah bekerja dengan tugas utama memantau pelaksanaan program kerja Direktorat; menyiapkan bahan rapat Dewan Gubernur mingguan dan bulanan di bidang internasional; membaca informasi, paper, dan publikasi lain khususnya di bidang ekonomi keuangan global untuk mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia; menyiapkan paper sebagai bahan berbagai sidang internasional; memenuhi undangan sebagai pembicara seminar; mengajar mata kuliah ekonomi dan kerja sama internasional pada berbagai lembaga atau instansi pemerintah seperti Deplu dan Institut Bank Indonesia; dan menyelesaikan tugas-tugas manajerial di kantor.
Selain  sibuk bekerja, walaupun sudah tua saya juga masih menyempatkan belajar untuk menyelesaikan tugas akhir disertasi program S3 di bidang manajemen strategi bisnis di FE UI yang insya Allah selesai akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Bagaimana perjalanan karir Bapak sehingga terpilih sebagai Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia?
Pada dasarnya, tidak ada jalan pintas untuk mencapai jabatan tersebut, melainkan melalui perjuangan panjang dengan track record yang meyakinkan.
Saya melamar ke Bank Indonesia setelah melihat iklan lowongan kerja bagi sarjana dari berbagai disiplin ilmu (beruntung saat itu termasuk bahasa Inggris) sebagai calon staf awal 1979. Setelah pendidikan 13 bulan, saya ditempatkan sebagai staf di Urusan Riset Ekonomi dan Statistik dengan tugas meringkas berita ekonomi keuangan dari berbagai sumber untuk dimuat dalam buletin mingguan. Tugas lain adalah sebagai notulis pada berbagai rapat serta editor dan penerjemah laporan-laporan ke dalam bahasa Inggris.
Dari berbagai exposure yang saya peroleh selama lima tahun bekerja, timbul minat saya bersaing untuk memperoleh kesempatan belajar ke luar negeri. Tahun 1985 saya memperoleh persetujuan belajar pada jenjang S2 dan kebetulan diterima di Boston University, Massachusetts, dan selesai tepat waktu tahun 1987. Saya sengaja mengambil bidang studi ekonomi internasional karena itu adalah salah satu core function dari Bank Indonesia sebagai bank sentral.
Dengan berbekal pendidikan S2 di bidang ekonomi dan kemampuan bahasa Inggris (terbaik di Bank Indonesia) serta kegemaran menulis artikel di berbagai publikasi, saya mulai lebih dikenal di Bank Indonesia. Saya pernah menjadi Pimpinan Redaksi dan selanjutnya Pimpinan Umum majalah Wacana, majalah ilmiah populer di Bank Indonesia.
Tahun 1992 saya ditugaskan sebagai Asisten Duta Besar RI pada GATT (sekarang WTO) di Jenewa, Swiss, dengan tugas mengikuti sidang-sidang yang pada saat itu sedang merumuskan Articles of Agrement WTO dan melaporkannya kepada Pemerintah RI.
Tahun 1993-1996 saya terpilih sebagai Asisten Direktur Eksekutif IMF untuk South East Asia Group di Washington, DC, AS. Tugas saya adalah menyiapkan statement dan paper-paper serta mengikuti sidang-sidang Executive Board IMF. Sri Mulyani antara lain adalah pejabat dari Indonesia yang pernah menjadi Direktur Eksekutif di IMF. Hampir saya tidak percaya bahwa saya alumni IKIP Malang yang dipersiapkan untuk menjadi guru bahasa Inggris bisa duduk dalam ruang sidang seminggu tiga kali bersama dengan Managing Director (waktu itu Michael Camdessus) dan tempat berkumpulnya para ekonom lulusan universitas terkemuka di dunia.
Pulang dari Washington, saya diangkat sebagai Kepala Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional di Jakarta. Setelah mengikuti Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia (Sespibi), saya diangkat sebagai Deputi Direktur di Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter tahun 1999. Tugas utama di Direktur ini ialah membuat analisis ekonomi moneter dan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk dipresentasikan pada Rapat Dewan Gubernur bulanan.
Setelah meniti karir yang sebagian besar di bidang kerja sama ekonomi internasional dan kebijakan moneter, sejak 2005 Dewan Gubernur memilih saya sebagai Direktur di Direktorat Internasional dengan tugas utama seperti telah saya uraikan sebelumnya.
Seperti apa kehidupan Bapak selama menjadi mahasiswa UM? Aktivitas apa saja selama kuliah?
Pada masa kuliah dulu jenjang pendidikan terdiri darin program Sarjana Muda dengan gelar BA dan sarjana (Drs). Khusus untuk Departemen Bahasa Inggris program tingkat sarjana disebut English Language Teacher Training Program (ELTTP) yang mempersiapkan mahasiswa sebagai pengajar bahasa Inggris di perguruan tinggi.
Prestasi saya pada tingkat sarjana muda tidak begitu menonjol dan saya tidak terlalu serius belajar karena pada saat itu belum menyadari arti penting indeks prestasi (IP). Semuanya hanya asal lulus. Akibatnya, setelah lulus sarjana muda saya gagal masuk ELTTP karena di samping saya kurang serius belajar juga sebagian besar bangku yang tersedia dialokasikan untuk mahasiswa dari luar daerah. Kegagalan ini memacu saya untuk mempersiapkan diri lebih baik. Pada kesempatan berikutnya, saya coba lagi mengikuti seleksi ELTTP dan Alhamdulillah saya diterima dan bersama beberapa teman lain (termasuk Prof. Dr. Adnan Latif) memperoleh beasiswa dari Departemen P dan K selama masa belajar (dua setengah tahun).
Sebagai mahasiswa ELTTP saya mulai lebih serius dan aktif dalam pengurus Senat Mahasiswa FKSS. Di samping itu, saya juga mulai mengajar pada beberapa kursus bahasa Inggris, asisten dosen tidak tetap di FKT, dan dosen luar biasa di IAIN.
Menurut Bapak, bagaimana peran serta UM dalam mewujudkan keberhasilan para mahasiswa dan alumninya? Sejauh apakah UM berperan sehingga mampu melahirkan generasi-generasi berprestasi seperti Bapak?
Pada dasarnya perguruan tinggi merupakan tempat untuk menransformasi (melalui proses pendidikan dan pengajaran) input (mahasiwa) menjadi output (sarjana) yang berkualitas.  Dengan demikian maka kualitas output ditentukan oleh dua faktor, yaitu input dan proses transformasi.
Saya merasa beruntung bahwa pada saat saya belajar di ELTTP, bahasa Inggris IKIP Malang dikenal terbaik di Indonesia.  Ini merupakan salah satu faktor yang membuat kita lebih unggul dibandingkan dengan alumni bahasa Inggris dari IKIP lain, walaupun bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan.  Kewajiban almamater adalah sebatas mengantarkan alumni ke pintu masuk dunia kerja.  Oleh karena itu, penting sekali bagi UM untuk meningkatkan kualitas serta memelihara relevansi program studi dan mata kuliah dengan kebutuhan lapangan kerja.  Apabila UM mampu meningkatkan kualitasnya kurang lebih setara dengan ELTTP pada masa itu untuk semua program studi, saya yakin UM akan menjadi universitas terkemuka di Indonesia.
Setelah memasuki dunia kerja, prospek karir sepenuhnya tergantung pada alumni yang bersangkutan.  Di sinilah alumni dituntut untuk mampu beradaptasi dengan core funtion dari lembaga tempat kita bekerja karena pada saat pertama kali memasuki lapangan kerja, kita tidak selalu memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi kita.  Kemampuan kita beradaptasi dengan core function di lembaga tempat kita bekerja akan menentukan prospek karir kita di lembaga tersebut.
Bagaimana pandangan Bapak terhadap generasi-generasi UM baik dulu maupun sekarang, apakah Bapak melihat perbedaan yang nyata baik dari segi kualitas maupun pola pikir? Jika ada, seperti apa perbedaan itu?
Saya tidak mengenal betul generasi UM pada masa sekarang karena saya hanya beberapa kali datang ke UM menyampaikan kuliah umum.  Melalui observasi secara tidak langsung, tentunya dengan peningkatan status dari IKIP menjadi universitas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas almamater kita.  Perbaikan kualitas universitas tentunya juga disertai peningkatan kompetisi seleksi mahasiswa sehingga kualitas mahasiswa yang diterima rata-rata lebih baik daripada sebelumnya.  Namun demikian, alumni UM sekarang juga menghadapi tantangan yang lebih berat daripada alumni generasi saya pada akhir 1970-an.  Setiap tahun jumlah lulusan PT makin meningkat, sementara lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan penambahan jumlah sarjana baru.
Dari segi pola pikir, dengan sarana belajar yang semakin baik (terutama dengan tersedianya komputer, laptop, dan internet) dan interaksi hubungan antara dosen dan mahasiswa yang lebih terbuka dan demokratis, tentunya pola pikir mahasiswa sekarang sudah jauh lebih maju dengan wawasan yang lebih luas daripada generasi saya di tahun 1970-an.
Apakah Bapak memiliki kiat-kiat khusus agar bisa menjadi sesukses sekarang? Bila ada, kiat seperti apa yang Bapak miliki?
Pada dasarnya, kiat-kiat untuk sukses tidak berbeda dengan teori marketing untuk memasarkan suatu produk kepada konsumen yang sebelumnya tidak dikenal.  Kiat-kiat tersebut  terdiri dari sales promotion, positioning, branding, benchmarking, dan continuous learning  untuk mencapai sustained competitive advantage.
Pertama, Tunjukkan eksistensi kita sebagai cara untuk memasarkan diri (sales promotion) secara sehat.  Saya percaya dengan pernyataan sederhana berikut “How do we know that you know if you do not let us know what you know” (bagaimana kita tahu bahwa anda paham sesuatu apabila anda tidak menunjukkan kepada kita bahwa anda tahu).  Berbagai cara bisa ditempuh.  Cara termudah dan efektif ialah dengan menulis artikel tentang permasalahan yang relevan dengan bidang tugas kita.  Dalam rapat, anda juga diharapkan berkontribusi secara proaktif dengan menawarkan solusi atas suatu permasalahan.  Jangan harap kolega akan respek kepada kita kalau kita hanya pandai mengkritik.  Selain itu, apabila hadir dalam seminar, pelajari sebelumnya materi yang akan dibahas sehingga pada sesi tanya jawab anda siap dengan komentar sebagai tambahan informasi atau menyatakan pendapat yang berbeda berdasarkan pendekatan lain atau hasil studi yang lain.
Kedua, Sesuaikan ilmu yang dimiliki dengan core function lembaga tempat kita bekerja.  Ini memungkinkan kita menempatkan diri (positioning) untuk mengikuti jalur karir tertinggi yang ada di lembaga tersebut.
Ketiga, Secara diam-diam carilah seseorang di tempat kerja yang menurut anda memiliki kinerja yang patut ditiru sebagai role model.  Carilah jalan untuk meningkatkan prestasi kerja dengan kualitas paling tidak bisa mendekati kinerja orang tersebut (benchmarking).  Hal ini akan memotivasi anda untuk senantiasa berkinerja tinggi.
Keempat, Tunjukkan integritas bahwa anda bisa dipercaya, menepati janji, jujur, dan senantiasa bekerja tekun walaupun tanpa pengawasan.  Ini merupakan usaha untuk menanamkan kredibilitas sebagai bagian dari branding.
Kelima, Anda tidak boleh berhenti belajar (continuous learning) karena permasalahan selalu berubah sehingga diperlukan pemahaman atau paradigma baru untuk mengatasi permasalahan tersebut.  Selain itu, pada jenjang karir yang lebih tinggi juga dituntut tambahan pengetahuan yang belum dimiliki sebelumnya.
Apabila teori marketing Anda terapkan secara konsisten dalam meniti karir, saya yakin anda akan berhasil mempertahankan keunggulan yang anda miliki secara berkesinambungan (sustained competitive advantage).
Apa pesan-pesan khusus Bapak untuk para mahasiswa UM agar dapat mencapai kesuksesan?
Setiap mahasiswa mempunyai potensi berbeda.  Sebagai mahasiswa, prioritas utama adalah belajar.  Bagi mahasiswa yang sudah merasa berat mengikuti kuliah, sebaiknya berkonsentrasi pada kuliah karena pada masa sekarang IP sangat berpengaruh untuk memasuki lapangan kerja.
Apabila IP tidak terganggu dengan melakukan kegiatan lain maka kegiatan tersebut merupakan nilai plus.  Kegiatan bisa bersifat akademik, misalnya mengelola buletin kampus atau non-akademik, seperti berorganisasi atau berwiraswasta yang dapat dilanjutkan setelah mahasiwa lulus dan bisa berkembang menjadi usaha yang serius.   Mohon Bapak berkenan menyampaikan pesan-pesan khusus bagi para wisudawan UM?
Wisuda merupakan saat yang bukan saja sangat menggembirakan melainkan juga mengharukan karena jerih payah belajar beberapa tahun baru terlihat hasilnya sekarang setelah mendapat pengukuhan sebagai sarjana baru.  Para wisudawan selanjutnya akan memasuki dunia baru, dunia kerja untuk merealisasikan cita-cita yang telah diukir mungkin sejak dunia anak-anak.  Berbagai pilihan untuk menentukan profesi yang telah lama menjadi idaman mulai terbuka lebar.  Sebagian di antara wisudawan mungkin sudah memperoleh pekerjaan sementara sebagian lainnya mungkin masih dalam usaha memperolehnya.
Bagi yang belum beruntung memperoleh pekerjaan, anda bisa berusaha mencari sambil memanfaatkan waktu luang untuk meningkatkan ketrampilan lain.  Barangkali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti S2 juga dapat dipertimbangkan.  Perguruan tinggi saat ini memberi kesempatan yang lebih luas bagi yang berminat untuk mengejar keahlian yang lebih tinggi.  Bagi yang telah beruntung memperoleh pekerjaan dapat mencoba menerapkan kiat-kiat keberhasilan dalam berkarir sebagaimana yang telah saya kemukakan sebelumnya.  Tetapi, apabila dirasa ada kiat lain yang lebih sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki juga tidak ada salahnya untuk dicoba karena banyak cara menuju keberhasilan.  Namun, yang perlu disadari ialah keberhasilan tidak akan datang dengan sendirinya.
Semoga setelah wisuda ini anda dapat memulai hari depan yang cerah tanpa melupakan almamater  UM tercinta. n Ind